TIMES JATIM, LAMONGAN – Pemerintah Provinsi Jawa Timur kembali menghadirkan inovasi layanan transportasi publik melalui program Trans Jatim Ekspedisi atau TRADISI, yang memungkinkan masyarakat mengirim barang dengan mudah, cepat, dan biaya terjangkau.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, TRADISI merupakan pengembangan dari layanan Bus Trans Jatim yang selama ini berfokus pada mobilitas penumpang.
“Trans Jatim kini tidak hanya mengangkut orang, tapi juga membantu masyarakat mengirim barang. Layanan TRADISI hadir untuk menjawab kebutuhan mobilitas logistik dalam skala kecil,” ujar Khofifah saat peluncuran Trans Jatim Koridor VII Lamongan–Paciran, Rabu (8/10/2025).
Melalui skema pengiriman point-to-point, masyarakat dapat menitipkan barang di terminal atau halte tertentu, kemudian mengambilnya di terminal tujuan di sepanjang koridor Trans Jatim. Layanan ini mencakup seluruh rute Trans Jatim yang sudah beroperasi di berbagai daerah di Jawa Timur.
Tiga Jenis Layanan, Tarif Mulai Rp2.500
Trans Jatim Ekspedisi menyediakan tiga kategori layanan: Ludruk dengan tarif Rp2.500, Pingitan Rp3.500, dan Karapan Rp5.000, semuanya ditujukan untuk pengiriman barang kecil atau ringan.
Proses pengiriman dapat dipantau melalui fitur pelacakan digital di aplikasi Trans Jatim Ajaib 2.0, yang kini telah diperbarui dan bisa diakses masyarakat secara gratis.
“Skema ini menawarkan kecepatan dan efisiensi, sekaligus mendukung digitalisasi layanan publik. Kami ingin masyarakat semakin mudah mengakses transportasi dan logistik dalam satu sistem terintegrasi,” kata Khofifah.
Ia juga mendorong kabupaten dan kota di Jawa Timur untuk meniru konsep layanan ini dengan memanfaatkan armada transportasi eksisting agar layanan publik makin inovatif dan berdampak langsung bagi warga.
Praktis untuk Wisatawan dan UMKM
Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur Dr. Ir. Nyono menambahkan, TRADISI dapat dimanfaatkan masyarakat yang sedang bepergian atau berwisata. Misalnya, wisatawan yang membeli produk lokal bisa menitipkan barangnya untuk dikirim melalui layanan ini dan mengambilnya di terminal tujuan.
“Konsep ini sederhana tapi sangat membantu, terutama bagi pelaku UMKM dan wisatawan. Pengiriman bisa dilakukan di semua koridor Trans Jatim,” ujar Nyono.
Selain layanan ekspedisi, Trans Jatim juga terus memperluas jangkauan transportasi umum. Koridor VII Lamongan–Paciran, yang baru saja diresmikan, akan digratiskan selama tujuh hari sebagai masa sosialisasi. Setelah itu, tarif reguler berlaku Rp5.000 untuk masyarakat umum dan Rp2.500 bagi pelajar serta santri.
Koridor VII dilayani oleh 14 armada bus dan satu unit cadangan, beroperasi setiap hari mulai pukul 05.00 hingga 21.00 WIB, dengan waktu tempuh sekitar 100 menit dan interval keberangkatan 10–15 menit. Pembayaran bisa dilakukan tunai maupun non-tunai menggunakan QRIS atau e-money.
Armada Trans Jatim kini dilengkapi beragam fitur keselamatan dan kenyamanan seperti kursi prioritas, sabuk pengaman, CCTV, kamera AI, sistem pemantau pengemudi, hingga detektor dini kebakaran mesin. Fasilitas akses khusus bagi penumpang difabel juga tersedia di setiap unit.
“Trans Jatim terbukti membantu masyarakat menghemat biaya transportasi hingga 10–15 persen. Kini dengan TRADISI, manfaatnya bisa lebih luas karena mendukung pergerakan ekonomi rakyat,” kata Nyono. (*)
Pewarta | : Rudi Mulya |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |