TIMES JATIM, BANYUWANGI – Membaca merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk memeroleh informasi, ide atau gagasan yang terkandung dalam sebuah bacaan. Membaca menjadi salah satu aktivitas yang perlu dibiasakan dan ditanamkan, terlebih pada seorang anak yang berstatus sebagai peserta didik.
Membaca tentu menjadi sarana edukasi yang sangat penting guna meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasannya. Dengan membiasakan membaca setiap orang pasti akan mengetahui berbagai banyak hal. Mulai dari hal yang biasa sampai menemukan hal-hal yang baru. Tentu tidak lain itu hasil dari membaca.
Menumbuhkan minat membaca pada setiap individu merupakan hal yang harus dibiasakan. Karena tanpa didasari dengan kebiasaan seseorang akan sulit untuk istiqomah menjalankannya. Sebenarnya membaca itu bukan hal yang sulit dan rumit, hanya butuh kesabaran dan ketekunan untuk menjalankannya.
Usaha dalam menumbuh kembangkan minat baca pada diri orang dewasa dan pada masa anak- anak tentu memiliki masalah dan strategi tersendiri. Menumbuhkan minat baca pada anak akan lebih mudah dari pada menumbuh kembangkan minat baca pada orang dewasa. Orang dewasa akan lebih sukar untuk membiasakan sesuatu hal yang belum pernah terbiasa, salah satunya adalah membaca.
Melihat fenomena yang ada, banyak dari masyarakat Indonesia sendiri saat ini masih banyak yang kurang menerapkan budaya membaca. Bahkan kondisi perkembangan minat baca dan kemampuan membaca masyarakat di Indonesia saat ini masih sangat memprihatinkan.
Menurut data statistic dari United Nations Educational Scientific and Cultural Organitation (UNESCO), dan Program For Informational Student Assement (PISA), menunjukkan bahwa rasio minat baca di Indonesia hanya 0,001% yang berarti bahwa hanya 1 dari 1000 masyarakat Indonesia yang mau membaca. Mengapa demikian! Apakah sulitnya akses terhadap buku. Ataukah kurangnya bahan bacaan. Atau kamu yang malas membaca.
Menumbuhkan kebiasaan membaca sebenarnya itu mudah, bagaimana dalam diri sendiri memiliki niat, minat dan hasrat untuk membaca. Akses untuk mendapatkan bahan bacaan sekarang sebenarnya mudah bukan! Seiring dengan berkembang pesatnya teknologi di era society 5.0 kini menjadi fenomena baru bagi perkembangan di dunia literasi.
Berkembangnya teknologi digital menjadi wahana yang menguntungkan tentunya bagi masyarakat Indonesia di zaman sekarang. Masyarakat, bahkan anak-anak sekarang dapat dengan mudah memanfaatkan teknologi digital untuk berkomunikasi, memeroleh informasi, sebagai sarana hiburan, ataupun menggunakannya sebagai media untuk membaca. Seperti halnya website, media sosial, (Fecebook, Twitter, Instagram), dan e-book.
Beragamnya berbagai cara dalam memeroleh informasi sebagai bahan bacaan saat ini terlihat bukankah begitu mudah didapatkan. Tapi kenyataannya kenapa masyarakat Indonesia menjadi prediksi indeks minat pembaca yang terbilang masih cukup rendah. Melihat jumlah penduduk di Indonesia yang berkisar 278,8 juta jiwa hanya 63,90 masyarakat peminat membaca.
Dengan keadaan seperti ini bagaimana kita sebagai masyarakat Indonesia menyikapi hal ini, apa kita akan tetap membiarkan rendahnya minat pembaca ini terus terjadi. Ataukah kita sudah siap mengubah pola kebiasaan kita untuk memupuk minat dalam membaca demi menjemput generasi emas di tahun 45.
Membaca merupakan salah satu dari empat kemampuan berbahasa, yaitu membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Ini adalah bagian-bagian yang saling bertaliat dan tidak dapat dipisahkan. Karena dengan seringnya seseorang dalam membaca itu akan berpengaruh dengan apa yang akan ditulisnya. Dan dengan seringnya seseorang dalam menyimak tentu itu akan memengaruhinya dalam kualitas berbicaranya juga.
Oleh karena itu membaca menjadi hal yang cukup penting diterapkan, dijalankan untuk menjadi suatu kebiasaan. Apalagi seorang anak yang berkecimpung di dalam pendidikan, hal ini menjadi sangat perlu untuk ditekankan dalam upaya menerapkan kebiasaannya dalam membaca.
Strategi menanamkan kebiasaan membaca perlu diterapkan sejak dini. Karena usia dini adalah usia-usia yang sangat mudah sekali untuk menerima dan mengikuti segala aspek yang ada dalam kehidupan. Otaknya akan lebih terbuka untuk belajar dan tentunya mudah dibentuk oleh faktor-faktor dorongan.
Pentingnya membiasakan membaca sejak dini karena usia ini memiliki begitu banyak keistimewaan. Pada masa ini fase anak sedang berada di tahap perkembangan fisik dan psikologis yang sangat pesat. Usia ini sering disebut dengan usia emas (golden age) yang mana dimulai pada anak usia 0-8 tahun.
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pertumbuhan intelektual otak anak yang berusia 4 tahun mencapai 50%, sedangkan pada usia 8 tahun meningkat menjadi 80% dan akan menjadi optimal pada usia 18 tahun (Jamaris, 2013). Data tersebut memperlihatkan bahwa usia dini sangatlah penting dalam meningkatkan kinerja otak anak sebagai tahap mengembangkan kebiasaan, salah satunya adalah membaca.
Maka dari itu, sangat penting perannya menanamkan budaya membaca sedini mungkin. Karena mengenalkan anak untuk membaca sejak dini dirasa urutan yang paling tepat. Seperti halnya memperkenalkan bacaan-bacaan yang menarik pada anak yang mereka akan timbul hasrat untuk bergerak membaca.
Cara ini dapat meningkatkan kebiasaan anak untuk terus dan terus memiliki rasa ingin tahu untuk membaca. Manfaat yang dapat diambil dengan membiasakan membaca sejak dini adalah dapat memperkaya kosa kata, meningkatkan kecepatan membaca, meningkatkan pemahaman makna, dan meningkatkan karakter empati pada anak.
Strategi menanamkan kebiasaan membaca sejak dini, menjadi kunci sukses dalam meningkatkan literasi membaca di Indonesia di masa yang akan datang. Sebagai masyarakat Indonesia mari ubah pola kebiasaan kita untuk mulai menerapkan budaya membaca mulai dari sekarang. Karena membaca mu sekarang tidak lain dari investasi mu untuk masa depan.
***
*) Oleh : Aluk Nur’aini, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas KH mukhtar Syafaat.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Tantangan Literasi Membaca
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |