TIMES JATIM, JAKARTA – Pakar otomotif Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menyatakan Indonesia memiliki peluang strategis untuk menjadi pemain kunci dalam industri kendaraan listrik (EV) global. Kunci utamanya terletak pada pemanfaatan cadangan nikel terbesar dunia (26%) dan strategi hilirisasi baterai yang tepat.
"Baterai nikel adalah kunci bagi Indonesia untuk tampil sebagai pemain utama dalam industri kendaraan listrik global. Kita punya peluang emas yang tidak boleh disia-siakan," tegas Yannes, Rabu (6/8/2025).
Program Danantara Rp618 Triliun & Proyek Baterai NMC di Karawang
Pemerintah sedang menggalang Program Danantara dengan alokasi dana Rp618 triliun untuk 18 proyek hilirisasi, termasuk pengembangan ekosistem baterai EV. Proyek unggulan di Karawang, Jawa Barat, telah memasuki fase produksi baterai NMC (nickel, manganese, cobalt) berteknologi mutakhir, seperti:
-
Solid-state battery
-
Thermal management system
-
AI-based Battery Management System (BMS)
"Ini bukan hanya industrialisasi, tapi momentum strategis membangun kendaraan listrik yang kompetitif secara global," jelas Yannes.
Peringkat 3 Rantai Pasok Baterai Global: Target Naik ke Posisi 2 di 2030
Saat ini, Indonesia menempati peringkat ketiga rantai pasok baterai dunia, di bawah Tiongkok dan Korea Selatan. Dengan eksekusi Program Danantara yang optimal, Yannes memprediksi Indonesia bisa melompat ke posisi kedua pada 2030.
Namun, window of opportunity ini hanya terbuka untuk 5–7 tahun ke depan. Yannes menekankan pentingnya penguatan pasar lokal terlebih dahulu untuk mencapai skala ekonomi sebelum berekspansi ke pasar global.
"Window of opportunity-nya sempit. Keputusan hari ini akan menentukan apakah kita jadi pemain utama atau hanya penonton dalam revolusi kendaraan listrik global," tandasnya. (*)
Pewarta | : Antara |
Editor | : Faizal R Arief |