TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Suasana Ecopark Bermi di Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo, tampak berbeda pada akhir pekan ini. Puluhan peserta, mayoritas perempuan, tampil anggun dalam balutan busana tradisional. Di atas kepala mereka, tertampung wadah berisi susu yang dibawa dengan penuh keseimbangan.
Mereka adalah peserta "Festival Sunggih Susu", sebuah ajang unik yang menjadi bagian dari rangkaian Seven Lakes Festival Probolinggo 2025.
Tidak sekadar berjalan, para peserta ini melenggang di atas karpet merah, memperagakan kebolehan mereka menyunggi (membawa di atas kepala) susu layaknya seorang model dalam peragaan busana (fashion show).
Acara yang diikuti puluhan peserta dari berbagai daerah ini sontak menarik perhatian pengunjung yang hadir.
Festival ini sejatinya bukan sekadar lomba adu keindahan atau keseimbangan. Lebih dari itu, "Sunggih Susu" adalah tradisi dan kearifan lokal warga Kecamatan Krucil yang diangkat ke panggung festival.

Krucil dikenal sebagai salah satu sentra penghasil susu sapi perah di Probolinggo. Bagi warga setempat, menyunggi susu adalah pemandangan sehari-hari.
Setiap pagi dan sore, warga, khususnya kaum ibu, berjalan kaki dari rumah mereka untuk mengantarkan susu hasil perasan ternaknya ke Koperasi Unit Desa (KUD) Argopuro. Susu dalam wadah khusus itu dibawa dengan cara disunggi di atas kepala, sebuah tradisi yang telah berlangsung turun-temurun.
Bupati Probolinggo, Gus dr. Mohammad Haris, memberikan apresiasi tinggi terhadap penyelenggaraan festival ini. Menurutnya, pelestarian kearifan lokal seperti 'Sunggih Susu' memiliki peran vital dalam memperkuat identitas daerah sekaligus mendukung pariwisata.
"Kami sangat mengapresiasi dan bangga dengan penyelenggaraan Festival Sunggih Susu ini. Ini adalah kearifan lokal yang otentik dari Kecamatan Krucil, yang menunjukkan betapa kayanya budaya kita," ujar Gus Haris.
Ia menambahkan, festival ini adalah cara kreatif untuk merawat tradisi di tengah modernitas. "Melalui festival yang menjadi bagian dari Seven Lakes Festival ini, kita tidak hanya merawat tradisi agar tidak tergerus zaman, tetapi juga memperkenalkannya sebagai daya tarik wisata yang unik. Semoga acara ini terus tumbuh dan memberi dampak positif bagi masyarakat," jelasnya.
Melalui festival ini, tradisi harian yang sederhana diubah menjadi sebuah atraksi budaya yang memukau, membuktikan bahwa kearifan lokal memiliki daya tarik yang kuat bila dikemas dengan kreatif. (*)
| Pewarta | : Abdul Jalil |
| Editor | : Imadudin Muhammad |