https://jatim.times.co.id/
Berita

Pers Tour III, Pariwisata Kabupaten Mojokerto dalam Bingkai Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa

Rabu, 27 Juli 2022 - 18:04
Pers Tour III, Pariwisata Kabupaten Mojokerto dalam Bingkai Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Candi Brahu, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto yang merupakan situs peninggalan sejarah sebelum era Kerajaan Majapahit, Rabu (27/7/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, MOJOKERTO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Mojokerto menggelar Pers Tour III.

Sebanyak 3 objek wisata yang notabene adalah desa-desa yang menyimpan potensi wisata menjadi sasaran. Yakni, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Desa Tanjungan Kecamatan Kemlagi, dan Desa Kemlagi, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto.

Para awak media diajak melihat, menikmati, dan merasakan berbagai objek-objek wisata yang menarik di Kabupaten Mojokerto ini.

"Harapannya dengan adanya Pers Tour ini mampu mempublikasikan kembali wisata-wisata, potensi wisata, maupun objek wisata agar terpublikasi dan outcome-nya bisa meningkatkan kunjungan," ujar Kepala Diskominfo Kabupaten Mojokerto, Ardi Sepdianto kepada awak media, Rabu (27/7/2022).

Harapanya agar kunjungan wisatawan lokal kembali normal, menyusul kondisi pandemi covid-19 saat ini.

"Kunjungan wisata sudah mulai meningkat dan harapannya kontribusi PAD dari sektor pariwisata ini bisa kembali normal," jelasnya.

Terkait perkembangan infrastruktur digital di Kabupaten Mojokerto untuk sektor pariwisata, Pemkab telah menganggarkan untuk pembangunan jaringan di objek wisata di Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Targetnya adalah menyediakan kemudahan akses jaringan internet di Kabupaten Mojokerto.

"Kabupaten Mojokerto tidak termasuk daerah 3T. Saat ini P-APBD yang akan Kominfo lakukan ini membangun jaringan, belum fiber optic, masih wireless radio di 2 objek wisata di Kabupaten Mojokerto yakni Ubalan sama Wana Wisata Air Panas Padusan," pungkasnya.

Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan

Desa yang notabene adalah Kampung Wisata Majapahit ini merupakan Desa Wisata yang fokus terhadap pemberdayaan masyarakat dengan sentral pointnya pada peninggalan sejarah Majapahit.

Terdapat berbagai objek wisata yang bisa dikunjungi, salah satunya adalah Candi Brahu. Candi Brahu menurut beberapa pendapat merupakan candi yang lebih tua dibandingkan dengan candi-candi yang ada di Trowulan. Bahkan lebih tua dari kerajaan Majapahit.

Nama Brahu sendiri konon berasal dari kata 'Wanaru' atau 'Warahu', yaitu nama sebuah bangunan suci yang disebutkan di dalam prasasti tembaga 'Alasantan' yang ditemukan kira-kira 45 meter di sebelah barat Candi Brahu.

Prasasti ini dibuat pada tahun 861 Saka atau, tepatnya, 9 September 939 M atas perintah Raja Mpu Sindok dari era Mataram kuno.

Objek wisata bersejarah ini cocok untuk digunakan berswafoto, bersantai, hingga membuat film, bahkan untuk menjadi background pre-wedding.

Untuk menghabiskan seluruh objek wisata di Bejijong, rasanya tidak cukup 1 hari saja. Oleh karenanya, Pemerintah Desa (Pemdes) Bejijong telah mengasikkan penginapan berupa homestay. Setidaknya terdapatnya 50 homestay dalam bentuk bagunan rumah Majapahit.

Tarif yang berlaku untuk menginap di homestay adalah Rp180.000 dan Rp280.000 khusus untuk rumah wisata lotus.

Untuk harga Rp180.000 anda bisa mendapatkan fasilitas menginap berupa 2 kasur, 2 bantal, 1 selimut, 1 handuk, dan 1 menu camilan. Sedangkan untuk harga Rp280.000 anda bisa mendapatkan penginapan di rumah wisata lotus yang diperuntukkan untuk family time. Terdapat 3 tempat tidur, 1 kamar mandi, 6 bantal, 6 handuk, 1 kali sarapan, dan ruang santai yang luas.

Pusat informasi bagi para turis yang akan berkunjung, bisa mengunjungi instagram @bejijongku.

Desa Tunjungan, Kecamatan Kemlagi

Desa-Tunjungan.jpgEkowisata Waduk Tanjungan yang terletak di Desa Tanjungan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Rabu (27/7/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)

Desa yang terletak di Utara timur Kecamatan Kemlagi ini memiliki satu objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Namanya, Ekowisata Waduk Tunjungan. Menurut sejarah, waduk ini dirikan pada 40 tahun silam tepatnya pada tahun 1982.

Awalnya, waduk ini adalah semak belukar yang digunakan untuk menggembala ternak. Pada tahun 1982 melalui Bupati Mojokerto, Dedy Fathurahman, Desa Tanjungan mendapatkan bantuan sebesar Rp149 juta untuk membangun waduk. Waduk ini difungsikan untuk pengairan lahan sawah penduduk sekitar.

Kemudian, pada tanggal 11 April 1983 waduk ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur, Alm. Soenandar Prijosoedarmo. Semenjak diresmikan itulah, waduk ini mulai ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal.

Kepada Desa Tanjungan, Suparlik mengatakan bahwa Ekowisata Waduk Tanjungan ini dikenal murah meriah. Untuk tarif masuk orang dewasa hanya Rp5.000 dan anak-anak hanya Rp2.500.

"Kami konsepnya memberikan wisata murah, meriah dan nyaman untuk pengunjung, bahkan kalau ada pengunjung yang mengeluh karena penjual yang menaikkan harga, langsung kami beri peringatan (penjual)," ujarnya kepada awak media, Rabu (27/7/2022).

Waduk ini memiliki berbagai fasilitas yang bisa dirasakan, seperti spot swafoto, dermaga cinta, kapal air, tempat bermain anak-anak, gazebo, dan aneka usaha makanan minuman di sepanjang waduk. Wisata ini memiliki kapasitasnya maksimal 1.000 pengunjung.

Pada tahap pengembangan Ekowisata Waduk Tanjungan ini dikelola oleh BUMDes Tanjungan. Harapannya bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa, meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD) untuk menunjang pemerintah Desa.

Desa Kemlagi, Kecamatan Kemlagi

Desa-Kemlagi-madu.jpgKepala Desa Kemlagi, Abd Wahab saat memanen madu asli dari petani lebah yang ada di Dusun Kemlagi Utara, Desa Kemlagi, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Rabu (27/7/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)

Desa Kemlagi menjadi Kampung Madu di Kabupaten Mojokerto. Kampung madu ini berkembang setelah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui program Desa berdaya.

Budidaya lebah ini dirintis sejak tahun 2019. Kemudian, Desa Kemlagi memperoleh predikat Desa Mandiri. Atas predikat itu, Pemprov Jatim memberikan reward sebesar Rp100 juta untuk pengembangan pemberdayaan masyarakat desa.

"Mayoritas penduduk di Desa Kemlagi ini membudidaya lebah," ungkap Kepala Desa Kemlagi, Abd Wahab.

Semenjak kurun waktu dari 2019 itu, jungkir balik membangun budidaya lebah telah banyak dilalui. Mulai dari belajar dari Situbondo bahkan sampai belajar melalui YouTube.

Kini, Desa terakhir yang disambangi Pers Tour III ini, memiliki brand produk lebah madu asli dengan nama "Dynastie Madu". Dikemas dalam kemasan botol 600 gram dengan 3 varian. Produk ini juga telah memiliki P-IRT. Uniknya terdapat kemasan Madu Kenyot.

Pewarta : Thaoqid Nur Hidayat
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.