TIMES JATIM, JAKARTA – Sejarah hari ini mencatat pada 9 Oktober 2012 dunia tersentak dengan penembakan keji yang dilakukan oleh Taliban kepada Malala Yousafzai, seorang aktivis pendidikan di Pakistan yang berusia 15 tahun. Malala selamat dari maut dan menerima Nobel Perdamaian. Di tanggal yang sama, Che Guevara figur besar dari Revolusi Kuba pada tahun 1967, dieksekusi mati oleh tentara Bolivia. Perjuangan Che Guevara telah menjadi simbol pemberontakan kontra-kebudayaan dan lambang global dalam budaya populer.
Dari dalam negeri, 9 Oktober juga mencatat peristiwa Geger Pecinan di tahun 1740. Sebuah peristiwa pembantaian kaum Tionghoa di Batavia oleh VOC dengan korban jiwa diperkirakan lebih dari 10.000 jiwa.
2012: Penembakan Malala Yousafzai
Malala Yousafzai, seorang aktivis pendidikan di Pakistan. (foto: facebook/Malala Fund)
Malala Yousafzai, seorang aktivis pendidikan yang berusia 15 tahun ditembak oleh Taliban karena keaktifanya dalam memperjuangkan pendidikan tanpa disparitas gender. Malala berjuang bagi kaum perempuan melalui tulisan pseudonymnya (nama samaran) di blog BBC Urdu. Dalam penembakan ini, Malala mengalami luka di leher dan kepala, yang nyaris merengut nyawanya.
Lahir pada 12 Juli 1997, Malala adalah adalah seorang siswi sekolah berkebangsaan Pakistan dan aktivis pendidikan dari kota Mingora di Distrik Swat dari provinsi Pakistan Khyber Pakhtunkhwa, wilayah di mana Taliban mencoba melarang peremmpuan bersekolah.
Sejak 2009, saat berumur sekitar 11 dan 12, Malala menulis di blognya di bawah nama samaran untuk BBC secara mendetail tentang betapa mengerikannya hidup di bawah pemerintahan Taliban, dan pandangannya tentang mempromosikan pendidikan untuk anak perempuan.
Taliban yang marah kemudian mengirimkan pasukan pembunuh. Malala yang pulang dari sekolah dengan bus sekolah ditembak. Ia sempat dirawat di Pakistan sebelum akhirnya diterbangkan ke Inggris untuk dirawat di rumah sakit di Birmingham.
Pada tahun 2014 dia bersama Kailash Satyarthi mendapatkan hadiah Nobel untuk bidang perdamaian 2014 untuk perjuangan mereka melawan penindasan anak-anak dan pemuda serta untuk mendapatkan hak pendidikan bagi mereka. Malala menjadi penerima nobel termuda, yakni saat berusia 17 tahun.
1967: Eksekusi Mati untuk Che Guevara
Foto yang menunjukkan penangkapan Che Guevara oleh pasukan Bolivia pada 8 Oktober 1967. Che Guevara kemudian dieksekusi mati pada 9 Oktober 1967. (foto: wikipedia)
Pada 8 Oktober 1967, Che Guevara yang bergabung dengan gerilyawan Bolivia tertangkap dan kemudian dieksekusi mati sehari setelahnya atau pada 9 Oktober 1967. Revolusioner Marxis Ernesto 'Che' Guevara, pemimin berusia 39 tahun ini tertangkap dalam pertempuran antara pasukan tentara dan gerilyawan di hutan Bolivia.
Dikutip dari BBC, komandan Divisi Angkatan Darat Kedelapan Bolivia, Kolonel Joaquin Zenteno Anaya, mengatakan Che Guevara ditembak mati di dekat desa hutan Higueras, di tenggara negara itu. Jenazahnya dikuburkan di sebuah kuburan tak bertanda di dekat Valle Grande dan jenazahnya tidak ditemukan sampai Juni 1997.
Setelah kematiannya, Guevara menjadi pahlawan gerakan revolusioner sosialis Dunia Ketiga dan tetap menjadi sosok romantis yang sangat dikagumi hingga hari ini.
Guevara dilahirkan sebagai Ernesto Rafael Guevara de la Serna di Rosario, Argentina pada 14 Juni 1928. Sebagai seorang remaja ia membaca literatur sayap kiri, oleh Marx dan Lenin, dan sering mengambil bagian dalam kerusuhan melawan Peronistas di Argentina.
Dia memenuhi syarat sebagai dokter pada tahun 1953 tetapi meninggalkan Argentina segera setelah itu untuk melakukan perjalanan keliling Amerika Selatan, selama waktu itu dia terlibat dalam banyak gerakan sayap kiri.
Sangat anti-Amerika, ia bergabung dengan Castro di Meksiko pada tahun 1956 dan merupakan salah satu dari 12 orang yang selamat dari pengambilalihan Kuba yang gagal pada tahun yang sama.
1740: Geger Pecinan di Batavia
Gambar yang mengisahkan tragedi pembantaian etnis Tionghoa oleh VOC di Batavia pada tahun 1740. (foto: wikipedia)
9 Oktober 1740 mencatat sebagai peristiwa yang dikenal dengan sebutan Geger Pecinan ini menyebabkan 10.000 warga China meninggal dunia karena dibantai tentara VOC. Para serdadu VOC melakukan perampokan dan pembunuhan warga China selama mulai 9 Oktober hingga 22 Oktober 1740.
Dinukil dari national geographic, kerusuhan yang pecah pada 9 Oktober 1740 ini dipicu turunnya harga gula turut mempengaruhi kehidupan Batavia. Saat itu, jumlah pengangguran di Batavia meningkat dan kota dipenuhi warga keturunan Tionghoa.
Gubernur Jenderal VOC, Adriaan Valckenier, kemudian mengirimkan kelebihan pengangguran dan warga Tionghoa itu ke Sri Langka karena di pulau tenggara India itu VOC juga mendirikan benteng dan kota persinggahan.
Namun, muncul kabar bahwa orang-orang China yang dikirim dengan kapal ke Sri Langka itu dibunuh dengan diceburkan ke laut. Hal inilah yang membuat keturunan Tionghoa angkat senjata dan melakukan pemberontakan.
Sumber lain menyebutkan, kerusuhan ini juga dipicu pada peristiwa 7 Oktober 1740, saat ratusan orang keturunan Tionghoa, banyak di antaranya buruh di pabrik gula, membunuh 50 pasukan Belanda. Ketika itu, Adriaan Valckenier, menyatakan akan bertindak tegas untuk mengatasi setiap pemberontakan. (*)
Pewarta | : Ratu Bunga Ambar Pratiwi (MG-345) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |