TIMES JATIM, PACITAN – Kemandirian Perguruan Islam Pondok Tremas Arjosari Pacitan dalam mengatasi persoalan lingkungan dengan pengelolaan sampah organik kini layak menjadi percontohan. Langkah kreatif itu mendapat apresiasi langsung dari Founder dan CEO benihbaik.com, Andy F Noya.
“Saya apresiasi Ponpes Tremas yang sudah berinovasi mengelola sampah. Pesantren harus kreatif, juga bersama Desa Tremas. Kalau pemandunya dari pesantren, pasti program itu jalan, sekarang tinggal bagaimana nanti menggerakkan masyarakat,” ujar Andy F Noya dalam kunjungannya, Rabu (3/9/2025).
Pesantren yang berusia dua abad lebih ini memang dikenal memiliki jumlah santri yang terus bertambah. Kondisi itu menimbulkan persoalan baru, salah satunya soal sampah.
Mudir Ma’had Aly Al-Tarmasi Pacitan, KH Luqman Harits Dimyathi, mengungkapkan bahwa sampah pernah menjadi masalah besar di Tremas. Namun kini, berkat inovasi dan kerja sama dengan berbagai pihak, masalah itu berhasil teratasi.
“Alhamdulillah sekarang sampah di Pondok Tremas zero problem. Ada Jahidin yang membantu kasih solusi,” ucap KH Luqman.
KH Luqman menegaskan, sampah bukan sekadar urusan internal pesantren. Jika tidak dikelola dengan baik, dampaknya bisa mencemari lingkungan warga.
“Tidak hanya sampah, mungkin persoalan limbah. Karena antara warga desa dan santri, lebih banyak santrinya. Jika ada warga terganggu bau menyengat, kami yang dzalim,” katanya.
Gandeng Desa dan Lembaga Internasional
Pengelolaan sampah di Tremas tidak berhenti pada level internal. Pesantren aktif berkomunikasi dengan pemerintah desa hingga lembaga internasional.
“Beberapa waktu lalu Coca-cola Foundation Indonesia menemui saya untuk membahas pengelolaan sampah organik menjadi magot,” jelas KH Luqman.
Ia menambahkan, sinergi antara pesantren dan pemerintah desa menjadi kunci. “Pondok Tremas dan Desa Tremas itu satu. Kami kalau ada masalah apapun komunikasi dengan Pemdes. Akan selalu bersama seperti ulama dan umara,” tegasnya.
Inspirasi untuk Pesantren Lain
Apa yang dilakukan KH Luqman kini menjadi contoh bagi pesantren lain di Indonesia. Dengan jumlah santri yang banyak, pesantren memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kebersihan dan lingkungan.
"Rencananya, konsep ini akan menjadi materi pada Rakernas Gernas Ayo Mondok 17-18 September nanti," pungkasnya.
Seperti yang dikatakan Andy F Noya di atas, jika pesantren mampu menjadi motor penggerak, masyarakat akan lebih mudah terlibat. Pengelolaan sampah pun tidak hanya berdampak ekologis, tetapi juga bisa memberi manfaat sosial dan ekonomi. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kemandirian Pondok Tremas Pacitan Atasi Sampah Diapresiasi Andy F Noya
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |