TIMES JATIM, SIDOARJO – Petani dikawasan paling barat Kabupaten Sidoarjo beberapa tahun ini terpaksa merugi karena selalu gagal panen akibat sulitnya irigasi untuk lahan pertanian. Persawahan milik petani kekeringan.
Kepada TIMES Indonesia Gatot, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Mergobener, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo mengatakan sudah beberapa tahun pihaknya alami gagal panen karena area persawahan alami kekeringan. Meski beberapa kali dirinya beserta petani setempat melaporkan keluhan itu ke Pemkab Sidoarjo setempat tetapi tidak ada solusi maupun tanggapan yang serius.
"Bahkan masalah pengairan untuk lahan pertanian ini kita laporkan, selalu saja dikembalikan lagi kepada kelompok tani tanpa ada solusi kongkrit dari Pemerintah Daerah. Dalam setahun kami hanya bisa panen satu kali saja, padahal seharusnya dalam satu tahun seperti daerah lain kita bisa panen maksimal tiga kali," kata Gatot kepada TIMES Indonesia, Sabtu (23/7/2022).
Gatot beserta Gapoktan Desa Mergobener kemudian melaporkan kepada politisi Gerindra Bambang Haryo Soekartono untuk mencari solusi agar petani tak terus gagal panen. Harapannya, Bambang Haryo meneruskan keluhan petani ke Dinas terkait maupun ke Pemerintah Sidoarjo.
Sebenarnya Imbuh Gatot, jika aliran air dari Waduk Kalimati itu bisa dialirkan sedikit saja ke lahan pertanian petani maka lahan pertanian kami tidak sampai kekeringan seperti ini.
Bambang Haryo Soekartono saat menyerap aspirasi Gapoktan Desa Mergobener, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo terkait sulitnya mendapatkan pengairan dari Waduk Kalimati. (foto: Rudi Mulya/TIMES Indonesia)
"Harapan kami Pak Bambang segera menyampaikan aspirasi petani kepihak terkait agar bisa membuka sedikit aliran air di waduk kalimati untuk dialirkan ke lahan pertanian kami, agar petani di wilayah barat Sidoarjo ini tak selalu merugi akibat gagal panen karena sulitnya pengairan," harap Gatot kepada BHS sapaan akrab Bambang Haryo Soekartono.
Sementara itu, mendapat laporan dan keluhan para petani tersebut Bambang Haryo Soekartono turun langsung untuk melihat lahan pertanian warga yang dilaporkan kesulitan mendapatkan pengairan itu.
Menurut BHS area lahan persawahan atau pertanian warga yang alami kekeringan di Desa Mergobener, Kecamatan Tarik, Sidoarjo ini seharusnya tidak mengalami kekeringan atau kesulitan mendapatkan pengairan. Sebab lahan milik petani ini lokasi sawahnya hanya berjarak beberapa ratus meter dari Long Storage atau Waduk Kalimati yang berkapasitas 2,5 juta meter kubik air.
"Fungsi dan kegunaan long storage Kalimati yang dibangun di tahun 2016-2017 ini dulunya diharapkan menjadi pemasok air baku untuk mengaliri saluran irigasi area persawahan warga atau petani sekitar. Tetapi kok hingga saat ini belum digunakan atau difungsikan secara maksimal sesuai apa yang ditargetkan awal dibangunya waduk ini," sesal Anggota Dewan Pakar DPP Partai Gerindra pusat ini.
Founder BHS Peduli ini menyesalkan pembangunan long storage atau Waduk Kalimati yang menelan anggaran Negara ratusan miliar tersebut tetapi tak berfungsi untuk masyarakat atau petani sekitar. Bahkan dirinya sudah beberapa kali mendorong pihak terkait di Sidoarjo untuk mengoptimalkan kegunaan long storage Kalimati tersebut.
"Sudah beberapa kali saya kritisi terkait kegunaan waduk ini. Namun nyatanya hingga saat ini malah area persawahan di sekitar waduk alami kekeringan petani tidak bisa panen, malah merugikan wong cilik. Saya akan berjuang mendorong Pemerintah Pusat agar Pemerintah Kabupaten Sidoarjo memfungsikan dengan benar kegunaan waduk ini, jangan sampai target pembangunan long storage atau waduk kalimati yang menelan anggaran Negara ratusan miliar malah mangkrak tidak digunakan semestinya untuk kepentingan masyarakat," ungkapnya.
Bambang Haryo Soekartono saat menyerap aspirasi Gapoktan Desa Mergobener, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo terkait sulitnya mendapatkan pengairan dari Waduk Kalimati. (foto: Rudi Mulya/TIMES Indonesia)
BHS merasa miris mendengar keluhan petani Desa Mergobener yang dalam setahun hanya bisa panen satu kali saja. Padahal maksimalnya seperti daerah lain bisa panen tiga kali dalam setahun.
"Saya akan menyampaikan keluhan petani ke Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, seharusnya Pemkab Sidoarjo memberi perhatian lebih kepada petani. Sangat ironi jika sumber daya air di waduk kali mati yang begitu besar tidak dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat dalam hal ini petani setempat," sesalnya
"Sekali lagi saya tegaskan, Pertanian adalah tonggak dari pertahanan Negara. Dari Petani muncul beras dan jadi nasi kemudian muncul lauk pauk dan sebagainya yang menjadikan pertanian sebagai multiplayer efek Ekonomi," tegas Bos PT Dharma Lautan Utama ini.
BHS juga berharap pengoptimalan kualitas air di long storage Waduk Kalimati yang berstandart A1 ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh PDAM Sidoarjo.
"Kualitas air waduk kalimati ini tidak kalah dengan sumber air Umbulan. Seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh PDAM Sidoarjo. Apalagi Sidoarjo baru 36% yang teraliri PDAM, ini tugas dari pemerintah Kabupaten untuk mempercepat fungsi dari air baku waduk Kalimati ini untuk PDAM," tegasnya.
Tak hanya itu, Waduk Kalimati juga bisa dimanfaatkan untuk beberapa cabang olahraga air yang dimiliki Koni Sidoarjo. Pemkab Sidoarjo juga bisa mengembangkan untuk mendongkrak sektor pariwisata di kawasan Sidoarjo barat.
"Tahun depan Pemkab Sidoarjo menjadi tuan rumah Porprov Jatim. Beberapa cabang olahraga air dapat digelar di Long Storage kalimati ini. Selain itu, pengembangan sektor pariwisata untuk Sidoarjo Barat juga dapat didongkrak dengan mengoptimalkan Waduk Kalimati, agar tujuan awal dibangunnya waduk ini benar benar bermanfaat bagi kita semua," pungkasnya. (*)
Pewarta | : Rudi Mulya |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |