TIMES JATIM – PT Bumi Suksesindo (PT BSI) menggelar kegiatan safari bagi para jurnalis di Banyuwangi. Acara ini menjadi ajang untuk menyaksikan secara langsung dan mendalam mengenai seluruh rangkaian aktivitas pertambangan emas yang berada di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran itu.
Kunjungan yang digelar pada Selasa (28/10/2025) itu, membawa para jurnalis untuk menyelami setiap aspek operasional tambang. Mereka diperlihatkan perjalanan menyeluruh, mulai dari pentingnya keselamatan kerja yang ketat, detail proses penambangan, hingga melihat bukti nyata komitmen perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan.
Kurang lebih 35 jurnalis turut serta dalam kunjungan yang bertajuk 'Mine Tour Media Banyuwangi'. Perjalanan mereka dimulai sejak memasuki site area PT BSI dengan pengecekan identitas pengunjung. Dilanjutkan dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), seperti topi. Kacamata, rompi sampai sepatu keselamatan.
View Point Tujuh Bukit Operations. (Foto : Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
Dengan dua armada bus khusus, rombongan diajak berkeliling di beberapa lokasi site PT BSI. Dimulai dari pemaparan materi keselamatan kerja di ruang Auditorium oleh manajemen perusaahan.
Usai menyantap sarapan dan menerima materi, rombongan melanjutkan perjalanan menanjak dengan bus melewati tiga buah kolam atau dam raksasa menuju View Point. Di ketinggian 420 MDPL tersebut, keindahan panorama laut biru yang terhampar luas begitu memanjakan mata dan pulau merah hanya seperti sekapalan tangan.
Di View Point, Mining Superintendent PT BSI I Gede Widhi Arya Utama menjelaskan tentang produksi hingga pengelohan emas di anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk itu.
"Target tahun 2025 kita sebanyak 24 juta ton ore dengan kandungan emas rata-rata 0,4 gram per ton. Sedangkan emas sendiri sampai akhir September kita sudah menghasilkan sekitar hampir 8 juta ton emas, tapi belum grade-gradenya," jelasnya.
Setelah dari View Point, perjalan dilanjutkan di Nursery, tempat memproduksi bibit yang akan digunakan untuk kegiatan reklamasi. Tentu saja adanya Nursery merupakan komitmen PT BSI dalam mengembalikan fungsi lingkungan, tak hanya flora bahkan fauna.
Saat ini dipaparkan oleh Senior Supervisor Rehabilitation PT BSI Dwi Karsono, untuk kebutuhan reboisasi pihaknya telah memenuhi bahkan melebihi, dibanding aturan dari pemerintah. Untuk auran pemerintah sendiri reboisasi perli 60 persen tanaman cepat tumbuh dan 40 persen tanam lokal. Disisipkan 10 persen dari 40 persen itu adalah tanama Multi Purpose Tree Species (MPTS).
"Lahan reklamasi kita saat ini 83 persen itu telah menggunakan tanamam lokal yang ada Tumpang Pitu. Pasalnya karena memang kebutuhan kita akan tanaman fast growing tersebut lebih kecil sekarang dibanding tanaman lokal," paparnya.
PT BSI mengembangkan sebanyak 55 jenis tanaman untuk pengayaan wilayah reklamasi. Tak hanya itu perusahaan tambang ini melakukan penanaman minimum sebanyak 630 per hektar. Jika mengacu aturan pemerintah minimumya adalah 625 per hektar.
Hingga saat ini, diungkapkan Dwi Karsono, PT BSI telah melakukan penghijauan di 83 hektare. Untuk tahun 2025 pihaknya menargetkan11.62 hektare seperti yang telah tercatat di dokumen rencana reklamasi yang telah dikirimkan ke Kementeriam ESDM.
Pemaparan oleh Mining Superintendent PT BSI I Gede Widhi Arya Utama. (Foto : Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
"Kita sudah ada di 8.54 hektare hingga saat ini ya, di detik ini, dan alhmdulillah sejauh penghijauan yang kami lakukan fauna juga banyak kembali seperti kancil, satwa asli lainya," paparnya.
Setelah mendapat penjelasan detail mengenai upaya reklamasi dan proses pembibitan dari Dwi Karsoni, perjalanan dilanjutkan menuju Compliance Point. Sepanjang rute tersebut, para wartawan melihat secara langsung proses pembuatan emas, di mana tampak pabrik pengolahan beroperasi dan mobil-mobil raksasa sibuk bergerak.
Usai dari Compliance Point sebagai tempat pengendalian air limbah, termasuk memantau dan memverifikasi kepatuhan terhadap standar mutu air limbah. Perjalanan kembali menuju Auditorium untuk seru-seruan kegiatan games hingga makan siang. (*)
| Pewarta | : Anggara Cahya |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |