TIMES JATIM, SIDOARJO – Desa Tambak Kalisogo, Sidoarjo, sejak lama menggantungkan perekonomian pada sektor peternakan rakyat. Namun, sebagian besar peternak masih mengandalkan cara tradisional dalam mengelola pakan, kesehatan hewan, dan pemasaran. Kondisi ini membuat produktivitas belum optimal, biaya operasional tinggi, serta peluang pemasaran digital belum tergarap maksimal.

Melihat situasi tersebut, Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) hadir melalui program pengabdian masyarakat. Tim yang dipimpin Dr. Muhafidhah Novie, M.M., merancang strategi berbasis investasi peralatan, pelatihan komprehensif, hingga pendampingan intensif untuk meningkatkan kemandirian dan daya saing peternak.

“Melalui program ini, kami ingin menghadirkan solusi menyeluruh, mulai dari ketersediaan peralatan, pengetahuan praktis, hingga pendampingan agar peternak bisa mengelola usaha mereka lebih profesional,” kata Dr. Muhafidhah.

Langkah pertama yang dilakukan adalah pemberian peralatan penting bagi kelompok peternak. Di antaranya empat mesin chopper (tiga mesin chopper standar dan satu mesin chopper sekaligus pencetak pelet), 19 tong silase untuk penyimpanan pakan fermentasi, 19 bak minum ternak, serta satu unit timbangan ternak.

Menurut Dr. Muhafidhah, bantuan ini bukan sekadar penyediaan alat, melainkan strategi jangka panjang untuk efisiensi biaya dan peningkatan kualitas produksi.

Selain peralatan, serangkaian pelatihan juga digelar. Di antaranya:

• Pelatihan Pembuatan Silase (28 Juli 2025) di peternakan Katirin, diikuti 30 peserta. Peternak diajarkan teknik fermentasi hijauan agar pakan berkualitas tersedia sepanjang tahun.
• Pelatihan Pemasaran Online (21 Agustus 2025) di Balai Desa Tambak Kalisogo, diikuti 25 peserta. Materi meliputi strategi promosi di media sosial, pembuatan konten, hingga transaksi digital.
• Pelatihan Manajemen Usaha dan Keuangan (1 September 2025) dengan 25 peserta. Peternak dilatih membuat pembukuan sederhana, menghitung biaya produksi, dan merancang strategi pengembangan usaha.

“Dengan pelatihan ini, kami ingin peternak berani masuk pasar digital. Potensinya jauh lebih besar dibanding hanya mengandalkan pembeli lokal,”

Unusida menegaskan komitmennya untuk menjaga keberlanjutan program. 

“Kami berharap peternak terus berinovasi dan menjaga semangat belajar. Kampus siap mendukung lewat riset lanjutan dan pelatihan tambahan agar mereka semakin mandiri,” kata Dr. Muhafidhah.

"Program ini diharapkan menjadi model pemberdayaan peternak yang bisa direplikasi di desa-desa lain, sekaligus wujud nyata tridharma perguruan tinggi dalam menghubungkan inovasi dengan kebutuhan masyarakat," tegasnya.

Keunikan program pengabdian Unusida terletak pada pendampingan pasca-pelatihan. Tim tidak hanya memberikan materi, tetapi juga mendampingi praktik di lapangan melalui kunjungan rutin, evaluasi, dan saran teknis. Sebanyak 19 peternak mendapat pendampingan intensif lima kali kunjungan.

“Pendampingan memastikan program tidak berhenti di ruang kelas, tetapi benar-benar memberi dampak jangka panjang,” tegas Dr. Muhafidhah.

Sejak program berjalan, peternak mulai merasakan manfaat, hal itu diungkapkan Katirin, ketua kelompok peternak.Menurutnya biaya pakan berkurang berkat silase, kesehatan ternak lebih terjaga, dan penggunaan timbangan membantu menentukan waktu jual yang tepat. Pemasaran online juga membuka peluang baru di luar pasar lokal.

“Dulu kami hanya menunggu pembeli datang. Sekarang mulai ada pesanan dari luar daerah lewat media sosial," Ungkap Katirin.

Sementara, Kepala Desa Tambak Kalisogo, Sugeng menyampaikan apresiasi atas program ini.

 “Kami berterima kasih kepada Unusida. Program ini bukan hanya menambah pengetahuan peternak, tetapi juga berdampak pada ekonomi desa,” ujarnya. (*)