TIMES JATIM, SURABAYA – Festival Film Santri (FFS) edisi perdana telah resmi dibuka dan diselenggarakan pada 24–25 Oktober 2025, bertempat di Pos Bloc, Surabaya. Penyelenggaraan FFS ini berdekatan dengan momen Hari Santri Nasional yang dirayakan pada 22 Oktober.
FFS digagas sebagai upaya untuk melihat keragaman ekspresi keislaman serta sebagai medium untuk mendekatkan dunia santri dan pesantren melalui kolaborasi sinema.
Tema utama festival ini adalah Iqra, pemilihan tema tersebut sebagai representasi ajakan untuk membaca bukan hanya teks semata, melainkan juga kehidupan, perubahan zaman, dan tantangan kemanusiaan, yang dalam konteks pesantren maupun sinema, merupakan jalan menuju pemahaman.
Direktur FFS, Agoes Sam, menyatakan bahwa festival ini muncul dari kesadaran akan kekayaan kultural pesantren.
“Film adalah salah satu wahana yang peka zaman, segar, dan artikulatif untuk menyampaikan nilai-nilai Islami," ujarnya.
Festival ini menunjukkan antusiasme tinggi dengan total 124 film yang masuk submisi. Dominasi pendaftar terlihat jelas dari Provinsi Jawa Timur, yang menyumbang 74 film.
Film pendaftar juga tersebar secara nasional, berasal dari 11 provinsi, termasuk Aceh, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, dan NTB.
Rangkaian program utama FFS meliputi Pemutaran Film, Lokakarya (Workshop), Diskusi Publik, Bazar Buku, dan Malam Penghargaan. Program pemutaran spesial menampilkan film Nyanyi Sunyi dalam Rantang (Whispers in The Dabbas) karya Garin Nugroho.
Selain itu, terdapat program Santriwati Talk yang berfokus pada representasi perempuan dan santriwati dalam industri kreatif. (*)
| Pewarta | : Zisti Shinta Maharani |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |