TIMES JATIM, MAGETAN – Setiap orang tua pastinya menginginkan kehadiran buah hati yang sempurna dan tidak memiliki kekurangan. Karena semua manusia tidak sama serta diciptakan unik oleh sang pencipta.
Tentunya manusia tidak ingin terlahir dengan menyandang kelainan ataupun kecacatan dalam hidupnya, begitupun orang tua yang tidak ingin buah hatinya menjadi anak berkebutuhan khusus (ABK). Untuk itu, para orang tua wajib mengenali ciri-ciri bagaimana seorang anak memiliki keterbatasan.
Saat ditemui TIMES Indonesia di Rumah Tumbuh Kembang Samudra Harapan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Jumat (21/7/2023), Meita Arizka yang merupakan seorang Fisioterapis Pediatri (fisioterapi tumbuh kembang anak) asal Magetan mengatakan, ada beberapa ciri-ciri anak yang berpotensi memiliki keterbatasan seperti:
- Belum bisa tengkurap hingga usia 6 bulan.
- Tidak bisa berguling hingga di usia 8 bulan.
- Tidak bisa duduk sendiri di usia 9 bulan.
- Tidak bisa merangkak di usia 10 bulan.
- Tidak bisa berdiri hingga 18 bulan dengan masa toleransi hingga 24 bulan.
“Para orang tua mulai saat ini harus waspada sejak dini dengan tumbuh kembangnya anak, jangan sampai saat usianya sudah harus bisa melakukan banyak hal, seperti berdiri maupun merangkak, justru anak kita belum bisa. Itu harus segera dikonsultasikan ke dokter anak maupun ke fisioterapis,” ujarnya.
Pendiri Rumah Tumbuh Kembang Samudra Harapan tersebut melanjutkan, pentingnya mendeteksi sejak dini seorang anak memiliki keterbatasan cukup penting sehingga jika seorang anak terindikasi hal tersebut, dapat segera mendapat penanganan untuk mencegah hal yang lebih berat dan sulit ditangani.
“Jika bayi lahir tidak dengan menangis, kemungkinannya kekurangan oksigen (hipoksia), dari situ biasanya nakes akan menganalisa, otak bagian mana yang rusak. Nah misal sudah bagian otak kiri yang mempengaruhi pendengaran rusak, tugas kami fisioterapi pediatri akan menstimulasi itu dengan harapan tidak terjadi kerusakan sensoris di area tersebut karena sel otak bayi masih bisa terus tumbuh hingga umur 1000 hari mulai dalam kandungan,” jelasnya.
Pun, menurutnya ada beberapa faktor sebelum dan sesudah kelahiran pada bayi yang menimbulkan bayi bisa terlahir dalam kondisi ABK, seperti:
- Infeksi kehamilan yang terjadi akibat virus serta sang ibu terjangkit virus yang menyebabkan janin kekurangan oksigen (hipoksia) yang memperngaruhi otak janin.
- Gangguan genetika.
- Usia ibu hamil yang terlalu muda dan terlalu tua.
- Keracunan obat – obatan saat kehamilan, keracunan logam berat seperti timbal, aluminium dan masih banyak lagi.
- Toxoplasmiosis ataupun virus yang berasal dari binatang.
Serta sesudah pada saat kelahiran, seperti:
- Proses kelahiran yang lama, prematur, kekurangan oksigen atau hipoksia dapat menyebabkan kerusakan sel otak.
- Pendarahan yang terjadi akibat placenta previa yang merupakan jalan keluar bayi tertutup oleh plasenta.
- Disproporsi sefalopelvik atau ibu yang memiliki kelainan tulang pelvik atau pinggul yang dapat menekan kepala bayi pada saat proses kelahiran.
“Selain ada disabilitas yang disebabkan saat janin masih di dalam kandungan, juga ada waktu setelah kelahiran, salah satunya seperti bayi mengalami trauma seperti benturan, kejang, maupun terinfeksi bakteri." tambahnya.
Sementara itu, seorang fisioterpis pediatri memiliki peran untuk mengatasi masalah pada motorik dan perkembangan pada anak, seperti saat anak mengalami gangguan motorik kasar, gangguan sensoris, gangguan postur, otot yang terlalu kencang maupun yang terlalu lembek, postur tubuh yang buruk dan otot yang kaku, kesulitan menggerakan tubuh dan masalah keseimbangan yang mengakibatkan keterlambatan perkembangan anak. Kondisi-kondisi tersebut banyak ditemukan pada anak anak dengan cerebral palsy, down syndrom, autis dan masih banyak lagi. (*)
Pewarta | : Aditya Candra |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |