TIMES JATIM, MALANG – Tepat sehari setelah peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-79, Komunitas Indonesia Colonial Heritage menggelar acara “Ndongeng Internir”. Kegiatan ini sebenarnya merupakan kegiatan rutinan yang dilakukan komunitas ini, namun kali ini mereka melakukannya dengan cara yang berbeda dari biasanya.
Jika biasanya mereka melakukan tur di tempat bersejarah di Malang, kali ini mereka memilih konsep yang berbeda dengan ‘mendongeng’ di salah satu tempat bersejarah yang ada di Kota Malang, lebih tepatnya yakni di Rumah Cagar Budaya Jalan Anjasmoro nomor 25, Malang. Rumah ini dibangun oleh perusahaan arsitektur Belanda Smeets, Kooper Hooger Beets. Di beli oleh Dr. Slamet dari keluarga Belanda pada tahun 1993.
Penampilan live Musik Keroncong saat acara “Ndongeng Internir” yang digelar Komunitas Indonesia Colonial Heritage, di Rumah Cagar Budaya Jalan Anjasmoro nomor 25, Kota Malang, Minggu (18/8/2024). (FOTO: Novia Nur Ramadhani/TIMES Indonesia)
Adapun Ndongen Internir berkisah pada cerita Interniran atau kamp konsentrasi adalah sebuah penahanan atau pengurungan dari orang-orang, umumnya dalam kelompok-kelompok besar, tanpa pengadilan. Istilah tersebut secara khusus digunakan untuk pengurungan "warga-warga musuh pada masa perang.
“Selama ini kegiatan kami jalan ke beberapa obyek, dan sambil jalan kami bercerita tentang obyeknya,” ucap Irawan yang merupakan salah satu anggota dari komunitas ini. “Nah kali ini kami ingin membuat sesuatu yang berbeda, jadi kami tidak jalan. Jadi kami ambil satu obyek, kita bikin acara mendongeng di Lokasi yang kita pilih saat ini.” imbuhnya.
Indonesia Colonial Heritage merupakan sebuah komunitas yang awalnya didirikan oleh Arief DSK pada Mei tahun 2023. Komunitas ini memiliki cita-cita untuk menjadikan Kota Malang sebagai kota tujuan dimana di setiap sudut kota memiliki cerita masa lalu yang menarik.
“Cita-cita Panjang ICH sendiri itu menjadikan Kota Malang sebagai kota tujuan tidak lagi kota transit dengan tema yang kita tawarkan adalah setiap sudut kota memiliki cerita masa lalu kepada siapaun yang datang ke Malang,” kata Arief DSK.
Komunitas ini memilih tema Kolonial sebagai obyeknya karena menurut mereka hanya Kolonial lah Sejarah yang masih bisa dikulik masa lalunya melalui data-data primer yang masih ada dan tersusun rapih.
Pada acara “Ndongeng Internir” kali ini tidak hanya bagian mendongeng saja yang menjadi pusat perhatian, namun juga ada agenda kegiatan yang lain diantaranya Lapak Sabtu Membaca dan juga pertunjukan langsung Musik Keroncong. Atmosfer yang disajikan sore hari itu sangat syahdu dan indah. Pengunjung disuguhi beberapa jamuan, pemandangan, dan juga pertunjukan dari musik keroncong yang melengkapi suasana pada sore hari di halaman rumah peninggalan Belanda itu. “Enak banget suasananya syahdu dan banget. Serasa kembali ke tahun 40-an” ujar Isnaini, salah satu pengunjung acara Ndongeng Internir pada sore hari itu.
“Acara ini menarik banget karena bisa menamambah pengetahuan tentang tempat-tempat bersejarah di Malang yang mungkin pada awalnya ngga banyak orang tau. Saya pribadi sangat suka dengan acara ini dan akan mengikuti agenda dari komunitas ini kedepannya.” imbuh mahasiswi itu. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Indonesia Colonial Heritage Hadirkan Kisah Sejarah Kamp Internir Jepang di Malang
| Pewarta | : Novia Nur Ramadhani (MG) |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |