TIMES JATIM, JEMBER – Sebagai orangtua, ketika mendengar vonis bahwa buah hati terlahir dengan kondisi penyakit jantung bawaan dapat dipastikan akan timbul banyak kekhawatiran dalam benak.
Hal tersebut yang kini tengah dirasakan oleh Moh. Thamrin (37).
Ia menceritakan pengalaman saat putri kecilnya yang bernama Zea Almira (4) di diagnosa dokter menderita kelainan jantung bawaan.
“Pada usia 6 bulan, anak saya sudah didiagnosa terdapat kelainan jantung bawaan oleh dokter. Usia 1,5 tahun, putri saya sudah menerima operasi pertamanya dan merasakan dua kali pemasangan kateter jantung,” ungkapnya.
Mahalnya biaya operasi jantung tidak menjadi hambatan bagi Thamrin untuk mengusahakan kesembuhan anaknya.
Hal tersebut terjadi karena ia dan seluruh anggota keluarganya telah terdaftar sebagai peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Thamrin mengaku selama perawatan anaknya, ia tidak pernah mengeluarkan biaya sepeserpun.
“Sebagai ASN daerah, kami merasa kesulitan jika terbentur pada masalah biaya pelayanan kesehatan dan perawatan tertentu, apalagi untuk tindakan-tindakan medis yang membutuhkan biaya besar. Biaya operasi jantung ini sangat mahal dan menjadi sesuatu yang mustahil dilakukan. Namun saya bersyukur ada JKN, jadinya saya tidak keluar biaya seribu rupiah pun untuk operasi anak saya di RSUD Soebandi Kabupaten Jember. Saya tidak bisa membayangkan jika saya bukan peserta JKN, yang lebih parah lagi saya tidak bisa membayangkan jika Program JKN ini terhenti atau tidak ada,” ujarnya.
Thamrin juga menuturkan bahwa sangat bersyukur ia menjadi peserta JKN, karena tidak akan pernah merasa khawatir dengan biaya pengobatan dan pelayanan kesehatan yang begitu tinggi.
“Saya benar-benar merasakan sendiri manfaat Program JKN ini. Bukan cuma saya yang merasakannya, banyak peserta lain, mungkin jumlahnya jutaan yang benar-benar butuh program ini untuk mengobati penyakit mereka,” tambahnya.
Namun, Thamrin menyayangkan masih banyak masyarakat yang tidak menyadari pentingnya menjadi peserta JKN.
Ia pun mengetahui adanya beberapa yang sengaja tidak membayar iuran JKN dengan alasan masih merasa sehat.
“Kita kan tidak tahu kapan datangnya sakit, makanya seharusnya masyarakat sadar untuk mengikuti program ini dan bayar iuran untuk jaga-jaga. Kita ambil contoh perokok. Andaikan saja mereka tidak merokok selama 4 hari, maka mereka sebenarnya akan mampu untuk membayar iuran. Bayangkan saja, rata-rata perokok itu bisa menghabiskan 2 bungkus rokok sehari dengan harga 20 ribuan. Jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk menunggak iuran. Ini untuk kepentingan mereka sendiri sebenarnya. Kalau masyarakat sadar saya rasa tidak akan ada lagi yang masuk dalam kategori menunggak, kecuali yang memang benar-benar tidak mampu,” terangnya.
Thamrin berharap akan semakin banyak masyarakat yang ikut menjadi peserta JKN dan berpartisipasi menyukseskan program ini. Ia juga berterimakasih kepada Program JKN dan BPJS Kesehatan serta berharap agar tindakan operasi kedua anaknya nanti dapat berjalan lancar, hingga anaknya dapat sembuh seperti sedia kala. (*)
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Dody Bayu Prasetyo |