TIMES JATIM, SURABAYA – Pelecehan seksual di moda transportasi publik seringkali dialami perempuan. Hal ini membuat penumpang merasa tidak nyaman bahkan sering menimbulkan trauma. Endingnya, mereka tidak mau lagi menggunakan transportasi umum.
Transportasi umum menjadi salah satu tempat predator melampiaskan perbuatan asusila. Sosialisasi Stop Pelecehan di Transportasi Publik merupakan rangkaian HUT KAI Commuter ke-16 pada tahun ini dilakukan di Area Stasiun Surabaya Gubeng, Kamis (22/8/2024).
“Kegiatan sosialisasi ini merupakan bagian dari komitmen KAI Commuter untuk mencegah dan menangani segala bentuk pelecehan di transportasi publik, khususnya Commuter Line,” kata VP Corporate Secretary KAI Commuter, Joni Martinus.
Sejak Januari hingga Agustus 2024, pihak KAI Commuter menangkap 30 kasus pelecahan di dalam kereta api. Penangkapan kemudian dilanjutkan ke pihak berwajib. Laporan melalui media sosial juga disamlaikan pelanggan kereta api.
“Sepanjang Januari-Agustus 2024 kami menangkap lamgsung pelaku pelecehan seksual. Kemudian kami laporkan di polsek terdekat. Media sosial ada 13 kasus yang melapor kepada kami," kata Broer Rizal, Direktur Operasi Dan Pemasaran KAI Commuter saat sosialisasi di Stasiun Gubeng.
KAI terus berupaya melakukan pantauan terhadap pelaku pelecehan di wilayah stasiun maupun di dalam kereta api.
Kampanye dan edukasi melalui poster dan pembagian stiker. Guna mengajak pengguna kereta api, khususnya Commuter Line, untuk bersama-sama mencegah tindak pelecehan atau pun kekerasan seksual.
Dalam pencegahan tindak pelecehan seksual di transportasi publik, KAI Commuter sudah memiliki sistem Analytic Recognition (CCTV Analytic). Sistem CCTV yang dapat mengidentifikasi melalui rekaman wajah pelaku tindak pelecehan maupun tindak kriminal lainnya.
Rekaman ini menjadi database, dengan sistem ini dapat mencegah pelaku melakukan tindak pelecehan dan tindak pidana lainnya di Commuter Line. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: KAI Commuter Sosialisasikan Stop Pelecehan Seksual di Transportasi Publik
Pewarta | : Hamida Soetadji |
Editor | : Deasy Mayasari |