TIMES JATIM, JAKARTA – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Senin (3/2/2025) sepakat pada hari ini akan memulai perundingan di Washington, AS fase kedua soal gencatan senjata di Gaza.
Kantor Benjamin Netanyahu mengatakan hal itu beberapa jam setelah selesainya pertukaran sandera-tahanan keempat dari gencatan senjata fase pertama.
Netanyahu, seperti dilansir Arab News, juga telah membicarakan hal itu dengan utusan Presiden AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, Sabtu (1/2/2025) kemarin dan mereka sepakat bahwa perundingan akan dimulai ketika mereka bertemu di Washington, AS.
Namun tanggal untuk perundingan formal yang melibatkan mediator dan delegasi dari Hamas serta Israel belum ditetapkan.
Fase pertama kemarin berlangsung selama 42 hari dan akan berakhir bulan depan.
Kantor Netanyahu menambahkan, Witkoff akan berbicara dengan mediator utama sebelum berdiskusi dengan perdana menteri Israel "langkah-langkah untuk memajukan perundingan, termasuk tanggal bagi delegasi untuk berangkat ke perundingan."
Fase kedua ini diharapkan mencakup pembebasan sandera yang tersisa dan mencakup perundingan mengenai akhir perang yang lebih permanen, sesuatu yang ditentang oleh beberapa anggota pemerintahan Netanyahu.
Sebagai bagian dari fase pertama, Sabtu kemarin Hamas membebaskan tiga sandera Israel dengan imbalan lebih dari 180 tahanan Palestina yang dibebaskan dari tahanan Israel.
Sandera Ofer Kalderon dan Yarden Bibas diarak di atas panggung oleh militan sebelum diserahkan kepada Palang Merah di kota Gaza selatan Khan Younis. Keith Siegel berkebangsaan AS-Israel dibebaskan dalam upacara serupa di pelabuhan Kota Gaza di utara.
Militer Israel kemudian mengonfirmasi bahwa ketiganya telah kembali ke Israel. Kelompok kampanye Israel Hostages and Missing Families Forum memuji pembebasan mereka sebagai "sinar cahaya dalam kegelapan".
"Saya berharap ini adalah tanda kelahiran kembali orang-orang Israel, bukan hanya Ofer, bukan hanya para sandera," kata paman Kalderon, Shemi, dengan penuh emosi.
Hari itu juga sebuah bus yang membawa tahanan Palestina yang dibebaskan juga disambut oleh kerumunan yang bersorak-sorai di kota Ramallah di Tepi Barat. Sementara tiga bus lainnya disambut oleh ratusan simpatisan di Khan Younis.
"Saya butuh ketenangan yang luar biasa untuk mengendalikan diri, menenangkan saraf saya, untuk menyerap momen yang luar biasa ini," kata Ata Abdelghani, salah seorang tahanan yang dibebaskan saat ia bersiap untuk bertemu dengan putra kembarnya yang kini berusia 10 tahun untuk pertama kalinya.
Setelah menyandera para sandera selama lebih dari 15 bulan, militan di Gaza mulai membebaskan mereka pada 19 Januari lalu berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata dengan Israel.
Hamas dan Jihad Islam sejauh ini telah menyerahkan 18 sandera kepada Komite Palang Merah Internasional, termasuk Israel, sebagai ganti ratusan tahanan Palestina yang kebanyakan wanita dan anak-anak.
Sebanyak 183 tahanan dibebaskan pada hari Sabtu, semuanya warga Palestina kecuali satu warga Mesir.
Tahap pertama gencatan senjata yang berlangsung selama enam minggu bergantung pada pembebasan total 33 sandera sebagai ganti sekitar 1.900 orang, sebagian besar warga Palestina, yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Ratusan orang telah berkumpul di alun-alun Tel Aviv yang dijuluki “Lapangan Sandera” untuk menyaksikan liputan langsung televisi tentang pembebasan terbaru.
Desahan lega mengalir di antara kerumunan saat ketiganya dibebaskan, meskipun suasana hati sebagian besar muram. Menjelang pembebasan di Khan Younis dan Kota Gaza, sejumlah besar pejuang Hamas bertopeng berjaga-jaga dalam upaya yang jelas untuk mencegah terbentuknya kerumunan besar.
Itu sangat kontras dengan pemandangan kacau yang menyertai penyerahan pada hari Kamis, yang mendorong Israel untuk menunda pembebasan tahanan Palestina sebagai protes sebentar.
Setelah pembebasan sandera hari Sabtu, perbatasan utama Gaza Rafah dengan Mesir dibuka kembali, dengan Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas mengatakan 50 pasien Palestina yang membutuhkan perawatan spesialis telah melewatinya.
Saluran berita milik pemerintah Mesir Al-Qahera News menunjukkan rekaman para pengungsi pertama, yang termasuk 30 anak-anak penderita kanker.
Direktur rumah sakit Gaza Muhammad Zaqout mengatakan ia berharap jumlah tersebut akan meningkat. "Kami sekarang memiliki 6.000 kasus yang siap dipindahkan, dan lebih dari 12.000 kasus yang sangat membutuhkan perawatan," katanya.
Rafah merupakan titik masuk penting untuk bantuan sebelum militer Israel merebut sisi Palestina dari perbatasan tersebut pada bulan Mei.
Presiden AS Donald Trump, yang telah mengklaim berjasa atas kesepakatan gencatan senjata, dan diperkirakan akan menjamu PM Israel, Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada hari Selasa, besok. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: PM Israel Benjamin Netanyahu Sepakat Berunding Gencatan Senjata Fase Kedua
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |