TIMES JATIM, SURABAYA – Anggota Komisi X DPR RI Reni Astuti mengingatkan anak-anak muda tetap memiliki sikap atau budaya tutur dan srawung dalam menjalankan aktivitas kesehariannya.
"Di manapun dan kapanpun, kita, terutama anak-anak muda zaman sekarang, tolong miliki budaya srawung dan tutur sebagai modal dasar sehari-hari," ujarnya di sela sarasehan Festival Budaya yang digelar Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya, Jumat (31/10/2025).
Secara umum, srawung merupakan bahasa Jawa yang berarti bergaul atau bersosialisasi. Sedangkan, dalam KBBI, tutur adalah berkata atau mengucapkan.
Menurut Reni, dua budaya tersebut kini semakin terkikis seiring melesatnya zaman digitalisasi sehingga membuat anak-anak muda seolah abai terhadap lingkungan sekitar.
Ketua Bidang Koperasi dan Desa DPP PKS tersebut meminta anak muda saat ini memanfaatkan skill atau keahlian dan kemampuannya untuk mengeksplore diri dengan harapan lebih baik.
"Tekuni apa yang menjadi skill kita, seperti manajerial, leadership, pelaku usaha atau bidang lainnya. Tapi jangan lupa modal dasar tadi, srawung dan tutur," ucap dia.
"Ingat, cara komunikasi itu penting. Jangan lupa juga optimalkan kesempatan masa muda ini, tak hanya di kampus, tapi di kampung atau tempat komunitas atau lingkungan lainnya," tambah Reni.
Di tempat sama, Pakar Komunikasi Unair Dr Suko Widodo menanggapi saat ini anak-anak muda lebih membudayakan "tutul" ketimbang tutur.
"Tutul di sini adalah memencet ponsel. Sekarang anak muda lebih melakukan itu. Harapan saya, biasakan tutur, juga biasakan srawung, salah satu caranya yaitu silaturahim," kata Sukowi, sapaan akrabnya.
Pada kesempatan sama, Dekan Fakultas Vokasi Unair Prof. Dian Yulie Reindrawati, S.Sos., M.M., Ph.D lebih menekankan terhadap pentingnya sikap peka, baik tolong-menolong maupun hanya sekadar saling sapa.
"Sesama teman kadang kita tidak saling sapa karena bermain ponsel, apalagi dengan dosen. Ini yang harus diubah, mari saling jaga komunikasi kita, teman sakit dikunjungi atau minimal saling membantu satu sama lain," tutur Prof Dian.
Sementara itu, tak cuma sarasehan budaya, pada Festival Budaya 2025 juga menghadirkan pameran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), penampilan seni hingga kuliner tradisional.
Tak kalah menarik adalah penampilan Ludruk Luntas yang diperankan Cak Robert dan Cak Ipul dengan membahas eksistensi kebudayaan serta mengangkat kekayaan seni Jawa Timur. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Reni Astuti dan Suko Widodo Ajak Generasi Muda Hidupkan Budaya Tutur
| Pewarta | : Lely Yuana | 
| Editor | : Deasy Mayasari | 
 Berita
 Berita 
       
             
             
             
             
             
             
             
             
             
             
                 
                 
                 
                 
                 
             
             
             
             
             
             
             
             
             
             
               TIMES Jatim
            TIMES Jatim