TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Badai pandemi covid-19, meruntuhkan sektor perekonomian global. Terlebih-lebih di sektor wisata. Ini juga yang dialami oleh Ahmad Sugeng Laksono yang dipecat sebagai karyawan hotel di Kawasan wisata Bromo, Probolinggo, Jawa Timur. Namun. lelaki Tengger ini mampu bangkit dan justru sukses dengan olahan rempeyek volcano.
Ahmad Sugeng Laksono, warga Desa Wonokerto, Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Sempat “kelimpungan” pasca diputus hubungan kerja. Bapak tiga anak ini kemudian putar otak dan akhirna membuat olahan rempeyek volcano khas Tengger. Rempeyek, merupakan makanan ringan sejenis kerupuk, tentunya sudah dikenal masyarakat.
Perlahan tapi pasti, usaha Sugeng mulai tumbuh di tengah pandemi, di Kawasan wisata Bromo. (FOTO: Happy/TIMES Indonesia)
Olahan rempeyek volcano ini menjadi penyelamat perekonomian keluarganya. “Alhamdulillah, saat ini rempeyek volcano buatan saya mulai laku di toko-toko sekitar Sukapura. Walau masih dalam masa pandemi,” katanya, Kamis (25/2/2021).
Sugeng bercerita, Maret 2020 silam, kondisi keuangan hotel mulai goyah. Langkah yang diambil managemen hotel, mengurangi jam kerja karyawan. Dengan cara membagi dua kelompok. Masing - masing kelompok bekerja 15 hari sekali.
Memasuki April 2020, kondisi perekonomian masih belum ada perkembangan yang signifikan. Puncaknya pada 1 mei 2020 pihak managemen hotel mengambil keputusan yang berat. Memutus hubungan kerja beberapa karyawan. Termasuk salah satunya, Sugeng.
“Dalam hati saya sempat syok dan kaget. Karena saya tidak pernah terbayangkan kalau saya masuk daftar PHK. Padahal di hotel itu sudah 25 tahun saya mengabdi,” kenangnya.
Berbekal uang pesangon, bapak tiga anak ini kemudian mencoba merintis usaha sendiri. yakni olahan rempeyek volcano. Dengan bumbu rempah-rempah khas Tengger dan aneka taburan di atasnya. Mulai dari kacang, udang kecil, ikan teri maupun kacang otok.
Contoh olahan produknya pun, dibawa ke sejumlah rumah makan dan toko di sekitar Lereng Bromo. “Sempat diingatkan oleh salah satu restoran, agar memperbaiki kemasan. Setelah kami perbaiki, hasilnya alhamdulillah lumayan,” katanya.
Kini olahan rempeyek volcano hasil racikan Sugeng, tersebar di toko-toko dan sejumlah restoran di Kawasan Lereng Bromo. Salah satunya di Rumah Makan Ayam Bawangan Bromo. Pembukaan Kawasan wisata bertaraf internasional itupun, cukup membantu membangkitkan perekonomian keluarganya.
Harganya yang murah, berkisar antara Rp 10 ribu dengan kemasan dan rasa yang khas, membuat olahan rempeyek ini menjadi primadona baru. Cocok disantap dengan berbagai macam makanan. Atau bisa juga dijadikan sebagai camilan (makanan ringan) sembari minum kopi disaat santai.
Olahan rempeyek volcano khas Bromo. (FOTO: Sugeng for TIMES Indonesia)
Walau sempat tertatih karena peraturan PPKM dan syarat surat Kesehatan bebas covid19, tapi usaha itu terus berkembang. Perlahan tapi pasti, di tengah pandemi yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Usaha rempeyek volcano hasil olahan Sugeng pun, mulai tumbuh di Kawasan Wisata Bromo, Probolinggo. (*)
Pewarta | : Ryan |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |