TIMES JATIM, BONDOWOSO – Pemeriksaan kesehatan dalam rangka screening tuberkulosis (TBC) berlangsung untuk warga binaan Lapas Klas IIB Bondowoso.
Kegiatan ini diikuti oleh 419 warga binaan dan dilakukan selama dua hari, mulai Senin (21/10/2025) hingga Selasa (22/10/2025).
Pemeriksaan diawali dengan pengecekan identitas dan screening gejala, dilanjutkan dengan rontgen dada bagi seluruh peserta. Jika dari hasil rontgen ditemukan indikasi kuat TBC, maka warga binaan akan menjalani pemeriksaan dahak sebagai tahapan lanjutan.
“Pemeriksaan dahak tidak dilakukan untuk semua, hanya bagi mereka yang hasil screening dan rontgennya mengarah ke TBC,” jelas Dokter Lapas Bondowoso, dr. Lionir Oktaviandi Rajagukguk.
Ia menjelaskan, proses pemeriksaan dilakukan secara berjenjang. Penyerahan identitas, kemudian screening.
Adapun gejala TBC yakni batuk lebih dari dua minggu, demam berulang, berat badan menurun tanpa sebab jelas, atau keringat malam. “Kalau hasilnya menunjukkan arah TBC, baru dilanjutkan rontgen,” terangnya.
Hasil rontgen para warga binaan dikonsultasikan secara real time kepada dokter spesialis radiologi melalui sistem daring.
“Mereka membaca langsung secara online, kemudian memberi rekomendasi siapa yang perlu lanjut pemeriksaan dahak,” tambahnya.
Meski hasil rontgen bisa diketahui pada hari yang sama, namun hasil pemeriksaan dahak biasanya membutuhkan waktu hingga tiga hari, tergantung antrean di rumah sakit atau puskesmas.
Sementara itu, Kepala Lapas Bondowoso Nunus Ananto menegaskan, kegiatan screening ini merupakan bagian dari program nasional sesuai arahan Presiden Prabowo untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi seluruh warga, termasuk mereka yang berada di lembaga pemasyarakatan.
“Lingkungan lapas yang padat sangat rentan terhadap penularan TBC. Karena itu, semua WBP harus diperiksa tanpa terkecuali,” ujarnya.
Nunus menambahkan, bagi warga binaan yang dinyatakan positif TBC, pihaknya telah menyiapkan skema penanganan khusus.
Mereka akan ditempatkan di kamar terpisah dengan perlengkapan pribadi yang berbeda, guna mencegah penularan kepada penghuni lainnya.
“Ini bukan isolasi dalam arti hukuman, tapi bagian dari proses penanganan medis,” tegasnya.
Selain pemeriksaan kesehatan, Lapas Bondowoso juga memperketat pengawasan kebersihan lingkungan dan sirkulasi udara di setiap kamar.
Petugas rutin melakukan pensterilan serta memastikan kegiatan olahraga dan berjemur tetap berjalan.
“Kami tidak hanya memerintahkan warga binaan menjaga kebersihan, tapi juga melakukan pengecekan langsung. Kalau ada kamar lembab atau mencurigakan, segera dikosongkan dan disterilkan dengan desinfektan,” pungkas Nunus. (*)
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |