https://jatim.times.co.id/
Berita

Irmaida Zahra Nariswari, Santri Yatim yang Dapat Beasiswa Kuliah ke China

Jumat, 25 Juni 2021 - 09:44
Irmaida Zahra Nariswari, Santri Yatim yang Dapat Beasiswa Kuliah ke China Irmaida Zahra Nariswari bersama kedua adiknya di kantor mahrom Ponpes Nurul Jadid. Foto diambil sebelum pandemi. (FOTO: Dok Ken Rukmaningrum)

TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Ada dua belas santri Ponpes Nurul Jadid, Probolinggo, Jatim, yang mendapat beasiswa kuliah di sejumlah universitas di China tahun ini. Di antaranya, Irmaida Zahra Nariswari (19) asal Jl Mawar, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo.

Naris adalah anak yatim. Ayahnya, Zaldy Irawan, meninggal 30 Januari 2021 lalu. Persis di saat Naris dijadwalkan mengikuti ujian akhir untuk mendapatkan beasiswa full kuliah di Wuyi University, China.

Ken Rukmaningrum, ibu dari Irmaida Zahra Nariswari bercerita, kuliah di luar negeri merupakan keinginan keluarga sejak lama. Hal itu juga menjadi cita-cita Naris sejak kecil. Sejak duduk di bangku SDN 10 Sukabumi, tak jauh dari rumahnya.

Lulus SD, Naris sekolah di SMPN I Kota Probolinggo. Sekolah favorit, yang dulu jadi sekolah bertaraf internasional.

Dari SMP, Zaldy Irawan mengarahkan Naris untuk mondok. Agar punya bekal ilmu agama yang cukup.

Ken-Rukmaningrum-Naris-dan-kedua-adiknya.jpgKen Rukmaningrum, Naris dan kedua adiknya di kantor mahrom Ponpes Nurul Jadid. Foto diambil sebelum pandemi. (FOTO: Dok Ken Rukmaningrum)

"Kalau cuma sekolah SMA (tanpa mondok, Red), ya cari biaya sendiri," kata Ken Rukmaningrum, menirukan ucapan suaminya kepada Naris.

Naris sepakat. Kemudian atas hasil browsing di internet, putri sulung tiga bersaudara ini akhirnya mondok di Ponpes Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.

Di sana, ia sekolah di SMA Nurul Jadid yang sejak tahun 2010, rutin memberangkatkan alumninya kuliah di China dengan jalur beasiswa. Cocok dengan keinginan keluarga dan cita-cita naris sejak kecil untuk kuliah di luar negeri.

Di SMA Nurul Jadid, Naris masuk kelas unggulan. Ia belajar bahasa Mandarin. "Semua tes di setiap tingkatan, dia lulus," kata Ken Rukmaningrum, yang biasa disapa Niken. Tidak gratis, setiap tes ada biayanya.

Maret 2020, pandemi global Covid 19 melanda Indonesia. Usaha travel yang digeluti keluarga Zaldy Irawan seperti mati suri karena tak ada orang berwisata. Imbas pembatasan mobilitas masyarakat oleh pemerintah.

Kemudian 30 Januari 2021, Zaldy meninggal. Di saat bersamaan, di Ponpes Nurul Jadid, Naris dijadwalkan ikut ujian akhir untuk mendapatkan beasiswa full kuliah di luar negeri. Yang jadi cita-cita keluarga itu.

Dalam kondisi berduka ditinggal suami, Niken bingung. Di satu sisi, Naris harus lulus ujian, untuk merawat cita-cita keluarga agar bisa kuliah di luar negeri. Kabar duka meninggalnya sang ayah bisa membuyarkan itu semua.

Sementara di sisi lain, Zaldy Irawan, tulang punggung keluarga telah pergi menghadap sang khalik. Hari itu, merupakan kesempatan terakhir bagi Naris untuk melihat sang ayah sebelum dikubur.

Niken menghubungi kepala SMA Nurul Jadid, Didik Priyagung Wicaksono. Naris akhirnya pulang, di antar pengurus pesantren. "Tapi Naris tidak diberi tahu ayahnya meninggal. Cuma diberi tahu ayahnya sakit," kata Niken.

Sampai di rumah, hati Naris tergoncang. Melihat jenazah sang ayah, ia pingsan.

Saat siuman, Niken yang tahu betul cita-cita Naris untuk kuliah di luar negeri berpesan. "Kalau bukan rezekinya (kuliah di luar negeri, Red) tidak apa-apa".

Tapi dengan tegar, di depan jenazah sang ayah, dengan suara terbata-bata Naris berujar. "Ayah, Naris ingin membuktikan pada ayah kalau Naris mampu. Ingin membuktikan sanggap dapat beasiswa".

Setelah itu, ia bergegas berangkat ke SMA Nurul Jadid Paiton, untuk mengikuti ujian akhir hingga tuntas. Untuk membuktikan ucapannya pada sang ayah.

Hari-hari berlalu. Naris berbicang dengan bundaya, Niken. Membahas peluang beasiswa kuliah ke China.

"Bunda, ini antara beasiswa full dan beasiswa 50 persen," kata Naris.

"Kalau dapat yang 50 persen, gak usah dah...Bunda tidak punya uang," jawab Niken dengat berat hati. Ia tahu, jawabannya bertolak belakang dengan cita-cita Naris sejak kecil.

Belasan-siswa-SMA-Nurul-Jadid-yang-dapat-beasiswa-kuliah-ke-luar-negeri.jpgBelasan siswa SMA Nurul Jadid yang dapat beasiswa kuliah ke luar negeri. (FOTO: Dok Ken Rukmaningrum)

Sebagai alternatif, ibu dengan tiga anak ini menganjurkan Naris mendaftar ke Politeknik APP Jakarta. Perguruan tinggi kedinasan di bawah naungan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Naris pun mendaftar.

Pertengahan Juni, duka keluarga ini seolah berlalu. Berganti gembira. Naris diterima di Politeknik APP Jakarta.

Beberapa hari kemudian, kabar gembira datang lagi. Melalui grup WhatsAp wali murid yang ikut ujian beasiswa ke luar negeri, Niken mendapat kabar: Naris mendapatkan beasiswa kuliah full di Wuyi University, China.

"Nangis saya, Pak (begitu mendengar dua kabar baik, Red). Saingannya berat-berat. Sementara saya biasa-biasa saja," ujar Niken kepada TIMES Indonesia.

Kini, hati Naris sedang bimbang. Kuliah ke China akan membuat ia jauh dari bunda dan kedua adiknya. Ia mulai mengkhawatirkan mereka.

Di rumah, Niken kini tinggal berempat. Niken, Naris, dan kedua adik laki-lakinya yang masih kecil-kecil. Yang satu berusia 9 tahun, yang satu lagi berusia 7 tahun.

"Kalau berangkat, Bunda nanti sama siapa?"

Sementara di sisi lain, ia sangat ingin kuliah ke luar negeri. "Jujur, saya ingin ambil yang di China. Soalnya cita-cita sejak kecil," kata Naris.

Menjawab kebimbangan putrinya, Niken memberi saran untuk salat istikharah. Salat untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT.

Atas segala pengalamannya, ada kalimat yang disampaikan Naris.

Jangan menyerah sama keadaan. Tetap berpikir positif. Tapi juga jangan terlalu memaksa jika ingin sesuatu.

"Soalnya sering pengalaman, kalau terlalu ingin malah hasilnya kurang baik. Setelah kerja keras, berpikir positif, lalu pasrahkan hasilnya kepada Allah," katanya.

Sambil lalu istikharah, Naris masih menunggu informasi jadwal dari SMA Nurul Jadid perihal keberangkatan ke China dan kuliah di sana bersama 12 temannya.

Diberitakan sebelumnya, ada 12 santri Ponpes Nurul Jadid yang mendapat beasiswa kuliah di China. Mereka akan kuliah di lima universitas berbeda di negara yang kini menjadi raksasa ekonomi baru tersebut.

Yaitu An Hui University, Wuyi University, Quang Xi Normal University, Shanghai Normal University, dan Ningxia University, China. Mereka adalah siswa SMA Nurul Jadid yang lulus tahun ini. Salah satunya, Irmaida Zahra Nariswari. (*)

Pewarta : Muhammad Iqbal
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.