TIMES JATIM, LAMONGAN – Bupati Lamongan Yuhronur Effendi mengapresiasi para seniman yang tergabung dalam Komunitas Sendakala (Seniman Muda Kabupaten Lamongan) untuk turut serta melestarikan kesenian dan kebudayaan khususnya ludruk.
“Jarang sekali anak muda itu senang ludruk. Karena mereka biasanya senang sinetron. Dan penampilan ludruk lakon Sarip Tambak Oso dari teman Sendakala luar biasa,” aku Yuhronur Effendi ikut menyaksikan dan menjadi bagian dalam ludruk dengan lakon Sarip Tambak Oso, Senin (29/03/2021).
Pak Yes sapaan akrab Yuhronur Effendi menuturkan, untuk membangkitkan kreatifitas para seniman di Lamongan Pemkab akan memberikan wadah dan fasilitas dengan membangun Gedung Kesenian.
“Kedepan Gedung Kesenian akan kita bangun. Jadi tak hanya ludruk saja untuk menampilkan lakon-lakon kearifan lokal seperti ketoprak dan lain sebagainya,” katanya.
Ludruk bagian dari kesenian dan kebudayaan yang harus terus dilestarikan, jelas Pak Yes, karena telah menjadi identitas bangsa khususnya Kabupaten Lamongan.
“Ini berkaitan dengan program-program saya ke depan supaya pariwisata dan kebudayaan ini menjadi satu. Agar bisa menggerakkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat kita,” ujarnya.
Begitu juga upacara Adat Pengantin Bekasri, kata Yuhronur Effendi, yang juga bagian dari kebudayaan kearifan lokal dari Kabupaten Lamongan yang sangat penting untuk dilestarikan.
“Saat ini upacara Adat Pengantin Bekasri jarang sekali, untuk itu juga perlu dilestarikan,” tutur Bupati Lamongan sembari mengucapkan selamat dan sukses atas di launchingnya Komunitas Sendakala.
Sementara itu, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan Mifta Alamudin menjelaskan, dibentuknya Komunitas Sendakala memiliki tujuan untuk regenerasi seniman yang ada di Kabupaten Lamongan.
“Selama ini seniman tradisional itu cenderung yang sudah sepuh. Dengan hadirnya teman-teman seniman muda ini kita mulai berikan ruang aktualisasi,” kata Mifta Alamudin.
Udin sapaan akrab Mifta Alamudin menginginkan, untuk mempopulerkan kembali seni-seni budaya lama yang sudah lama tidak aktif dan tidak tampil karena tergerus dengan cerita sinetron.
“Penampilan ludruk dengan lakon Sarip Tambak Oso paling popular di masyarakat Jawa Timur dan Lamongan kita angkat sebagai simbol bahwa seni tradisional perlu kita populerkan kembali,” ucapnya.
Dengan memberikan wadah kepada seniman-seniman muda untuk mengaktualisasikan kreativitasnya, Udin meyakini, seni tradisional ludruk bisa kembali aktif dan bangkit.
“Kita yakin ludruk bisa aktif kembali melalui para seniman muda. Mereka (seniman muda) adalah garda terdepan dari sosialisasi kita untuk membangkitkan kembali seni yang ada di Lamongan termasuk ludruk,” ucapnya.
Kalau tahun ini untuk pentas pertama mengangkat lakon Sarip Tambak Oso, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan menyampaikan, kedepan akan mengangkat lakon atau cerita rakyat Lamongan.
“Sebenarnya banyak lakon atau cerita kearifan lokal yang layak diangkat untuk dipopulerkan melalui seni ludruk. Misalnya serita fenomenal maling celuring yakni sejarahnya Lamongan tidak boleh makan ikan lele, cerita gajah mada dan cerita lainnya,” akunya.
Selain itu, kata Udin, juga ada upacara Adat Pengantin Bekasri penampilan dari teman-teman seniman muda yang tergabung dalam MLC (Mua Lamongan Community).
“Upacara ini juga dalam rangka mempopulerkan kembali upacara adat pengantin khas Lamongan yang berbeda dengan di daerah-daerah lain,” ujar Mifta Alamudin bersama Bupati Lamongan Yuhronur Effendi apresiasi penampilan Sendakala lestarikan kesenian tradisional ludruk. (*)
Pewarta | : Moch Nuril Huda |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |