TIMES JATIM, BANYUWANGI – Adanya rencana kenaikan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS), bukan menjadi halangan bagi eksportir ikan kaleng asal Banyuwangi untuk mengepakkan sayap bisnisnya.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Pemasaran salah satu perusahaan eksportir ikan kaleng di Kabupaten Banyuwangi, PT. Pasifik Harvest Indonesia, Sherly Indrawati Aminoto.

Menurut Sherly, sapaan akrab Sherly Indrawati Aminoto, produk olahan ikan sarden kaleng perusahannya tidak menjadikan AS sebagai pasar utama. Oleh karena itu, dampak rencana kenaikan tarif impor bukan menjadi penghalang aktivitas ekspor.

“Mungkin produk-produk perikanan lainnya, itu pasti sangat terdampak. Misalnya udang, mungkin terpengaruh karena pasar udang adalah Amerika. Tapi kalau sarden ini lebih ke Afrika, Timur Tengah, Eropa, Australia, Jepang, China, dan Kanada,” kata Sherly, Senin (5/5/2025).

Meski demikian, Sherly menyebut bahwa AS sebenarnya adalah pasar yang menjanjikan bagi eksportir. Menurutnya, semua pelaku eksportir mengincar AS sebagai tujuan ekspansi.

Lebih lanjut, Sherly menjelaskan bahwa perusahaannya telah memperkuat penetrasi pasar di kawasan Afrika, Asia, dan Eropa, yang menunjukkan tren permintaan yang stabil. 

“Target kami adalah menjadi yang terbesar di dunia. Dengan target 6000 kontainer setiap tahun,” tegasnya.

Sherly mengungkapkan, setiap bulannya untuk pasar Afrika saja, sebanyak 150 hingga 200 kontainer produk ikan kaleng dikirim ke luar negeri. Jika dikurskan ke mata uang rupiah, nilai ekspor tersebut mencapai Rp 1 miliar per kontainer.

“Kebutuhan pasar Afrika bisa dibilang tak terbatas. Semua tergantung dari kapasitas kemampuan supply. Kalau marketnya di daerah-daerah situ (Afrika) pasti selalu ada,” ungkapnya.

Sekedar diketahui, saat ini, perusahaan tersebut telah mengekspor produk ikan kaleng berupa sarden dan tuna ke puluhan negara. Terbaru, produk tersebut diekspor ke Mozambik dan Kongo, pada Rabu (30/4/2025).

Dengan ekspansi yang terus berkembang dan strategi pasar yang matang, eksportir ikan kaleng Banyuwangi membuktikan bahwa tantangan perdagangan global bukanlah penghalang, melainkan peluang untuk semakin memperkuat daya saing. (*)