TIMES JATIM, MOJOKERTO – Institut Kyai Abdul Chalim (IKHAC) saat ini menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Program ini menyasar di berbagai desa pelosok di Kabupaten Mojokerto, salah satunya Desa Ngembat, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto.
Salah satu cerita menarik dari tim KKN Kampus IKHAC adalah mengimplementasikan rasa toleransi antar umat beragama.
Salah satunya dengan mengikuti ritual keagamaan umat Hindu di sana.
Mengingat momentum Hari Raya Nyepi kemarin, umat Hindu menyelenggarakan peringatan ritual peribadatan. Dimulai dengan Upacara Melasti, dilanjutkan dengan Taur Agung, Hari Raya Nyepi, dan Ngembak Geni.
Ketua Rumah Tangga Pura Arga Putra, Sukci Bambang Sukmasari menjelaskan bahwa kehidupan toleransi antar umat beragama di Desa Ngembat, sudah sangat harmonis.
Kultur budaya dan sosial terjalin erat selama puluhan tahun.
Upacara Melasti, salah satu prosesi peringatan Hari Raya Nyepi umat Hindu di Kabupaten Mojokerto, Jumat (4/3/2022) (Foto: El for TIMES Indonesia)
"Dulu sekitar tahun 1967 itu umat Hindu di sini 75% mendominasi, karena kurang pembinaan sebagian pindah agama dan sekarang tersisa 15 KK. Meskipun begitu, kondisi sosial disini saya acungi jempol. Tidak pernah ada konflik, dari awal kita sudah tertanam rasa sosial yang tinggi. Karena soal keyakinan itu urusan manusia dengan Tuhannya, tugas kita adalah berbuat baik kepada sesama," jelas Sukci, Jumat (4/3/2022).
Sukci menambahkan paparan, bahwa; dalam ajaran Hindu tidak boleh lepas dari alam dan harus sesuai dengan adat istiadat yang telah ada.
Menurutnya, agama manapun memiliki ajaran yang sama dalam hal kebaikan.
"Dalam ajaran kita itu, satu; tidak boleh lepas dari alam karena kita (manusia) adalah bagian dari alam dan harus mengikuti adat istiadat yang telah ada. Saya rasa, peraturan dalam agama manapun itu sama. Kalau soal keyakinan hati manusia itu kan beda-beda, tetapi kalau soal aturan saya kira semua agama sama-sama tertuju pada kebaikan," paparnya.
Untuk informasi, Pura Arga Putra ini sudah berdiri sekitar tahun 1970.
Pura ini telah direnovasi pada tahun 2016. Kurang lebih terdapat 15 KK yang saat ini memeluk agama Hindu di desa pelosok di Kabupaten Mojokerto.
Terpisah, Ketua KKN Desa Ngembat kampus IKHAC, Mukhlash Ridhoi mengatakan bahwa mahasiswa KKN IKHAC harus bijaksana dalam bersikap terutama dalam hal menjunjung toleransi.
"Sejatinya, program KKN di setiap kampus tergolong sebagai agenda akademik. Namun dalam pelaksanaannya, KKN tidak bisa terlepas dari ihwal mengabdi kepada masyarakat. Dengan demikian, tentu saja harus melebur dan bersosial dengan masyarakat (apapun latar belakangnya)," ujarnya kepada TIMES Indonesia, Jumat.
Ia menambahkan dalam KKN Desa Ngembat, timnya melihat keberagaman.
Hal ini berlangsung harmonis selama kurun waktu puluhan tahun.
"Di ranah keagamaan, Desa Ngembat tergolong beragam. Melihat realitas yang demikian, maka mahasiswa KKN IKHAC harus bijaksana dalam bersikap. Terutama nilai-nilai toleransi harus dijunjung tinggi dan dikedepankan," ungkapnya. (*)
Pewarta | : Thaoqid Nur Hidayat |
Editor | : Dody Bayu Prasetyo |