TIMES JATIM, BOJONEGORO – Semangat sportivitas, persatuan, dan perayaan identitas linguistik komunitas tuli membanjiri Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Sebanyak 120 pemuda tuli yang tergabung dalam 10 tim futsal terbaik dari berbagai daerah di Jawa Timur berkumpul di KLA Futsal Bojonegoro pada Minggu, 28 September 2025, untuk berkompetisi dalam sebuah turnamen yang sarat makna.
Acara ini, yang sukses dihelat berdekatan dengan momen penting Hari Bahasa Isyarat Internasional yang diperingati setiap 23 September, tidak hanya sekadar ajang adu bakat di lapangan, tetapi juga manifestasi rasa syukur dan upaya nyata untuk meningkatkan kepercayaan diri serta inklusivitas.
Perkuat Persaudaraan dan Sportivitas
Turnamen futsal ini menjadi magnet bagi para pemuda Tuli dari 10 kota/kabupaten di Jawa Timur, yaitu Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Madura, Surabaya, Pasuruan, Malang, Kediri, Blitar, dan Magetan. Setiap tim, yang terdiri dari 12 pemain, menunjukkan antusiasme tinggi untuk bersilaturahmi dan berjuang meraih gelar juara.
Ketua panitia kegiatan, Moch. Maftukin, menjelaskan tujuan utama kegiatan ini jauh melampaui pencarian pemenang.
"Ini adalah bentuk rasa syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, kami ingin memfasilitasi bakat futsal yang luar biasa dimiliki oleh teman-teman Tuli se-Jawa Timur," ujarnya.
Lebih lanjut, Maftukin menyoroti fungsi sosial dari acara tersebut yakni menjalin tali silaturahmi antar pemuda Tuli dari berbagai wilayah, melatih dan menumbuhkan jiwa sportivitas dalam berkompetisi.
"Juga untuk menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan di kalangan komunitas tuli dan meningkatkan rasa kepercayaan diri dan semangat para peserta tuli," paparnya.
Dia menambahkan, tujuan kompetisi juga melatih kerjasama tim futsal tuli yang efektif, tak hanya bagi para pemain tuli, kegiatan ini juga menjadi hiburan olahraga yang menarik bagi masyarakat tuli dan dengar di Bojonegoro, sekaligus menjadi tontonan inspiratif yang mempromosikan kesetaraan.
Momen Hari Bahasa Isyarat Internasional
Meskipun diselenggarakan lima hari setelahnya, turnamen futsal ini secara khusus didedikasikan untuk memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional (International Day of Sign Languages).
Peringatan global ini, yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 23 September setiap tahun, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya bahasa isyarat dan status penuhnya sebagai bahasa.
Tanggal 23 September dipilih karena bertepatan dengan berdirinya Federasi Dunia Tuna Rungu (World Federation of the Deaf - WFD) pada tahun 1951.
Kehadiran puluhan atlet Tuli dari berbagai daerah di Bojonegoro menjadi bukti nyata bahwa bahasa isyarat adalah jembatan komunikasi yang kuat, yang memungkinkan mereka untuk terhubung, berkompetisi, dan berkolaborasi tanpa hambatan.
Di lapangan KLA Futsal, komunikasi berlangsung lancar melalui isyarat, menunjukkan betapa bahasa isyarat adalah kunci bagi identitas linguistik dan keragaman budaya komunitas tuli.
Masa Depan Olahraga Tuli di Jatim
Keberhasilan penyelenggaraan turnamen ini, yang melibatkan total 120 pemain dari 10 klub tuli, diharapkan menjadi tonggak untuk kegiatan serupa yang lebih besar di masa mendatang.
Moch Maftukin dan panitia berharap, inisiatif ini dapat terus mendapatkan dukungan luas dari pemerintah daerah dan masyarakat, sehingga bakat-bakat futsal Tuli di Jawa Timur dapat terus diasah dan bahkan melahirkan atlet-atlet yang mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional.
Turnamen ini membuktikan bahwa semangat juang dan talenta tidak dibatasi oleh pendengaran, melainkan didukung oleh kesempatan dan lingkungan yang inklusif. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Futsal Tuli se-Jatim di Bojonegoro, Rayakan Persatuan di Hari Bahasa Isyarat Internasional
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |