TIMES JATIM, BATU – Sebuah drone raksasa milik UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) terbang mengelilingi Perumahan Muara Sarana Indah (MSI), Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Sabtu (25/7/2020).
Dari pipa-pipa diantara sayapnya menyemprotkan cairan disinfektan khusus di seluruh sudut perumahan. Manuver besi terbang ini cukup menyita perhatian warga yang melongok dari jendela rumah masing-masing.
Sebelumnya, Ketua RW 05, Ahmad Nur Khoyim beserta relawan dari Satgas Rapi Kabupaten Malang menyemprotkan cairan disinfektan dari suprayer tenteng yang dibawanya. Sterilisasi ini dilakukan menyusul beberapa warga perumahan yang terpapar Virus Covid-19 beberapa waktu lalu.
“Kami bertanggungjawab atas keselamatan dan kesehatan warga, kami yang punya jiwa relawan, punya beban moral tersendiri jika terjadi sesuatu. Semoga semua sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT dan semoga semua penyakit diangkat,” kata Nur Khoyim.
Sebelum warga terpapar, pihaknya sudah beberapa kali melakukan penyemprotan disinfektan, hingga akhirnya satu orang warga sudah menjalani karantina selama sebulan dan sekarang sudah sehat dan satu warga yang berstatus PDP meninggal dunia.
Berbagai langkah penanganan sudah dilakukan mulai penyemprotan oleh BPBD Kabupaten Malang, Satgas Desa Mulyoagung bersama Muspika dan hari ini ditindaklanjuti warga dengan melakukan penyemprotan disinfektan dari darat dan udara.
“Kebetulan salah satu Bapak David (Dr Ir Hermawan M.P. IPM, Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM) adalah warga kami yang juga Seksi Keamanan RW menawarkan bantuan penyemprotan dari udara menggunakan drone milik UMM, ya kami sangat berterima kasih sekali,” ujar Nur Khoyim.
Ditempat terpisah, David menjelaskan bahwa hari ini mereka menurunkan Drone Suprayer berkode UMM SRI (Smart Robotic Indonesia) 1 Drone yang dibuat sendiri oleh mahasiswa FPP UMM. Drone pintar ini dibuat tahun 2019 dan menghabiskan biaya sebesar Rp 250 juta.
Dikelasnya, UMM SRI 1 ini terbilang murah, meski kemampuannya, menurut David lebih baik ketimbang di Eropa dan Amerika. Karena drone ini sudah dilengkapi dengan sensor yang membuat bisa mendeteksi penyakit tanaman.
“Drone ini sebenarnya untuk pertanian, terutama untuk menyiram padi, jagung, kedelai, atau perkebunan sawit. Sudah dilengkapi sensor, dia mampu mendeteksi kondisi tanaman apakah terkena penyakit atau tidak,” ujarnya.
Bahkan drone ini mampu mendeteksi kesuburan tanaman dari klorofil. Lebih canggih lagi, penyemprotan yang dilakukan drone ini tidak sembarang menyemprot, tapi sensor mengarahkan dimana kawasan yang memerlukan penyemprotan.
“Endurance nya 10 hektar perjam, mampu mengangkat berat 23 kilogram, kita sudah pergunakan di beberapa tempat, pertama kali kita gunakan di Wijaya Kusuma kerja sama dengan Malang Bersatu Lawan Corona (MBLC) kemudian sudah kita gunakan penyemprotan di 7 kota atau kabupaten mulai dari Pasuruan hingga Sragen,” ujarnya.
Keberadaan drone ini sangat diperlukan untuk menjangkau area yang tidak tersentuh sprayer disinfektan lainnya. Karena disemprot dari udara, lebih efektif dan efisien, selain sudah disetting lokasi yang dibutuhkan penyemprotan.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa UMM memiliki drone sebanyak tiga versi, pertama drone tipe sprayer, kedua drone tipe mapper untuk pemetaan lahan yang mampu mendeteksi lahan seluas 1000 hektar serta dikembangkan juga untuk versi militer terutama untuk kemampuan surveillance di laut.
Dimana pada drone raksasa ini dirancang untuk bisa terbang sejauh 200 kilometer yang proses mendaratnya menggunakan vertical landing. David pun menyebut bahwa drone UMM SRI 1 ini sudah diekspor ke Korea dan Filipina. (*)
Pewarta | : Muhammad Dhani Rahman |
Editor | : Deasy Mayasari |