https://jatim.times.co.id/
Gaya Hidup

Mengulik Sejarah Bangunan Heritage Kota Malang dengan Cara Menarik

Minggu, 01 September 2024 - 22:16
Mengulik Sejarah Bangunan Heritage Kota Malang dengan Cara Menarik Foto bersama komunitas Indonesia Colonial Heritage di Alun-alun Tugu Kota Malang. (Foto: Adam Juliano/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, MALANG – Pada Minggu (1/9/2024), komunitas Oom Ir Jalan-jalan atau Indonesia Colonial Heritage menggelar acara bertema 'Tweede Stadsplanning' di Kota Malang.

Acara kali ini yang berlangsung sekitar empat jam dimulai dari pagi hari, menjadi istimewa karena melibatkan kolaborasi dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) wilayah Malang.

Dalam acara ini, peserta tidak hanya diajak untuk menikmati keindahan bangunan heritage di Malang, tetapi juga diberi kesempatan untuk menggali sisi artistik dan dokumenter dari perjalanan tersebut.

Acara dimulai dengan sesi menggambar Gedung Balai Kota Malang, setelah itu peserta diajak jalan-jalan berkeliling menyusuri bangunan bersejarah di Malang, mulai dari Gedung Balai Kota Malang, Alun-alun Tugu, Bintal TNI AD, SMA 3 Kota Malang dan sekitarnya.

Di sini para peserta dapat merasakan atmosfer masa lalu yang kental dalam bangunan-bangunan era kolonial yang masih berdiri kokoh. Seperti gedung bekas sekolah Montessori School di jalan Suropati Malang.

Montessori School Suropati

Sebuah gedung dengan arsitektur lawas khas kolonial Belanda yang terletak di Jalan Suropati ini  lokasinya sangat strategis karena berada di jalan utama menuju alun-alun Tugu Kota Malang dan Balai Kota Malang dari arah utara

Colonial-Heritage-2.jpgSesi acara lomba menggambar Gedung Balai Kota Malang. (Foto: Adam Juliano/TIMES Indonesia)

Gedung ini berhadapan dengan gedung kantor Bintal TNI AD Kodam Brawijaya. Gedung ini dahulu dibangun sekitar tahun 1926. Hal ini tampak pada tembok fasad gedung yang tertuliskan besar 'Anno 1926'.

Gedung yang selesai dibangun tahun 1929 ini awalnya didirikan untuk para anak-anak pejabat kolonial Belanda yang hidup di Malang. Seperti namanya, gedung Montessori School ini adalah sekolah untuk anak-anak setingkat Taman Kanak-kanak.

Ada kabar bahwa gedung ini dibangun atas prakarsa organisasi rahasia Freemason yang ada di Malang. Gedung ini sayangnya tidak diketahui siapa arsiteknya karena tidak ada plakat pada fisik gedung.

Di era kemerdekaan sendiri, gedung ini berubah-ubah fungsi. Dan terakhir sampai sekitar tahun 2015 pernah berfungsi sebagai Toko Factory Outlet Cargo & Cafe yang terletak di paviliun sebelah gedung utama.

Beberapa kaca patri khas jaman kolonial Belanda yang berasa di sisi atas gedung nampak hilang. Saat dahulu masih berfungsi sebagai factory outlet, kaca patri tersebut terlihat indah jika malam hari sebab terkena sinar lampu dari dalam gedung.

Interior dan lantai ubin bangunan saat itu juga masih asli. Tetapi sayang sekali, saat ini gedung tersebut tampak terbengkalai dengan pagar seng di depan bangunan ini. 

Gedung Balai Kota Malang

Ada juga sejarah tentang Gedung Balai Kota Malang yang dibangun antara tahun 1927-1929 setelah Malang menjadi kota mandiri, lepas dari Pasoeroean. Dirancang oleh arsitek Belanda, Citroen, gedung ini memiliki desain mirip dengan Balai Kota Surabaya.

Terletak di selatan JP Coen Plein (sekarang dikenal sebagai Alun-alun Bundar), gedung ini memiliki arsitektur unik, termasuk langit-langit tinggi yang berfungsi sebagai pengaturan audio dan sirkulasi udara, serta balkon yang dulu tanpa atap untuk menikmati sinar matahari tropis.

Pada tahun 1947, gedung ini sempat dibakar oleh rakyat Malang untuk mencegah pendudukan Belanda, tetapi dibangun kembali pada awal 1950-an tanpa mengubah desain aslinya. 

Antusiasme Peserta

Catur Yohannes, salah satu peserta acara mengaku suka dan tertarik sekali saat berada di Gedung Balai Kota Malang, di mana gedung tersebut adalah bekas peninggalan dari Belanda. Akhirnya gedung tersebut dialihfungsikan menjadi Gedung Balai Kota Malang.

Colonial-Heritage-3.jpgPenjelasan sejarah bangunan heritage Bintal TNI AD Kota Malang oleh Om Irawan. (Foto: Adam Juliano/TIMES Indonesia)

"Gedungnya didesain oleh bangsa Belanda sendiri dengan arsitektur ala Belanda, yang sampai sekarang kearsitekturan itu masih dijaga dan dirawat oleh pemerinta Kota Malang," ujarnya.

Perawatan itu seperti tegel yang ternyata dipasang sudah dari awal didirikan dan sampai sekarang masih utuh.

"Dan saya sangat merasa seperti kembali ke masa kolonial Belanda saat menginjakkan kaki saya ke tegel Balai Kota Malang,” imbuh Catur.

Irawan Paulus, salah satu anggota komunitas ICH, menjelaskan bahwa komunitas ini dibentuk oleh para pecinta sejarah dan bangunan heritage kolonial.

"Kami memang sudah sering mengadakan acara serupa, biasanya sebulan sekali. Komunitas ini bernama Indonesia Colonial Heritage (ICH) sejak 2023. Awalnya, kami hanya sekumpulan pecinta sejarah tanpa nama, tapi sekarang sudah lebih terorganisir," ujar Irawan.

Tujuan utama dari acara ini adalah untuk memperkenalkan dan merawat kecintaan terhadap sejarah kota Malang, yang sering dijuluki 'Kota Belanda' karena banyaknya bangunan kolonial yang masih terawat.

Antusiasme peserta semakin meningkat dari waktu ke waktu, terlihat dari jumlah peserta yang mencapai 110 orang, jauh di atas rata-rata peserta sebelumnya.

Irawan berharap acara seperti ini bisa terus dilaksanakan dan semakin banyak orang yang tertarik untuk berpartisipasi. "Harapannya, kecintaan terhadap Kota Malang dan sejarahnya bisa terus tumbuh, sehingga cerita tentang kota ini bisa bertahan dan diteruskan kepada generasi berikutnya," tutupnya. (*)

Pewarta : Adam Juliano Kristianto (MG)
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.