https://jatim.times.co.id/
Pendidikan

Dosen Psikologi UIN Maliki Malang ini Kupas Masalah Tantrum, Apa Itu?

Minggu, 01 Agustus 2021 - 08:24
Dosen Psikologi UIN Maliki Malang ini Kupas Masalah Tantrum, Apa Itu? Novia Solichah, M.Psi, Psikolog, Dosen Psikologi UIN Maliki Malang. (FOTO: Novia Solichah For TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, MALANGDosen Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Maliki Malang), Novia Solichah, M.Psi, Psikolog mengupas masalah tantrum pada anak, mulai dari apa penyebabnya hingga bagaimana cara terbaik dalam mengatasinya.

Tantrum merupakan suatu rentetan perilaku yang mencerminkan ungkapan perasaan marah pada anak yang muncul dalam bentuk ledakan emosi yang tak terkontrol. Tantrum termanifestasi ke dalam berbagai bentuk seperti berteriak, menyerapah, mendorong atau menarik, meninju, menendang, melempar-membuang sesuatu, hingga berguling-guling di lantai.

INFORMASI SEPUTAR UIN MALANG DAPAT MENGUNJUNGI www.uin-malang.ac.id

"Menggunakan istilah psikologi, emosi ekstrim yang meledak-ledak pada anak disebut dikenal dengan istilah tantrum," tutur Novia Solichah, M.Psi, Psikolog, Dosen Psikologi UIN Maliki Malang kepada TIMES Indonesia, Minggu (1/8/2021).

Novia Solichah menjelaskan, perilaku tantrum dapat muncul dimana saja, baik di rumah, sekolah, ataupun tempat umum lainnya. Orang tua seringkali menjadi sangat kualahan, bingung, dan frustasi pada saat menghadapi anak yang sedang tantrum.

Apalagi jika tantrum terjadi dalam frekuensi yang sering dan berdurasi lama. Pada saat tertentu, anak sampai merusak barang ataupun melakukan kekerasan fisik (menggigit, memukul, menendang) kemudian sampai berteriak dan menangis meraung. Tak jarang orang tua ikut terbawa amarah.

"Anak mengalami tantrum sebetulnya dikarenakan anak belum mampu melakukan kontrol terhadap emosi yang dirasakan secara baik. Oleh karena itu, orang dewasa perlu membantu anak dalam mengidentifikasi emosi dan menenangkan si anak jika emosi negatif seperti kemarahan dan kekecewaan itu muncul," jelasnya.

Dosen psikologi UIN Maliki Malang ini menuturkan, terdapat tiga faktor yang menyebabkan anak mengalami tantrum. Pertama, adanya kesenjangan antara keinginan dan apa yang disediakan oleh lingkungan anak. Kedua, kadang tantrum muncul sebagai rasa frustasi pada diri akibat ketidakmampuan anak untuk mengidentifikasi apa sebetulnya yang ia inginkan, apa yang membuatnya marah, apa yang membuatnya kecewa sehingga ia sendiri pun sebetulnya tidak paham dengan gejolak yang sedang terjadi di dalam diri.

Ketiga, tantrum kadangkala merupakan hasil dari meniru orang dewasa karena tanpa disadari, anak seringkali akan melakukan modelling atas apa yang ia lihat dari sekitarnya. Jika anak tumbuh dalam lingkungan yang suka berteriak, melakukan kekerasan fisik, atau menangis dengan menjerit-jerit maka bisa jadi anak akan meniru berbagai ekspresi emosi tersebut jika mereka mengalami kesedihan dan kemarahan. 

"Apabila perilaku tantrum ini tetap mengikuti hingga beranjak dewasa. Riset mengungkapkan jika kebiasaan tantrum yang berlanjut hingga dewasa bisa membentuk perilaku antisosial," imbuhnya.

Novia membagikan empat upaya yang perlu dilakukan pada saat anak tantrum. Pertama mencoba memahami sebab-sebab terjadinya tantrum, orang tua juga tetap perlu untuk mengajarkan anak bahwa perilaku tantrumnya tidak sepenuhnya baik, ajak bicara dan tanyakan ada apa, dan apa yang mereka inginkan.

Kedua, turunkan nada suara saat anak berteriak kencang. Dalam menangani anak yang tantrum ada baiknya jika orang tua tidak ikut berteriak kencang ketika anak sedang berteriak.

Ketiga, pegang anak anda, peluk atau berikan sentuhan kepada anak yang sedang mengalami tantrum, mereka mungkin tidak tenang segera, tetapi mereka akan pelan-pelan reda dan menghindarkan perilaku melemparbserta menyakiti diri.

Keempat, mencegah tantrum lebih awal dengan cara membatasi tuntutan anak, melatih kontrol emosi pada anak, menjadi contoh atau panutan yang baik kepada anak. Sejalan dengan hal ini, orangtua perlu menjadi teladan yang baik.

INFORMASI SEPUTAR UIN MALANG DAPAT MENGUNJUNGI www.uin-malang.ac.id

"Secara umum, tantrum lebih banyak terjadi pada anak usia 18 bulan sampai 4 tahun, masa dimana anak sudah memiliki cukup kemandirian dan mampu menunjukkan rasa tidak sukanya terhadap sesuatu," kata Novia Solichah, M.Psi, Psikolog, Dosen Psikologi UIN Maliki Malang. (*)

Pewarta : Nadira Rahmasari (MG-286)
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.