https://jatim.times.co.id/
Berita

Jebrak, Nenek Sederhana asal Pacitan yang Ganti Nama karena Sering Sakit-sakitan

Sabtu, 16 April 2022 - 19:05
Jebrak, Nenek Sederhana asal Pacitan yang Ganti Nama karena Sering Sakit-sakitan Nenek Mesiyem berganti nama menjadi Jebrak karena sakit tak kunjung sembuh sebelumnya yang tinggal di pelosok desa Kebondalem, Kecamatan Arjosari, Pacitan. (FOTO: Rojihan/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, PACITAN – Di dunia ini semuanya serba mungkin, termasuk kisah seorang nenek di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur yang berganti nama karena sering sakit-sakitan sejak kecil. 

Jebrak (65), warga Desa Kebondalem, Kecamatan Arjosari mengaku memiliki nama asli Mesiyem.

"Dulu nama saya Mesiyem, karena sering sakit tak kunjung sembuh akhirnya oleh orang tua diganti nama jadi Jebrak," katanya, Sabtu (16/4/2022). 

Nenek-Mesiyem-berganti-nama-menjadi-Jebrak-karena-sakit-tak-kunjung-sembuh-sebelumnya.jpgNenek Mesiyem berganti nama menjadi Jebrak karena sakit tak kunjung sembuh sebelumnya yang tinggal di pelosok desa Kebondalem, Kecamatan Arjosari, Pacitan. (FOTO: Rojihan/TIMES Indonesia) 

Ritual ganti nama dalam kebudayaan Jawa memang umum. Nama diganti karena beberapa hal, seperti membuang sial, tidak kuat dengan makna nama yang disandang dan biasanya anak menjadi nakal, serta karena sering sakit-sakitan. Banyak yang mempercayai, ketika nama diganti dan diteruskan dengan selamatan atau doa bersama, perubahan akan terjadi.

Yang sial akan menjadi beruntung, yang nakal menjadi baik dan yang sering sakit-sakitan menjadi lebih sehat dan kuat.  Jebrak bercerita, sejak berganti nama, ia tak lagi sakit-sakitan.

Jebrak hidupnya sangat sederhana bersama sang suami bernama Kadis (75) yang bekerja sebagai petani. Di rumah sederhana terbuat dari anyaman bambu itu juga ditempati anak perempuan dan cucu yang masih kecil. 

Suami-Jebrak-bernama-Kadis.jpgSuami Jebrak bernama Kadis (75) pembuat anyaman bambu pesanan, satu lembar seharga Rp50 ribu. (FOTO: Rojihan/TIMES Indonesia)

Adapun jalan menuju rumahnya harus menyeberangi jembatan layang dan melewati jalan rabat sisi yang sangat curam dan ekstrem. Saat hujan tiba akan sangat licin. Namun bagi penduduk setempat hal itu menjadi kebiasaan. 

Di samping itu, keahliannya dalam membuat anyaman bambu ternyata juga bisa menambah penghasilan keluarga meski tidak setiap hari ia dapatkan karena sebagai sampingan. 

"Nah kalau ada yang pesan anyaman bambu baru dibuatkan. Satu lembar Rp50 ribu. Bikinnya juga lama, seminggu baru jadi," jelas Mbah Jebrak. 

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dirinya menjual hasil bumi seperti kunyit dan jahe walaupun saat ini harga di pasar tradisional kurang menjanjikan setidaknya bisa menyambung hidup. 

"Kalau butuh duit biasanya jual kunyit dan jahe ke pasar. Saat ini belum laku ya jual yang lain, seperti ayam dan lainnya. Yang penting bisa buat hidup. Namanya juga orang kampung," ujar Mbah Jebrak asal Kebondalem, Pacitan yang memiliki kisah unik berganti nama karena sakit-sakitan. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.