TIMES JATIM, MALANG – Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong inovasi pertanian berkelanjutan melalui kegiatan Solar Power for Agriculture, sebuah pelatihan pemanfaatan energi surya untuk sektor pertanian. Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan (PPB) menggelar pelatihan ini, Senin (8/12/2025) di Diorama Polbangtan Malang, dengan melibatkan dosen, tenaga kependidikan, serta mahasiswa Prodi PPB.
Pelatihan dibuka oleh Ketua Jurusan Pertanian, Rika Despita, yang menegaskan bahwa teknologi energi terbarukan merupakan fondasi penting pertanian masa depan.
“Kita berkumpul untuk menimba ilmu dan mengenal lebih dekat teknologi solar cell—teknologi masa depan berbasis sinar matahari yang sangat melimpah di negara tropis seperti Indonesia. Pemanfaatannya di sektor pertanian sangat potensial. Banyak aktivitas agribisnis masih bergantung pada listrik. Harapannya, perangkat seperti pengendali hama atau sistem pengairan dapat kita modifikasi agar memanfaatkan energi dari solar cell sehingga kita mulai beralih dari listrik konvensional,” ujarnya.
Rika menambahkan bahwa inovasi ini diharapkan mampu mendorong efisiensi dan produktivitas pertanian.

Pelatihan menghadirkan Ardiyanto Indrakusuma, Direktur Utama PT Suryaqua Teknologi Indonesia (Suryaqua), seorang praktisi berpengalaman di bidang energi terbarukan. Ardiyanto menyoroti pentingnya adaptasi teknologi terhadap tuntutan zaman.
“Sekarang ini kebutuhan energi semakin sulit, sehingga kita harus semakin efisien. Tantangan perubahan iklim juga makin tajam. Teknologi energi terbarukan seperti solar cell diharapkan dapat menjadi solusi efisiensi energi dan mendukung pemanfaatan energi berkelanjutan ke depan,” jelasnya.
Dalam sesi materi, peserta mendapatkan pemaparan mengenai tata surya, komponen panel surya, serta prinsip kerja sistem solar cell praktis. Tidak hanya teori, pelatihan juga memaparkan contoh aplikatif pemanfaatan panel surya pada aktivitas pertanian, mulai dari pompa air tenaga surya, lampu perangkap hama, hingga sistem irigasi otomatis yang hemat energi.
Kegiatan ini menjadi ruang belajar bersama bagi dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa untuk memahami teknologi yang semakin relevan dalam pengembangan pertanian modern.
“Ilmu yang dibagikan hari ini bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga menjadi bekal praktis bagi adik-adik mahasiswa untuk menjawab kebutuhan pertanian yang lebih efisien, mandiri energi, dan berkelanjutan,” tutur Ardiyanto. (*)
| Pewarta | : Rochmat Shobirin |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |