TIMES JATIM, SIDOARJO – Paska penutupan rumah pemotongan unggas (RPU) yang ada di Pasar Sepanjang, Taman, Sidoarjo, Rabu (7/12/2022). Ratusan pedagang Pasar Tradisional di Sidoarjo Barat tersebut mengeluh sejak penutupan itu pasar yang biasanya rame berubah dragtis sepi pengunjung untuk berbelanja.
Kebanyakan mereka mengeluh soal nilai penjualan yang menurun akibat para pelanggan yang enggan belanja di pasar Sepanjang.
"Sejak ditutupnya rumah pemotongan unggas pada Rabu (7/12/2022) lalu. Omset kami menurun, ratusan pedagang menerima imbas penutupan tersebut karena pelanggan dan pengunjung pasar sepi. Biasanya mereka sambil menunggu unggas dipotong, pelanggan berbelanja bumbu, sayur ke kami," ungkap Ny Saro (50) pedanggang sayur di pasar Sepanjang, Krian, Sidorjo kepada TIMES Indonesia, Senin (12/12/2022).
Saroh menyesalkan penutupan rumah pemotongan unggas yang ada di kawasan Pasar Sepanjang tersebut.
"Kalau dulu kan enak, semisal pelanggan beli unggas didepan lalu dibawa kebelakang untuk dipotong. Sembari nunggu dipotong mereka bisa sekalian beli sayur disini. Tapi semenjak rumah pemotongan unggas ditutup diarahkan ke RPH Krian dan pasar unggas dipindah ke utara. Pelanggan di pasar sepanjang sepi dan tidak mau belanja ke sini," ujar Saroh.
Wakil Bupati Sidoarjo, H Subandi (foto: Kominfo Sidoarjo)
Hal senada juga diungkapkan Siti (46) pemilik lapak kelapa yang ada di area Pasar Sepanjang juga mengeluhkan hal yang sama.
"Nggak hanya sayur mas. Pedagang kelapa seperti saya juga kena imbasnya. Sekarang jadi sepi. Biasanya kan pelanggan cari langsung kesini, sekarang penghasilan kami merugi, alias tidak balik modal," tuturnya.
Para pedagang yang ada disekitaran Pasar Sepanjang berharap adanya solusi yang diberikan Pemkab untuk pedagang, dalam hal ini para Pedagang yang ada di Pasar Sepanjang, Taman, Sidoarjo.
"Tak muluk-muluk, mereka hanya meminta rumah pemotongan unggas, dan pedagang unggas yang ada saat ini jika direlokasi maka tidak jauh-jauh dari Pasar Sepanjang," ujar Siti.
Di sisi lain, Purnomo warga Krian calon pembeli dipasar Sepanjang saat ditemui di depan pasar mengaku enggan berbelanja di lokasi pasar paling utara tersebut. Hal itu karena tidak lagi one stop service (pelayanan terpadu satu pintu).
"Dulu pelayanan enak satu pintu atau one stop service. Jadi saya beli unggas setelah itu saya motongkan kesini sembari menunggu pemotongan selesai, saya beli sayur, tempe, lele dan lalapan dan kelapa untuk bumbunya. Istilahnya dulu itu sekali kesini bisa langsung berbelanja apa saja," kata Purnomo.
Masih dikatakan Purnomo bahwa keputusan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menutup Pemotongan Unggas dan memindah pasar unggas adalah kurang tepat menurutnya.
Jika dikalkulasi, Purnomo mengeluarkan lebih banyak pengeluaran karena antara pemotongan unggas, pedagang unggas dan pedagang sayur tempatnya berbeda.
"Andaikata saya beli unggas di Pasar Taman. Kemudian saya motongnya ke Krian, setelah itu saya beli lagi sayurnya ke tempat lain, nah dari situ biaya akomodasinya jadi membengkak," terangnya.
Sementara itu Wakil Bupati Sidoarjo H. Subandi mengungkapkan jika mediasi antara warga dan pemilik usaha pemotongan unggas di Pasar Sepanjang sepakat direlokasi.
"Disepakati usaha pemotongan unggas tersebut direlokasi. Warga Kelurahan Wonocolo dan pengusaha pemotongan unggas diundang dalam mediasi yang dilakukan dikantor Kelurahan Wonocolo tersebut. Pemkab Sidoarjo sudah menyediakan tempat Rumah Potong Unggas (RPU) yang terdapat di Kecamatan Krian. Tempat tersebut bisa dimanfaatkan pengusaha pemotongan unggas yang ada di Pasar Sepanjang," kata Subandi.
Subandi menegaskan jika Pasar itu tempatnya jual beli, bukan untuk usaha pemotongan unggas, sehingga desain pasar yang sudah terbangun ini tidak sesuai jika digunakan untuk usaha pemotongan unggas, yang mana membutuhkan penanganan lebih dalam pembuangan limbahnya.
"Yang jelas, saya tidak ingin mematikan rezeki pemilik Rumah Pemotongan Unggas di pasar Sepanjang. Daripada anda susah-susah sewa tangki untuk mengangkut limbah, akan lebih baik jika pemotongan tersebut dilakukan di kawasan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Krian. Terlebih soal limbah, sudah ditangani pihak pasar tersebut," kata Abah Subandi. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pedagang Pasar Sepanjang Sidoarjo Keluhkan Sepi Pengunjung
Pewarta | : Rudi Mulya |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |