TIMES JATIM, PACITAN – Sejumlah siswa SMKN Ngadirojo Pacitan diduga mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi menu Makan Bersama Gratis (MBG) di sekolah. Salah satu siswa kelas XI, RP (16), mengaku sempat mual, pusing, demam hingga diare setelah menyantap menu MBG pada Kamis (18/9/2025).
“Kurang tahu, soalnya pas di UKS itu banyak kok, wong satu kelas saya saja banyak yang diare paginya itu,” ujar RP kepada TIMES Indonesia, Sabtu (20/9/2025).
Menurutnya, tidak semua siswa di kelasnya yang berjumlah 34 orang mengalami keluhan serupa. Namun, ia menilai ada rasa aneh pada menu MBG yang disantap.
“Yang saya makan itu ayam teriyaki, ada tahu lada. Rasanya ayamnya aneh. Awalnya saya kira lidah saya saja. Setelah makan tahu, pas dapat nugget ayam dan tempe tepung, ternyata tempenya sudah lanas (basi), rasanya nggak enak,” jelasnya.
Akibat keluhan tersebut, ia bersama sejumlah siswa lain dilarikan ke Puskesmas Ngadirojo. Menurut pengakuannya, masih ada tiga siswa yang menjalani perawatan. Bahkan, ada yang sempat kejang-kejang.
“Kalau sekarang tinggal sedikit pusing. Kemarin sempat diare, mual, panas dingin, juga sesak napas,” tambah Renantri.
Menu MBG di SMKN Ngadirojo Pacitan. (FOTO: RP for TIMES Indonesia)
Ia berharap menu MBG di sekolah tidak terlalu dibuat beragam. “Kalau bisa sih makanannya jangan dianeh-anehkan. Makanan biasa aja sederhana, nggak usah kaya makanan luar. Kan beberapa anak mungkin baru kenal makanan baru, jadinya mulut sama perut kurang menerima,” katanya.
Hal senada disampaikan J, warga Wonodadi Wetan, Kecamatan Ngadirojo, yang juga wali murid RP. Ia membenarkan anaknya mengalami sakit setelah diduga mengonsumsi menu MBG.
“Ya benar, kemarin di sekolah, SMKN Ngadirojo. Baru hari Senin mulainya MBG. Tapi Kamis baru terasa mual, muntah, dan diare,” ungkap J saat menunggu anaknya di Puskesmas Ngadirojo.
Meski kondisi anaknya sudah berangsur membaik, J mengaku masih menunggu penanganan dokter. “Sekarang masih menunggu dokter,” ujarnya.
Polisi Masih Dalami
Menanggapi laporan tersebut, Kapolsek Ngadirojo, Iptu Titan Kurniawan, S.Tr.K., S.I.K., menyebut pihaknya belum bisa memastikan kebenaran dugaan keracunan makanan tersebut.
“Oh, belum bisa memastikan kebenarannya. Nanti kalau sudah menerima informasi A1, akan kami sampaikan,” katanya melalui pesan WhatsApp.
Titan menegaskan, pihaknya tidak bisa berspekulasi tanpa data yang valid. “Kita kan bicara dengan data. Kalau analisa pribadi, saya tidak bisa sampaikan. Sekarang masih dikaji,” terangnya.
Ia menambahkan, di Kecamatan Ngadirojo terdapat dua dapur penyedia MBG. “Soal daftar penyalurannya masing-masing dapur sudah ada di SPPG masing-masing. Ya, sudah mulai dari Senin kemarin,” imbuh Titan.
“Kami sebagai aparat tentu akan mengklarifikasi. Informasi yang beredar harus dibuktikan kebenarannya. Semoga dalam waktu dekat bisa segera kami berikan data,” pungkasnya.
Kepala Sekolah Membantah
Sementara itu, Kepala SMKN Ngadirojo, Drs Banjir, M.M., membantah adanya dugaan keracunan massal akibat MBG. Ia menyebut informasi tersebut sebagai hoaks.
“Kemarin itu sore sampai malam di sekolah, kebetulan makan sisa MBG karena ada empat siswa nggak masuk. Itu saya makan bersama guru, dan tidak apa-apa. Siswa yang sakit memang punya riwayat penyakit bawaan seperti maag,” ujarnya.
Menurut Banjir, jika memang keracunan, seharusnya ratusan siswa lain juga mengalami hal yang sama. “Yang ikut MBG ini sekitar 780 siswa. Kalau keracunan, sekian anak itu kena semua. Saya pastikan anak yang dirawat bukan karena MBG. Itu sudah dikonfirmasi ke orang tuanya,” tegasnya.
Ia menambahkan, sejak awal sosialisasi program MBG, sekolah sudah membuka ruang komunikasi dengan siswa. “Kalau ada yang kurang pas, silakan konfirmasi ke sekolah,” katanya.
Meski demikian, pihak kecamatan dan kepolisian tetap menindaklanjuti laporan dugaan keracunan MBG tersebut untuk memastikan kebenaran informasi. (*)
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Imadudin Muhammad |