https://jatim.times.co.id/
Berita

Tanamkan Jiwa Nasionalisme, Ribuan Siswa PAUD di Maesan Bondowoso Ikuti Pawai Hari Pahlawan Nasional

Kamis, 10 November 2022 - 19:05
Tanamkan Jiwa Nasionalisme, Ribuan Siswa PAUD di Maesan Bondowoso Ikuti Pawai Hari Pahlawan Nasional Ribuan siswa dari 49 lembaga KB dan SPS kecamatan Maesan Bondowoso (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, BONDOWOSO – Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Nasional, ribuan siswa PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di Maesan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, mengikuti pawai Hari Pahlawan, Kamis (10/11/2022).

Informasi dihimpun dari organisasi Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) Kecamatan Maesan, total ada 49 lembaga yang terdiri dari KB (Kelompok Bermain) dan SPS (Satuan PAUD Sejenis).

Adapun tujuan dari kegiatan pawai dalam rangka Hari Pahlawan Nasional kali ini, tidak lain untuk mengajarkan sejarah dan menanamkan nilai-nilai nasionalisme.

Sengaja kegiatan ini digelar bertepatan di momen peringatan Hari Pahlawan Nasional 10 November 2022.

Pantauan di lokasi, tidak hanya siswa, para wali siswa juga mengenakan pakaian ala-ala pejuang, layaknya arek-arek Surabaya yang sedang melawan penjajah.

Yakni diantaranya menggunakan pakaian bertema tentara, ada yang melukis wajahnya seolah-olah berlumuran darah, dan beberapa ragam tampilan lain yang menggambarkan perjuangan pahlawan.

Ketua HIMPAUDI Kecamatan Maesan Bondowoso, Hotijah mengatakan, dari 49 lembaga tersebut masing-masing mengutus sebanyak 30 siswa. 

"Jadi tinggal kalikan saja, sekitar seribuan lebih. Belum juga orang tua atau wali siswa," kata dia saat dikonfirmasi.

Adapun rutenya sendiri yakni mulai dari Lapangan Sumbersari Kecamatan Maesan, dan finish di lapangan Ekapraja.

Hotijah menjelaskan, yang lebih penting dari pawai Hari Pahlawan ini adalah nilai sejarah dan nilai juang yang ingin ditanamkan pada anak sejak dini.

"Nilai juang ini yang harus diajarkan. Sebab mereka-mereka inilah, anak yang usianya masih dini ini yang akan meneruskan perjuangan dan mengisi kemerdekaan ini," kata dia.

Pawai-Hari-Pahlawan-di-Bondowoso-a.jpgSuasana sebelum pelepasan peserta pawai Pahlawan Nasional (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

Menurutnya, jika dibandingkan dengan kejadian pada tanggal 10 November 1945, dimana terjadi pertumpahan darah di Surabaya. Peringatan dan penghormatan seperti yang digelar hari ini belum ada apa-apanya. 

"Saat itu terjadi pertempuran besar antara pihak Tentara Nasional Indonesia dan warga sipil, melawan pasukan Inggris," kata dia.

Menurutnya, para pahlawan zaman dulu rela mengorbankan jiwa dan raganya demi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. 

"Nilai-nilai kecintaan terhadap negara inilah yang semestinya harus diajarkan kepada anak-anak. Selain tentu juga kenanga akan perjuangan para pahlawan," jelas dia.

Menurutnya, sebenarnya perjuangan guru dan peserta didik saat ini lebih mudah. Yakni bagaimana meningkatkan pendidikan, khususnya pendidikan karakter sejak dini. 

"Guru mendidik dengan baik, anak harus punya semangat yang luar biasa. Itu tugas kita sekarang untuk meneruskan perjuangan pahlawan," jelas dia.

Sementara salah seorang wali siswa, Yuli Ervina mengatakan, bahwa dirinya menyambut baik kegiatan ini. Sebab di dalamnya banyak menanamkan nilai-nilai. 

"Seperti diajarkan nilai sejarah, mengenal nilai juang para pahlawan dan lain sebagainya," kata dia.

Menurutnya, kegiatan seperti ini memang jarang. Tetapi baginya, ini proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara yang menyenangkan. "Semoga anak-anak terutama anak saya, bisa meneladani para pahlawan," imbuh dia.

Sekilas Sejarah 10 November

Seperti diketahui, sebenarnya telah terjadi gencatan senjata antara Indonesia dan pihak tentara Inggris, dan ditandatangani tanggal 29 Oktober 1945, keadaan mulai mereda.

Namun di sisi lain, begitu tetap saja terjadi bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Lalu pada 30 Oktober 1945, Jendral Mallaby selaku pimpinan pasukan Inggris meninggal dunia.

Kemudian Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum 10 November 1945, dan meminta pihak Indonesia untuk menyerahkan segala persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.

Selain itu, kubu tentara Inggris juga mengancam akan menggempur kota Surabaya dari segala medan. Apabila masyarakat Indonesia tidak mematuhi perintah Inggris.

Namun rakyat Indonesia tidaklah takut dengan ultimatum lawan, dan tidak membuat gentar jiwa-jiwa rakyat Indonesia yang menginginkan kebebasan. 

Hingga terjadi pertempuran sangat dahsyat di Surabaya pada tanggal 10 November 1945, sekitar tiga minggu lamanya.

Pertempuran tersebut telah mengakibatkan sekitar 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban, sebagian besar adalah warga sipil.

Serta diperkirakan 150.000 orang terpaksa meninggalkan kota Surabaya dan tercatat sekitar 1600 orang prajurit Inggris tewas, hilang dan luka-luka serta puluhan alat perang rusak dan hancur.

Pertempuran 10 November di Surabaya itu adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dan jadi pertempuran terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Oleh karena itu, 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional. (*)

Pewarta : Moh Bahri
Editor : Dody Bayu Prasetyo
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.