https://jatim.times.co.id/
Berita

Menghafal Al-Quran dengan Cinta, Kisah Inspiratif Gus Qowim dan Putrinya

Kamis, 03 Oktober 2024 - 11:03
Menghafal Al-Quran dengan Cinta, Kisah Inspiratif Gus Qowim dan Putrinya Foto A Gus Qowim bersama istri dan putri-putrinya (Canda Adisurya/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, KEDIRI – Di sebuah sudut di Kota Kediri, berdiri Pondok Pesantren Al Ishlah, tempat di mana KH Qowimuddin Thoha, atau yang akrab disapa Gus Qowim, mengabdikan hidupnya.

Gus Qowim yang merupakan putra pendiri Ponpes Al Ishlah, KH. Thoha Mu’id, selain dikenal sebagai pengasuh pesantren, Gus Qowim juga merupakan calon Wakil Walikota Kediri yang berpasangan dengan Vinanda Prameswati.

Namun, di balik kesibukannya, Gus Qowim memiliki kisah inspiratif tentang bagaimana ia mendampingi putri-putrinya hingga menjadi penghafal Al-Quran.

Di kediamannya di Ponpes Al Ishlah, Bandar Kidul, Gus Qowim menceritakan perjalanan panjang mendidik lima putrinya.

Bersama sang istri, Faiqoh Azizah Mohammad (Ning Faiq), yang juga seorang Hafidzah, mereka telah berhasil mendidik tiga dari lima putri mereka hingga menyelesaikan hafalan Al-Quran. 

Putri pertama, Abidah Aniqotulula Mohammad (Ning Aniq), kini telah menyelesaikan studi di Universitas Islam Tribakti (UIT), Lirboyo Kediri.

Putri kedua, Cahaya Asiyah Kharisma Mohammad (Ning Cahaya) saat ini juga tengah menempuh pendidikan di UIT, dan putri ketiga, Qiyan Kafiyya Fikro Mohammad (Ning Qiyan), juga telah menyelesaikan hafalan mereka.

Putri keempat, Fadhilah Makkata Madinata Mohammad (Ning Mekka), sedang dalam perjalanan menyelesaikan hafalan juz ke-5, sementara putri bungsu, Asyrivna Sakinata Mohammad (Ning Asyrif), juga sedang dalam proses menghafal.

Gus Qowim percaya bahwa menghafal Al-Quran tidak harus menjadi beban bagi anak-anak. Oleh karena itu, ia selalu menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak membosankan.

“Saya selalu membuat anak-anak senang dengan aktivitas menghafal Al-Quran tanpa merasa terbebani. Kami sering pergi ke GOR untuk berolahraga, atau tempat pemancingan untuk menjaga kesehatan fisik mereka agar tetap fresh,” ujar Gus Qowim.

Metode pendidikan yang diterapkan Gus Qowim dan Ning Faiq sangat memperhatikan keseimbangan antara pendidikan agama dan aktivitas fisik. Mereka percaya bahwa kesehatan fisik yang baik akan mendukung kemampuan anak-anak dalam menghafal Al-Quran.

“Kami ingin anak-anak merasa senang dan tidak terbebani. Dengan begitu, mereka bisa menghafal Al-Quran dengan lebih mudah,” tambahnya.

Gus Qowim menerapkan prinsip “ikhtiar dhohir wa bathinan” dalam mendidik anak-anaknya. Secara lahir, ia memastikan anak-anak mendapatkan asupan makanan bergizi agar sehat secara jasmani. Secara batin, anak-anak “ditirakati”, didoakan, dan dikirimkan Al-Fatihah.

“Kami selalu berusaha mendidik anak-anak secara lahir dan batin. Asupan makanan bergizi dan rutin berolahraga penting untuk kesehatan jasmani, sementara doa dan tirakat penting untuk kesehatan rohani,” jelas Gus Qowim.

Gus Qowim mengadopsi tiga pola pendidikan yang diajarkan oleh para guru dan masyayikh, seperti Gus Mik (Ponpes Al Falah Ploso) dan Mbah Kyai Makhrus (Ponpes Lirboyo). 

Pola pertama adalah Tarbiyah bil Kalam, yaitu memberikan materi keilmuan dan menyekolahkan anak-anak hingga jenjang setinggi-tingginya. 

Pola kedua adalah Tarbiyah bil Hal, yaitu memberikan contoh langsung dalam kehidupan sehari-hari. 

Pola ketiga adalah Tarbiyah bi Do’a, yaitu mendoakan anak-anak dan menyentuh kalbu mereka dengan doa.

Selain menghafal Al-Quran, Gus Qowim juga menekankan pentingnya mengembangkan potensi diri dan memahami teknologi sebagai bagian dari kehidupan.

“Saya ingin anak-anak memiliki bekal ilmu yang cukup dan menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Mereka harus memahami bahwa teknologi adalah bagian dari kehidupan yang akan mereka hadapi,” jelas Gus Qowim.

Di rumah, Gus Qowim dan Ning Faiq membiasakan berkomunikasi menggunakan Bahasa Jawa “Krama Inggil” yang memiliki filosofi luhur. Mereka ingin membangun karakter budaya dengan mengkampanyekan penggunaan bahasa Jawa di rumah.

“Kami ingin membentuk karakter anak-anak tanpa melupakan budaya. Saya ingin membangun karakter budaya dengan gerakan bahasa Jawa dalam rumah masing-masing,” tambahnya.

Menariknya, salah satu putri Gus Qowim, Ning Mekka, mengidolakan bintang voli putri Indonesia, Mega Hangestri Pratiwi, yang dikenal dengan julukan “Megatron”. Mega Hangestri adalah pemain voli berjilbab pertama yang berkarier di Korea Selatan dan telah mengukir banyak prestasi. Ning Mekka terinspirasi oleh semangat dan dedikasi Mega dalam olahraga.

“Olahraga sangat penting untuk menjaga tubuh tetap sehat dan segar, sehingga menunjang proses menghafal Al-Quran,” kata Gus Qowim.

Ning Mekka sendiri telah meraih berbagai prestasi di bidang olahraga, di antaranya Juara 3 Pencak Silat Piala Dandim 0809 Kediri dan Juara 1 Piala Sunan Ampel. Prestasi ini menunjukkan bahwa selain menghafal Al-Quran, Ning Mekka juga aktif dalam kegiatan olahraga.

Selain Ning Mekka, putri ketiga Gus Qowim, Ning Qiyan, juga berprestasi dalam olahraga. Ning Qiyan meraih Juara 2 Pencak Silat Piala Dandim 0809 Kediri dan Juara 2 Piala Sunan Ampel. Prestasi ini membuktikan bahwa keluarga Gus Qowim tidak hanya unggul dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam bidang olahraga.

Putri-putri Gus Qowim juga bergaul dengan teman-temannya secara normal dan mengakses teknologi digital untuk kepentingan pendidikan.

“Kami tidak ingin anak-anak ketinggalan zaman. Mereka harus bisa memanfaatkan teknologi untuk belajar dan mengembangkan diri,” ujar Gus Qowim.

Dengan demikian, anak-anak tetap bisa mengikuti perkembangan zaman tanpa melupakan nilai-nilai agama.

Untuk memotivasi putri-putrinya, Gus Qowim menerapkan sistem reward. Setiap kali putrinya berhasil menghafal satu juz Al-Quran, mereka diberi penghargaan disetiap penutup juz. Jika berhasil mengkhatamkan 30 juz, mereka diberi reward berupa penyembelihan kambing sebagai bentuk syukur.

“Kami ingin anak-anak merasa dihargai atas usaha mereka. Reward ini juga menjadi bentuk syukur kami kepada Allah,” jelas Gus Qowim.

Putri-putri Gus Qowim yang telah menyelesaikan hafalan Al-Quran kini ikut mengajar di Madrasah Ponpes Al Ishlah Bandar Kidul, Kota Kediri. Mereka tidak hanya mengajarkan Al-Quran, tetapi juga menjadi teladan bagi santri-santri lainnya.

“Kami ingin anak-anak kami tidak hanya pandai menghafal Al-Quran, tetapi juga bisa menjadi contoh yang baik bagi orang lain,” ujar Gus Qowim.

Dengan kebijakan dan sifat-sifat kebapakan yang dimilikinya, Gus Qowim telah berhasil mendampingi putri-putrinya menjadi penghafal Al-Quran dan membentuk karakter mereka dengan nilai-nilai luhur. Semoga kisah inspiratif ini dapat menjadi teladan bagi kita semua. (*)

Pewarta : Canda Adisurya
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.