TIMES JATIM, SURABAYA – Di bawah terik matahari yang menyengat H. Muhammad Zawawi (65) terlihat fokus menyimak sambutan Presiden RI Joko Widodo di atas panggung Ijazah Kubro dan Pengukuhan Pengurus Pimpinan Pusat (PP) Pagar Nusa.
Panggung itu terletak di Lapangan Jala Krida Mandala Surabaya, Jawa Timur. Di lapangan itu, pria yang tak lagi muda asal Kecamatan/Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur berkumpul dengan ribuan pendekar Pagar Nusa.
Ribuan pendekar yang hadirpun bervariatif mulai dari laki-laki, perempuan, milenial hingga lanjut usia seperti Zawawi tersebut.
Wajah Zawawi tak bisa menyembunyikan kebahagiaan. Saat ditanya jurnalis TIMES Indonesia mengapa seantusias itu?
“Pagar Nusa itu, seni pencak silat turun-temurun dari nenek moyang saya,” kata Zawawi sambil mengusap keringat yang membanjiri wajahnya.
Pria dengan jenggot berwarna putih itu sampai lupa kapan tepatnya ia bergabung dengan organisasi yang didirikan pada tahun 1986 tersebut. Yang jelas kata dia, sudah bergabung dengan organisasi tersebut sejak ia masih muda. “Sudah lama, masih muda sudah ikut,” jelasnya.
Pagar Nusa sebagai salah satu organisasi pencak silat tertua di Indonesia telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam sejarah dan budaya Nusantara.
Pagar Nusa merupakan bagian dari Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPSNU) organisasi yang mewadahi Pencak Silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang berdiri pada 22 Rabi'ul Akhir 1406 H / 03 Januari 1986 M di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur dengan Ketua Umum pertamanya adalah KH. Abdulloh Maksum Jauhari.
Semangat Zawawi untuk melestarikan seni bela diri Pagar Nusa tidak hanya tercermin dalam prestasi pribadinya, tetapi juga dalam usahanya untuk mengajarkan dan mewariskan nilai-nilai Pencak Silat kepada generasi muda.
"Saya tumbuh dalam lingkungan di mana Pencak Silat adalah bagian dari hidup kami. Malai kakek saya selalu menekankan pentingnya disiplin, kejujuran, dan rasa hormat,” paparnya.
Memburu Berkah Ijazah Kubro
Alasan lain Zawawi antusias mengikuti pengukuhan pengurus PP Pagar Nusa ialah memburu berkah dari Ijazah Kubro yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Zawawi menjelaskan Ijazah kubro merupakan sesuatu amalan yang diberikan mulai dari Nabi Muhammad kepada sahabat, sahabat kepada tabi'in, tabi'in kepada tabi'it tabi'in sampai kepada para ulama, kiai dan para guru.
Lebih lanjut, ia menerangkan ijazah kubro ialah satu bentuk perizinan dari para kiai kepada para santri untuk mengamalkan satu amalan yang bermanfaat yang berkenaan dengan masalah-masalah duniawi atau masalah-masalah ukhrowiyah.
Menurutnya, dalam mengamalkan wirid yang diijazahkan oleh para kiai akan memberikan atsar, manfaat, dan barokah yang luar biasa manakala dilaksanakan sesuai dengan petunjuk. Ijazah kubro merupakan ciri khas nahdliyin dan santri untuk menjaga diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa Indonesia dari segala hal yang ingin merusak dan menghancurkannya.
“Tholabul (mencari) berkah dari para kiai dan ulama,” jelasnya.
Ia berharap agar Pagar Nusa menjaga cita-cita para pendiri untuk menjaga kesatuan dan perdamaian di Tanah Air. Tak hanya itu, ia juga berpesan kepada pendekar Pagar Nusa di seluruh Indonesia untuk menjaga kedamaian ditengah masyarakat khususnya dengan perguruan silat lainnya.
“Pagar Nusa itu cinta damai tidak punya musuh. Musuhnya pendekar Pagar Nusa ya, diri sendiri yaitu hawa nafsu,” harapnya.
Harapan Zawawi itu selaras dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi. Dalam sambutannya, Kepala Negara meminta Pagar Nusa untuk menjaga kedamaian di masyarakat. Menurutnya, jangan sampai ada konflik sekecil apapun di publik. Terutama dengan perguruan silat yang lainnya.
"Saya titip, yang sering kita baca, sering kita dengar, antar perguruan pencak silat berantem, berkelahi. Tapi saya yakin Pagar Nusa tidak ada yang seperti itu," kata pria asal Solo, Jawa Tengah itu.
Menurutnya, perguruan silat satu sama lain wajib bersatu meski tidak satu atap yang sama. Kata Presiden Jokowi, semua perguruan silat adalah saudara setanah air. Oleh karenanya, tak boleh ada konflik.
"Justru menjaga, justru mendamaikan. Setuju mendamaikan? Karena kita semua adalah satu saudara, kita semua sedulur, semua adalah saudara sebangsa dan setanah air," jelasnya.
Jika sudah bersatu, lanjut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, maka bangsa ini akan semakin kuat. "Sehingga persatuan yang kuat harus terus kita jaga agar kita semakin kuat dan tangguh melewati berbagai rintangan dan tantangan, perubahan dunia yang sekarang ini sangat cepat," katanya. (*)
Pewarta | : Rohmadi |
Editor | : Irfan Anshori |