https://jatim.times.co.id/
Wawancara Khusus

Rektor UIN Malang Ilfi Nur Diana, Jalan Panjang Mewujudkan Kampus Ulul Albab Berkelas Dunia

Senin, 08 Desember 2025 - 14:41
Rektor UIN Malang Ilfi Nur Diana, Jalan Panjang Mewujudkan Kampus Ulul Albab Berkelas Dunia Rektor UIN Malang Prof. Ilfi Nur Diana. (Foto: UIN Malang)

TIMES JATIM, MALANG – Dalam suasana pagi yang hangat di Gedung Rektorat UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si., CAHRM., CRMP., menerima kami dengan penuh ketenangan. Sebagai rektor perempuan pertama di kampus Ulul Albab UIN Malang, ia memasuki masa kepemimpinannya dengan visi besar: membawa UIN Malang naik kelas sebagai universitas berdaya saing dunia.

Berikut petikan wawancara khusus redaksi TIMES Indonesia bersama Rektor UIN Malang periode 2025-2029.

Visi Anda adalah “World Class University berbasis Ulul Albab”. Bagaimana Anda mendefinisikan Ulul Albab di tengah era globalisasi dan Industri 4.0?

Ketika kita berbicara tentang Ulul Albab, itu bukan sekadar slogan atau identitas spiritual. Bagi saya, Ulul Albab adalah fondasi karakter seorang pembelajar yang holistik—ia mengintegrasikan ilmu, zikir, dan pikir dalam seluruh aktivitas akademiknya. Dalam konteks global, makna ini harus diterjemahkan ke dalam figur lulusan yang mampu bergerak lincah di dunia yang dipenuhi tuntutan teknologi sekaligus tantangan moral.

Industri 4.0 mendorong kita untuk adaptif terhadap data, digitalisasi, dan kecerdasan buatan. Namun nilai-nilai spiritualitas tetap menjadi kompas. Seorang Ulul Albab harus unggul dalam sains, matang dalam spiritualitas, dan memiliki kemampuan analitis yang kuat. Jadi, ketika saya mendorong UIN Malang menuju WCU, yang saya bayangkan adalah lulusan yang tidak tercerabut dari akar keilmuannya, tetapi pada saat yang sama mampu berkontribusi secara global.

Apa tiga program unggulan di 100 hari pertama kepemimpinan Anda?

Saya memulai dengan langkah-langkah yang menurut saya memiliki efek percepatan. Pertama, percepatan akreditasi internasional prodi. Kita tidak bisa menuju WCU tanpa standar mutu global yang jelas dan terukur. Kedua, revitalisasi Ma’had Al Jami’ah, karena Ma’had adalah jantung pembentukan karakter Ulul Albab. Di situ kita memperkuat penguasaan bahasa Arab dan Inggris, lengkap dengan standar sertifikasi internasional. Ketiga, rebranding layanan Smart Campus. Saya ingin pelayanan kampus menjadi jauh lebih efisien, cepat, transparan, dan terintegrasi—menghadirkan pengalaman kampus yang modern dan ramah mahasiswa.

Bagaimana strategi Anda memastikan lulusan memiliki kompetensi multidisipliner tanpa kehilangan kedalaman keagamaan?

Saya percaya bahwa integrasi ilmu tidak boleh berhenti di wacana. Di bawah kepemimpinan saya, kami menerapkan kurikulum konvergensi. Artinya, mahasiswa tidak mempelajari agama dan sains secara terpisah, tetapi dalam satu alur pemikiran yang saling menguatkan. Pendekatannya melalui riset, pembelajaran berbasis proyek, dan kolaborasi lintas prodi. Dengan cara ini, mahasiswa tidak hanya kuat secara akademik, tetapi mampu mengontekstualisasikan nilai keagamaan dalam problem nyata.

Mengenai SDM, bagaimana Anda meningkatkan kapasitas dosen agar setara dengan standar profesor universitas global?

SDM adalah kunci. Saya ingin dosen kita naik kelas, bukan hanya secara gelar, tetapi secara wawasan global. Maka kami membuka lebih banyak peluang post-doctoral, mendorong joint research dengan universitas luar negeri, dan mengadakan pelatihan intensif metodologi riset internasional. Saya ingin para dosen berani menembus jurnal bereputasi tinggi dan terlibat dalam kolaborasi global. Ketika dosennya kuat, maka wajah akademik kampus pun berubah.

Apa fokus riset unggulan UIN Malang di bawah kepemimpinan Anda?

Saya ingin riset kita menjejak bumi namun menggema secara global. Karena itu, kami memprioritaskan tiga bidang: Industri Halal, Sains Lingkungan, dan Filantropi Islam Digital. Ketiganya memiliki akar kuat pada konteks lokal Jawa Timur, namun relevan dengan kebutuhan dunia. Ini adalah cara kita menunjukkan bahwa UIN tidak hanya melakukan riset karena tuntutan akademik, tetapi karena kita ingin memberi solusi nyata bagi masyarakat.

Ma’had Al Jami’ah UIN Malang memiliki peran sentral. Bagaimana kontribusinya dalam mendorong internasionalisasi kampus?

Ma’had adalah pintu pertama bagi mahasiswa untuk masuk ke ekosistem akademik UIN Malang. Maka saya ingin Ma’had menjadi pusat pengembangan bahasa yang benar-benar serius—bukan hanya kelas percakapan, tetapi program dengan sertifikasi internasional. Jika sejak awal mahasiswa terbiasa dengan standar global, maka perjalanan studinya akan lebih mantap. Inilah fondasi internasionalisasi yang sebenarnya: penguatan kemampuan dasar mahasiswa.

Target internasional seperti apa yang Anda kejar dalam empat tahun ke depan?

Saya ingin minimal 50 persen program studi memiliki MoU aktif dengan kampus top 500 dunia. Namun MoU bukan sekadar tanda tangan; saya ingin aktivitasnya hidup—ada student exchange, double degree, riset kolaboratif, dan forum akademik rutin. Kami juga menargetkan peningkatan kuota program internasional minimal 20 persen setiap tahun. Semakin banyak mahasiswa kita terpapar pada ekosistem global, semakin cepat perubahan mindset yang kita inginkan.

Bagaimana rencana Anda mengoptimalkan Smart Campus untuk efisiensi layanan?

Smart Campus bukan proyek digital semata. Ini cara kita membangun budaya akademik yang efisien dan human-centered. Kami sedang mengintegrasikan seluruh layanan akademik dalam satu portal One Stop Service, dari penerimaan mahasiswa hingga layanan alumni. AI akan digunakan untuk personalized learning, membantu mahasiswa menemukan ritme studi yang paling efektif. Dengan pendekatan ini, kita menekan penggunaan kertas dan menghidupkan kampus yang benar-benar paperless.

Bagaimana Anda memperkuat hubungan kampus dengan Dunia Usaha dan Industri (DUDI)?

Kami ingin lulusan langsung terserap. Karena itu kami menyiapkan Co-Curricular dan Magang Bersertifikat yang terstruktur. Unit Karir akan menjadi jembatan yang proaktif, bukan pasif. Ia akan membaca kebutuhan industri, memetakan kompetensi mahasiswa, dan mempertemukan keduanya. Dunia kerja berkembang cepat, maka kampus pun harus cepat merespons.

Bagaimana UIN Malang memastikan kampus tetap inklusif dan aman bagi semua mahasiswa?

Kampus harus menjadi ruang yang merayakan keberagaman. Karena itu kami memperkuat nilai moderasi beragama dan menerapkan kebijakan zero tolerance terhadap diskriminasi. Saya ingin setiap mahasiswa merasa bahwa UIN Malang adalah rumah bagi semua—ruang dialog, ruang tumbuh, dan ruang aman. Di sinilah kampus menjadi miniatur Indonesia.

Untuk saat ini, tantangan terbesar apa yang Anda lihat dalam menjalankan visi besar ini?

Tantangan paling krusial adalah mengubah pola pikir. Shifting mindset dari lokal ke global tidak terjadi dalam satu malam. Ia membutuhkan kesabaran, komitmen, dan komunikasi yang baik. Selain itu, tata kelola keuangan yang transparan juga menjadi kunci agar seluruh program berjalan berkesinambungan. Namun saya percaya, dengan kesadaran kolektif, perubahan itu bisa kita raih.

Sebagai rektor perempuan pertama, apakah Anda membawa gaya kepemimpinan yang khas?

Saya memimpin secara kolaboratif dan humanis. Saya percaya pada kekuatan teamwork, pada diskusi yang hidup, dan pada data yang akurat. Saya ingin setiap keputusan lahir dari proses kolektif, tetapi tetap memiliki sentuhan kekeluargaan. Kepemimpinan bukan tentang memerintah, tetapi memandu agar setiap orang menemukan perannya dalam perjalanan besar ini.

Apa strategi Anda mempercepat capaian akreditasi Unggul di seluruh program studi?

Kami membentuk task force akreditasi khusus. Setiap prodi akan mendapat pendampingan intensif, termasuk insentif bagi yang siap mengajukan akreditasi Unggul. Kami juga melibatkan asesor eksternal sejak dini untuk mengevaluasi kesiapan prodi secara objektif. Saya tidak ingin akreditasi dikejar mendekati masa penilaian—evaluasi harus menjadi budaya, bukan agenda sesekali.

Bagaimana Anda memastikan pengabdian masyarakat memberi dampak nyata?

Pengabdian harus berbasis riset. Karena itu saya mendorong tema-tema yang relevan dengan konteks lokal seperti stunting, UMKM, dan teknologi pertanian. Namun pendekatannya tetap terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. Kita ingin riset tidak hanya menghasilkan publikasi, tetapi menghadirkan solusi bagi masyarakat yang membutuhkan.

Sebagai penutup, apa pesan Anda kepada seluruh civitas akademika UIN Malang?

Mari kita tinggalkan business as usual. Visi WCU berbasis Ulul Albab bukan agenda rektor semata—ini tanggung jawab kolektif. Kita harus bekerja keras, bekerja cerdas, dan bekerja ikhlas. Saya yakin, jika kita berjalan bersama, masa depan UIN Malang akan jauh lebih terang daripada yang kita bayangkan hari ini.(*)

Pewarta : Imadudin Muhammad
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.