TIMES JATIM, MADIUN – Tren pesta pernikahan kini mulai bergeser ke konsep minimalis. Dulu, pesta besar dengan ratusan tamu undangan dianggap sebagai standar. Sekarang, banyak yang lebih menyukai kemasan pesta yang sederhana, intim, dan berkelanjutan. Termasuk undangan cetak perlahan digantikan undangan digital.
"Undangan digital tidak hanya mempermudah penyebaran informasi. Tetapi juga menghadirkan pengalaman yang lebih personal sesuai karakter pasangan," ungkap Arvian Anggit, Founder Tibra Digital, Selasa (30/9/2025).
Tidak hanya efisiensi biaya, lanjut Anggit, digitalisasi undangan ternyata memberikan dampak positif bagi bumi. Berdasarkan kajian lembaga lingkungan internasional seperti Environmental Paper Network dan Carbon Trust, satu undangan fisik rata-rata menghasilkan 140 gram emisi karbon dioksida ekuivalen (CO2e) dari proses produksi hingga distribusi.
"Dengan beralih ke undangan digital, setiap pasangan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon secara signifikan," jelas Anggit.
Berangkat dari fenomena tersebut, saat ini anak muda banyak yang berperan untuk memenuhi market wedding yang berkelanjutan. Seperti halnya Tibra Digital yang berdomisil di Ponorogo, Jawa Timur.
Dalam empat tahun terakhir, Tibra Digital dapat menghasilkan 40 ribu undangan. Tidak hanya untuk pelanggan di Indonesia tetapi juga mancanegara. Di antaranya Prancis, Inggris, Belgia, Rusia, Italia, Amerika, Qatar, Arab Saudi, Turki, Australia, India, Uni Emirat Arab, Singapura, Kamboja, Brunei Darussalam, Malaysia dan Vietnam.
Sejak berdiri pada tahun 2020, Tibra Digital berkomitmen menghadirkan solusi pernikahan yang menyeluruh (one stop wedding service) sekaligus ramah lingkungan. Selain undangan digital, Tibra juga mengembangkan inovasi seperti buku tamu digital dengan sistem QR Code Check-in yang memudahkan sinkronisasi daftar hadir tanpa perlu kertas.
"Bayangkan berapa banyak emisi karbon yang berhasil ditekan melalui pilihan kecil ini,” kata Anggit.
Anggit berharap digitalisasi undangan pernikahan dapat merambah lebih luas. Tidak hanya di kota besar, tetapi juga ke wilayah sub urban. Perubahan sederhana ini diyakini mampu memberikan dampak besar bagi bumi sebuah langkah kecil menuju masa depan pernikahan yang lebih berkelanjutan. (*)
Pewarta | : Yupi Apridayani |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |