TIMES JATIM, SURABAYA – Universitas Kristen atau UK Petra atau Petra Christian University (PCU) mengajak Generasi Z untuk lebih menunjukkan aksi nyata dalam mencintai tanah air, dan memupuk semangat kebangsaan yang dipadukan dengan teknologi melalui kegiatan bertajuk "Sumpah Pemuda: Refleksi Cinta Tanah Air Melalui Batik AI Future Code".
Kegiatan yang diinisiasi oleh Perpustakaan dengan menggandeng dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) PCU, Dr. Aniendya Christianna itu, merupakan semangat untuk merayakan Sumpah Pemuda dan Bulan Batik di Oktober 2025.
Dosen yang akrab disapa Niendy itu mengatakan, pameran ini bukan hanya tanda selebrasi atas kekayaan batik Indonesia, tetapi juga wujud nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui penelitian, pengabdian, dan pengajaran ilmu pengetahuan oleh dosen dan mahasiswa lintas disiplin di PCU.
"Pameran ini mengajak pengunjung untuk terlibat secara aktif melalui berbagai kegiatan. Salah satunya, para mahasiswa berkesempatan menciptakan motif batik kontemporer dengan memanfaatkan AI," ujarnya, Senin (27/10/2025).
Cukup berbekal template prompt yang disediakan, mahasiswa didorong menangkap inspirasi dari kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Sumpah Pemuda. Misalnya saja motif Pancasila, Bendera Merah Putih, hingga pahlawan nasional seperti W.R Supratman.
“Semoga dengan adanya kegiatan ini, generasi penerus tetap bisa mengenang jasa pahlawan sekaligus menghargai budaya dengan cara yang kreatif, imajinatif, dan menyenangkan. Menciptakan motif batik yang belum pernah ada sebelumnya, sesuai dengan kepribadian masing-masing,” harap Niendy.
Sementara itu, Kepala Perpustakaan PCU, Dian Wulandari, S.IIP. menyebut bahwa pameran ini menjadi wujud nyata perpustakaan PCU yang tak hanya sebagai gudang ilmu, akan tetapi juga sebagai living museum dengan konsep GLAM (Gallery, Library, Archive, Museum).

"Sehingga para pengunjung termasuk generasi muda dapat mengakses ruang publik untuk belajar warisan budaya melalui pengalaman nyata dan teknologi," katanya.
Lebih lanjut, dalam pameran “Memetik Pucuk Batik”, para pengunjung dimanjakan dengan pemandangan apik dari kain-kain batik yang ditata rapi. Kain-kain tersebut bercerita mengenai hasil riset tentang dua “wajah” batik yang berbeda namun saling melengkapi, yaitu Batik Dolly dan Batik Belanda.
Batik Dolly yang disajikan bukan sekadar batik kontemporer, tetapi melalui dominasi warna ungu berani dan motif urban yang ekspresif, batik tersebut menjadi bukti bahwa seni mampu mengubah stigma kelam menjadi kanvas seni dan budaya.
Sementara itu dengan motif flora dan fauna, Batik Belanda menjadi lembaran kain sejarah dari shared heritage Indonesia-Belanda yang berusia lebih dari seabad. Koleksi ini menampilkan kekhasan unik seperti figur tentara, kapal perang, hingga adaptasi dongeng Eropa. Batik Belanda bukan hanya kain, melainkan karya visual untuk merenungkan persilangan budaya yang terefleksi secara nyata.
“Kami mendefinisikan kegiatan ‘Batik AI Future Code’ sebagai jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa depan, di mana generasi muda menggunakan Kecerdasan Buatan (AI) dalam menciptakan motif yang relevan. Ini selaras dengan filosofi pameran 'Memetik Pucuk Batik' yang sedang berjalan di Perpustakaan, melambangkan tindakan generasi muda dalam memanen warisan nenek moyang dan menumbuhkan tunas inovasi baru, termasuk di ranah digital, agar batik kita abadi dan relevan di masa depan," pungkasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sumpah Pemuda dalam Gaya Gen Z ala UK Petra, Wujudkan Batik yang Berinovasi dengan AI
| Pewarta | : Siti Nur Faizah |
| Editor | : Deasy Mayasari |