TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Profesi jurnalis merupakan salah satu yang rentan terhadap ancaman dan kekerasan. Baik secara fisik maupun digital. Sebagai bentuk solidaritas dan langkah preventif, puluhan jurnalis dari Malang raya, Probolinggo, Pasuruan dan Tulungagung sepakat membentuk forum keselamatan jurnalis. Hal itu sebagai tindak lanjut atas tingginya potensi ancaman dan kekerasan pada jurnalis.
Data Aliansi Jurnalis Independen (AJI), total ada 83 kasus kekerasan terhadap jurnalis pada tahun 2020. Salah satunya di Malang Raya, sejumlah wartawna mengalami kekerasan saat meliput demonstrasi Omnibus Law. Ada juga wartawan yang menjadi korban doxing.
Menyikapi itu, puluhan jurnalis Malang, Tulungagung, Pasuruan dan Probolinggo berkomitmen membentuk forum untuk keselamatan jurnalis. Menyusul ancaman dan potensi kekerasan yang dialami jurnalis di keempat wilayah.
Komitmen ini disampaikan usai mengikuti Journalist Safety and Security Training selama lima hari secara daring yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), USAID, Internews, dan AJI Malang.
Pelatihan ini diselenggarakan setelah beberapa kali sejumlah jurnalis mengalami doxing hingga kekerasan fisik. “Sebanyak 20 jurnalis berlatih beragam keterampilan keamanan dan keselamatan selama liputan di lapangan,” kata Ketua AJI Malang, M. Zainuddin, menutup pelatihan pada Minggu, 19 September 2021.
Komitmen lanjutan akan dibahas lebih mendalam untuk memberikan perlindungan jurnalis saat menghadapi ancaman kekerasan di lapangan. Para jurnalis berkomunikasi dan berbagi informasi termasuk karakter kekerasan yang selama ini terjadi di daerah masing-masing.
Materi pelatihan meliputi keamanan fisik dalam liputan bencana alam, liputan khusus, keselamatan bagi jurnalis perempuan. Serta strategi hukum dan mitigasi menghadapi ancaman fisik, ancaman psikis. Juga ancaman digital, dan keamanan aspek digital.
Dalam aspek digital, mereka dilatih dasar keamanan digital, manajemen identitas, kebersihan digital dan komunikasi yang aman. Pelatihan ini menghadirkan dua trainer. Yakni jurnalis kontan yang juga mantan Ketua AJI Jakarta, Asnil Bambani Amri dan jurnalis Suarariau.co, Imelda Vinolia.
Pelatihan ini berlangsung secara dua arah. Peserta berbagi pengalaman saat liputan bencana. Maupun saat mengalami korban kekerasan. Pelatihan menggunakan Learning Management System.
“Diharap berbagi pengalaman ini membuat peserta memahami potensi ancaman yang bakal dialami selama bekerja jurnalistik,” tambah Zainuddin.
Jurnalis Times Indonesia wilayah Probolinggo, Happy Lailatuansyah mengaku beruntung bisa mengikuti pelatihan yang fokus dalam keamanan dan keselamatan jurnalis ini. Apalagi, di Probolinggo sejumlah jurnalis juga pernah mengalami kekerasan, hingga pembunuhan.
“Saya baru kali ini mengikuti pelatihan yang fokus dalam aspek keamanan dan keselamatan jurnalis. Pelatihan yang super,” katanya.
Kasus pembunuhan pada Jurnalis di Probolinggo, terjadi pada akhir April 2006. Menimpa Herliyanto, wartawan Delta Pos. Mengutip dari Tempo, Herliyanto dibunuh karena karya jurnalistiknya. Berdasarkan hasil penelusuran tim pencari fakta AJI kala itu, sejumlah petunjuk kuat mengarah pada beberapa karya jurnalistik yang sudah dihasilkan almarhum Herliyanto.
Komitmen puluhan jurnalis untuk membuat forum keselamatan jurnalis ini pun diharapkan bisa meminimalisir hal-hal buruk seperti itu. Sebab profesi jurnalis, sangat rentan menjadi sasaran kekerasan. Alumnus Journalist Safety and Security Training ini pun diharapkan bisa menjadi lokomotif untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya protokol keselamatan pada profesi jurnalis. Setidaknya diawali dari wilayah Malang raya, Probolinggo, Pasuruan dan Tulungagung. (*)
Pewarta | : Ryan |
Editor | : Irfan Anshori |