TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Suku Tengger di Lereng Gunung Bromo, Jawa Timur, terkenal kaya akan budaya. Rangkaian budaya yang ada pun mengandung pesan dan filosofi kehidupan. Salah satunya, adalah prosesi pernikahan adat Tengger. Toleransi yang begitu tinggi, membuat salah satu pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, M. Haris Damanhuri, terkesima.
Lelaki yang akrab disapa Gus Haris ini pun, bahkan sempat membagikan momen ketika dirinya menghadiri prosesi pernikahan dengan adat Tengger itu. Pada TIMES Indonesia, Gus Haris menyebut, prosesi pernikahan Suku Tengger ini menunjukkan betapa kayanya budaya adat bangsa kita.
“Mereka adalah kelompok masyarakat yang toleran, yang pernah saya tahu dan saya kenal. Betapa masyarakat yang berbasis agama Hindu ini hidup begitu tentram dan rukun berdampingan dengan agama lainnya, tidak ada kasta-kasta yang berlaku disini,” tuturnya, Senin (21/2/2022).
dr M Haris Damanhuri berbincang dengan tokoh adat Tengger. (Foto: Ryan H/TIMES Indonesia)
Toleransi dan saling menghormati, tak hanya ada dalam budaya. Dalam kehidupan sehari-hari, bahkan satu keluarga pun, sangat kental terasa. Bahkan lumrah, dalam satu keluarga ditemui ada perbedaan agama. Walau itu merupakan keluarga besar tetua suku.
“Seperti inilah harusnya gambaran bangsa kita, bangsa yang kaya budaya, kaya hati dan kaya kebersamaan dalam hidup berbangsa bernegara. Kekayaan budaya tanpa batas yang sarat toleransi, dalam kehidupan sehari-hari,” lanjutnya.
Sebagai salah satu bagian dari Kabupaten Probolinggo, Gus Haris berpesan agar keanekaragaman budaya harus senantiasa dijaga dan dilestarikan. Agar pesan moral dalam adat budaya itu tersampaikan dan dapat diterima generasi penerus bangsa. Kini dan nanti.
Berangkat dari budaya itu pula, diharapkan ada efek domino. Selama ini kawasan Lereng Bromo terkenal sebagai lokasi wisata bertaraf Internasional. Sehingga wisatawan yang datang, tak haya menikmati panorama alam saja. Tapi juga bisa mendapatkan wisata edukasi dari adat Tengger yang terus lestari.
Sebagai informasi, prosesi pernikahan adat Tengger, juga terkenal dengan sebutan Walagara Tengger. Walagara merupakan suatu proses perkawinan adat masyarakat Tangger yang dianggap sebagai akad nikah cara adat antara seorang pria dan wanita yang bersifat unik dan khas.
Adanya akad nikah cara adat ini, bertujuan agar perkawinan kedua mempelai diketahui oleh umum dan juga Sang Mbaurekso desa. Perkawinan dianggap sah apabila telah melalui upacara ini. Dalam upacara perkawinan adat Walagara terdapat nilai-nilai moral yang sangat kuat dipegang teguh oleh masyarakat Tengger di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo sampai saat ini. (*)
Pewarta | : Ryan Haryanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |