TIMES JATIM, BATU – Namanya dikenal seantero kota Batu, Gung Endah Tuti Rahayu membhaktikan diri pada Bumi Pertiwi lewat Eco Enzyme. Keuletan dan kegigihannya bergerak membuat warga kota Batu mengenal,memiliki dan memanfaatkan cairan ajaib ini.
Ketika Covid-19 mewabah, cairan yang dibuat dari fermentasi sampah organic seperti buah dan sayuran ini yang disemprotkan di sepanjang jalan. Begitu juga ketika penyakit mulut dan kuku (PMK) menyerang hewan ternak, cairan ini punya andil besar mengendalikannya.
Kelompok-kelompok pembuat cairan EE ini berdiri menjamur di Kota Batu, bahkan memiliki Lumbung Eco Enzyme yang menjadi Gudang Penyimpanan cairan. Semua tidak lepas dari peran Sarjana Sosiologi Fisip, Universitas Gajahmada Yogjakarta ini.
Tak heran Mentor Eco Enzyme tingkat Nasional, Gung Endah Tuti Rahayu ini menjadi salah satu tokoh di Kota Batu yang masuk nominator penerima penghargaan bergengsi Anugerah TIMES Indonesia (ATI) tahun 2024.
“Motto kerja saya didukung tidak didukung melaju bersama yang mau, artinya saya ingin mengenalkan Cairan EE pada banyak orang termasuk kepada pemerintah dan semua pihak yang mau,” ujar Gung.
Meskipun pembuatan cairan ini tidak memiliki efek samping yang buruk untuk kehidupan, tidak mudah bagi Gung untuk mengenalkan cairan ini kepada masyarakat. “Yang saya hadapi adalah penolakan-penolakan terus. Hingga akhirnya saya berkesempatan menjelaskan apa cairan EE ini di depan Wali Kota Batu saat itu Ibu Dewanti,” ujar Gung.
Dari pertemuan itu, berkembang pertemuan dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu. “Saat itu ada sekitar 7 orang yang berdiskusi dengan saya, namun hanya satu orang saja yang meminta nomor saya dan intens menghubungi saya, yakni Mbak Eny (Pegawai DLH),” ujar Gung.
Hingga akhirnya dari pertemuan ini, ia banyak diundang dalam berbagai forum, mulai dari tingkat kota, kecamatan, desa hingga RT dan RW. Bahkan dalam forum ditingkat provinsi maupun nasional Gung diundang untuk mempresentasikan eco enzyme.
Hingga kini ia dikenal sebagai Mentor Eo Enzyme tingkat nasional yang mengajarkan cara membuat cairan Ajaib ini secara gratis. Kini ia memiliki banya kelompok relawan eco enzyme dengan anggota lebih dari 2000 orang.
Gung juga bekerja sama dengan kelompok tani, mahasiswa hingga satuan TNI untuk mengedukasi dan melakukan berbagai program perbaikan lingkungan lewat penggunaan eco enzyme. Bukan hanya itu, ia juga mengajarkan membuat produk turunan eco enzyme seperti membuat sabun, detergen dari cairan ini. Ia juga telah merumuskan membuat modul dasar pembuatan Eco Enzyme.
“Benar, memang untuk kelompok relawan eco enzyme saya, saya selalu bilang tolong eco enzyme ini jangan dijual karena ini memang kami baktikan untuk bumi pertiwi dan bentuk dedikasi kita kepada pencipta eco enzyme Dr Rosukon Poompanvong. Kami terus menularkan ilmu,supaya semakin banyak orang yang bisa membuat eco enzyme. Kalau kami jual orang akan malas membuat karena memilih membeli eco enzyme kami,” ujar Gung.
Melarang menjual sebenarnya merupakan salah satu cara untuk mengedukasi warga agar bisa membuat cairan ini. Meskipun di pasaran online, banyak yang menjual cairan ini. “Tolong ya jangan dijual eco enzyme untuk bumi pertiwi, kita simpan untuk persiapan kalau ada bencana alam. Kalau produk turunannya, seperti sabun, boleh dijual,” ujar Sang Pejuang Lingkungan ini.(*)
Pewarta | : Muhammad Dhani Rahman |
Editor | : Imadudin Muhammad |