https://jatim.times.co.id/
Wawancara Khusus

Muhammad Rofikin, dari Keterpurukan hingga Sukses dengan Ikan Bakar Janenake Khas Pacitan

Jumat, 31 Januari 2025 - 14:26
Muhammad Rofikin, dari Keterpurukan hingga Sukses dengan Ikan Bakar Janenake Khas Pacitan Pengusaha Ikan Bakar Janenake Pacitan, Muhammad Rofikin saat diwawancarai TIMES Indonesia. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, PACITAN – Kisah inspiratif datang dari Muhammad Rofikin, pengusaha kuliner asal Pacitan yang sukses mengembangkan Ikan Bakar Janenake hingga meraih Juara 1 Inspirasi untuk Negeri dalam ajang Pesta Wirausaha Nasional yang digelar oleh komunitas Tangan Di Atas (TDA). 

Berkat inovasinya, pria yang akrab disapa Mamat ini mampu menarik perhatian wisatawan, bahkan membawa nama Pacitan ke kancah nasional.

Konsep-kuliner-yang-diusung-Ikan-Bakar-Janenake.jpgNguliner di Ikan Bakar Janenake bisa sambil menikmati pemandangan Pantai Pancer Dorr Pacitan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia) 

Dalam wawancara eksklusif TIMES Indonesia kali ini, Mamat berbagi perjalanan jatuh bangunnya dalam membangun usaha dari nol, tantangan yang dihadapi, serta inovasi yang mengantarkannya ke puncak sukses.

Bagaimana awal mula Anda merintis usaha ini?

Saya memulai usaha pada tahun 2020, saat pandemi Covid-19 melanda. Awalnya, saya membuka warung di rumah, tetapi sempat dibubarkan oleh satgas karena aturan larangan berkumpul. Saat itu, usaha Impresso yang saya jalankan bangkrut. Saya terpaksa menjual lima mobil operasional, hanya tersisa satu yang kemudian saya modifikasi menjadi mobil berjalan untuk berjualan ikan bakar. Istilahnya kuliner nomaden. 

Nguliner-di-Ikan-Bakar-Janenake.jpgKonsep kuliner yang diusung Ikan Bakar Janenake adalah tentang alam Pacitan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia) 

Apa tantangan terbesar yang pernah Anda hadapi dalam perjalanan bisnis ini?

Tantangan terberat datang di tahun pertama. Setelah usaha mulai stabil, saya jatuh sakit, ibu meninggal, lalu bapak menyusul. Saya benar-benar terpuruk dan vakum hampir setahun. Ditambah lagi, biaya pengobatan saya mencapai ratusan juta rupiah. Saat itu, saya benar-benar di titik terendah.

Apa yang membuat Anda bangkit kembali setelah keterpurukan?

Awal tahun 2023, saya mulai bangkit dengan membuka usaha di Mentari Hills. Namun, setelah berjalan lima bulan, hasilnya tidak sesuai ekspektasi. Akhirnya, saya memutuskan untuk kembali ke rumah agar bisa menekan biaya operasional.

Bagaimana awal mula inovasi ikan bakar besar satu ekor untuk banyak orang?

Pertengahan 2023, saya mendapat kesempatan menjamu Ketua PBNU Gus Yahya Cholil Staquf dan Sekjen PBNU Gus Saifullah Yusuf dalam acara pelantikan PCNU Pacitan. Dari situ, saya menyadari potensi ikan bakar sebagai daya tarik utama. Saya ingin setiap orang yang datang ke Pacitan memiliki kesan mendalam. Alhamdulillah, setelah acara itu, usaha saya mulai dikenal luas.

Bagaimana akhirnya Anda bisa mendapatkan izin resmi di kawasan Pancer Dorr?

Saya resmi mendapatkan izin dari Pemkab Pacitan pada Juni 2024. Awalnya, saya ditawari tempat di sisi timur Pancer Dorr, tetapi saya memilih membuka lahan baru di sisi barat agar tidak mengganggu sentra kuliner yang sudah ada. Tujuan saya jelas, menggaet wisatawan luar kota untuk datang ke Pacitan.

Sejak pindah ke lokasi baru, bagaimana dampaknya terhadap bisnis Anda?

Sangat signifikan. Saat masih di Mentari Hills, omzet per bulan tidak lebih dari Rp10 juta. Setelah pindah ke Pancer Dorr, omzet melonjak lebih dari 10 kali lipat. Kini, saya mempekerjakan 25 karyawan, semuanya tenaga lokal asli Pacitan.

Selain tenaga lokal, Anda juga memberdayakan penyandang disabilitas. Bisa diceritakan lebih lanjut?

Benar. Saat ini, saya mempekerjakan lima anak tuna rungu. Selain itu, saya juga membentuk komunitas Yellowfin, filosofi dari ikan tuna sirip kuning yang terkenal berkualitas tinggi. Kami ingin menunjukkan bahwa tuna netra atau tuna rungu bukan berarti tuna karya. Saat ini, ada 30 mitra disabilitas yang bekerja sama dengan kami.

Menjadi Ikon Wisata Kuliner Pacitan

Bagaimana Anda melihat peran ikan bakar Janenake dalam pariwisata Pacitan?

Saya ingin lebih dari sekadar menjual makanan. Saya ingin ikan bakar Janenake menjadi ikon wisata kuliner Pacitan. Selain menikmati kuliner, wisatawan bisa langsung melihat pemandangan laut di Pancer Dorr.

Apakah ada rencana pengembangan ke depan?

Tentu. Saya sudah meresmikan jasa travel Sonjo Blonjo pada 1 Agustus 2024, yang menyediakan layanan akomodasi, kuliner, dan destinasi wisata di Pacitan. Selain itu, kami akan menghadirkan konsep wisata syar'i dan religi saat Ramadan. Nantinya, pengunjung bisa berbuka puasa bersama, salat berjamaah, hingga tarawih.

"Ini Semua Berkat Jejaring dan Kolaborasi"

Apa kunci sukses yang bisa Anda bagikan kepada para pengusaha muda?

Dua hal: jejaring dan kolaborasi. Saya percaya bahwa tidak ada persaingan, yang ada hanya kolaborasi. Inovasi dan keberanian mencoba hal baru sangat penting. Saya sendiri membangun usaha ini dengan modal pribadi, tanpa hutang ke bank. Banyak yang ingin berinvestasi, tapi saya selektif.

Terakhir, apa harapan Anda untuk usaha ini ke depan?

Saya ingin terus berkembang dan berkontribusi untuk Pacitan. Bukan hanya dalam hal ekonomi, tetapi juga sosial. Dengan konsep wisata kuliner berbasis komunitas dan pemberdayaan, saya berharap Ikan Bakar Janenake bisa menjadi kebanggaan daerah.

Ikan Bakar Janenake kini bukan hanya tempat makan, tetapi juga simbol perjuangan, inovasi, dan kebangkitan ekonomi berbasis komunitas di Pacitan. Dengan konsep yang unik dan pemberdayaan sosial, Muhammad Rofikin telah membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk sukses. (*) 

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.