https://jatim.times.co.id/
Berita

Muasal Keris Suro, Hasil Dari Pijatan Tangan Era Kerajaan Blambangan Banyuwangi

Rabu, 19 Juli 2023 - 18:58
Muasal Keris Suro, Hasil Dari Pijatan Tangan Era Kerajaan Blambangan Banyuwangi Keris Suro pusaka termasyhur di Blambangan, karya Mpu Joko Suro yang dibuat hanya dengan pijatan tangan, dengan menggunakan energi atau suhu panas tubuh pada abad ke-16. (FOTO : Anggara Cahya /TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, BANYUWANGI – Siapa yang tak tau dengan keris. Senjata tradisional khas Pulau Jawa itu, banyak menyimpan kisah menarik untuk diceritakan. Salah satunya adalah keris karya Mpu Joko Suro yang dibuat hanya dengan pijatan tangan. Dan menjadi pusaka termasyhur pada masa Kerajaan Blambangan di Kabupaten Banyuwangi.

Cerita Keris Mpu Joko Suro tersebut, diungkapkan oleh Kolektor sekaligus penjamas keris, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) H. Ilham Trihadinagoro, dalam kegiatan Jamasan Suro atau Gelar Budaya Keris Blambangan di Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi.

Dikisahkan, benda pusaka yang diberi nama Keris Suro itu, dibuat oleh Mpu Joko Suro dengan perkiraan diciptakan pada abad ke-16. Dan menjadi keris tertua di Banyuwangi yang masih ada dan dirawat baik oleh Ilham.

Cerita sejarah dari Keris Suro tersebut tak luput dari sejarah pencarian Keris Kanjeng Kyai Sumelang Gandring karya Mpu Supo Madrangi. Mpu Supo Madrangi sendiri adalah seorang mpu terpandai pada zaman kerajaan Majapahit dan Blambangan. Mpu Supo Madrangi merupakan suami dari Dewi Rasawulan, adik dari Jaka Said yang tidak lain adalah Sunan Kalijaga.

Mpu Supo juga menjadi empu atau ahli keris Kerajaan Majapahit yang hidup di sekitar abad 15. Karyanya yang terkenal, antara lain Keris Kanjeng Kyai Sumelang Gandring, Keris Kyai Nagasasra dan Kyai Carubuk. Pada suatu saat Mpu Supo itu bertanya kepada kakak iparnya, Sunan Kalijaga, harus kemana mencari pusaka Keris Kanjeng Kyai Sumelang Gandring buatannya dan milik dari raja Majapahit saat itu. Yang hilang di gedong Pusaka Keraton Majapahit.

Namun, ada 2 versi cerita atau sumber lain yang beredar, versi berbeda menjelaskan Mpu Supo mendapat pawisik atau bisikan dari tuhan hasil bersemedinya, untuk pergi ke timur. Dalam pencariannya, Mpu Supo mengganti namanya menjadi Ki Rambang yang diambil dari kata ‘Ngelambrang’ yang berarti pengelana tanpa tujuan. 

“ada dua versi dalam kisahnya atau mungkin bisa jadi keduanya benar saja,” papar, Ilham, bercerita seraya mengasah keris, Rabu (19/7/2023).

Sesampainya di wilayah Blambangan, dari yang sebelumnya menetap di wilayah Madura. Mpu Supo bertemu dengan Ki Luwuk, salah satu Mpu di wilayah Blambangan yang menjadi orang kepercayaan penguasa Blambangan pada masa Adipati Menak Dadali Putih. 

Bertempat tinggal diwilayah Sembulungan, Kecamatan Muncar dan mengganti nama menjadi Mpu Pitrang. Singkat cerita, akhirnya pencarian Mpu Supo alias Ki Pitrang membuahkan hasil dan menemukan Keris Kanjeng Kyai Sumelang Gandring tersebut yang ternyata dipegang oleh Adipati Blambangan.

KRT-H-Ilham-Trihadinagoro.jpgKRT H. Ilham Trihadinagoro sedang menjamas pusaka berupa keris pada kegiatan jamasa suro atau Gelar Budaya Keris Blambangan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi. (FOTO : Anggara Cahya /TIMES Indonesia)

Hal itu terungkap saat Pitrang diberi tugas oleh Adipati Blambangan untuk membuat keris putran alias keris duplikat dari keris Kyai Sumelang Gandring. Selama 40 hari, Pitrang bersiasat menduplikat keris tersebut menjadi dua buah. Saat penyerahan keris putran, Ki Pitrang menukar duplikatnya dengan keris yang asli.

Karena kegembiraan Adipati Blambangan dengan hasil karya Pitrang. Adipati menghadiahkan salah satu adik perempuannya, Dewi Roro Upas, untuk dinikahkan dengan Pitrang. Selang beberapa waktu, Pitrang ingin kembali ke Majapahit. Dia pun berpesan kepada istrinya yang tengah hamil. Jika telah lahir anak laki-laki agar diberi nama Jaka Sura. Setelah cukup besar, anak itu agar menyusulnya ke Majapahit, dengan membawa besi peninggalanya.

Ketika beranjak umur 9 tahun, Joko Suro berangkat menemui ayahnya di Kerajaan Majapahit tak lupa membawa besi wasiat ayahnya. Sepanjang perjalanan besi itu dipijat (ditekan) dengan tangan. Dan tak terasa besi itu jadi gepeng dan membentuk keris yang kemudian diberi nama Keris Suro.

“Karena Joko Suro membuat besi tersebut menjadi keris dengan menggunakan suhu atau energi panas tubuh, membuatnya tidak hidup lama dan hanya hidup kurang lebih sampai umur 17 tahun pada 1478,” jelas KRT H. Ilham Trihadinagoro.

Dan benar saja, nampak pada permukaan keris memiliki ada bekas  pijatan sebanyak empat jari.

“jadi begitu ceritanya. Dan keris Suro ini menjadi koleksi saya yang paling menyimpan nilai historis kuat pada kerajaan Blambangan,” pungkas, Ilham. (*)

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.