Kopi TIMES

Jika PJJ Benar Permanen

Jumat, 09 Oktober 2020 - 17:03
Jika PJJ Benar Permanen Ariyadi, S.Pd.I adalah Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti SMA Islam Al Azhar 15 Kalibanteng Semarang

TIMES JATIM, SEMARANGSAAT INI, pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi satu-satunya solusi atas problem mendasar terselenggaranya proses belajar mengajar di era pandemi. Dalam upaya mensiasati terselenggaranya proses pembelajaran tanpa mengurangi esensi ruang pembelajaran, maka pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghimbau dan memberikan pendampingan terhadap sekolah untuk melaksanakan PJJ dalam batas waktu yang tidak dapat ditentukan.

Pendampingan yang diberikan pemerintah sangat bervariatif, mulai dari video streaming, pembelajaran yang disiarkan langsung pada stasiun televisi nasional, ataupun melalui live di radio. Yang juga tidak kalah dalam mewarnai situasi pandemi ini adalah menjamurnya model webinar baik yang di inisiasi oleh institusi pemerintah maupun lembaga lain. Hal ini dikarenakan dalam tahapan PJJ akan bersinggungan langsung dengan perangkat teknologi dan turunannya.

Ditambah lagi hembusan kabar bahwa Kementerian Pendidikan akan mematenkan PJJ ini sebagai model pembelajaran. Melihat kondisi ini, maka sikap sigap pemerintah  dalam memberikan layanan pendidikan patut diapresiasi oleh siapa saja.

Namun, dibalik beragamnya fasilitas penunjang pembelajaran yang ada, ada suara sumbang dimasyarakat tentang mahalnya biaya PJJ yang sudah berjalan ditambah dengan sedang melemahnya perekonomian yang menggelayuti pundak masyarakat kita. Teknologi menjadi satu-satunya tumpuan dalam pelaksanaan PJJ, namun sayangnya teknologi belum seramah dan semurah yang diharapkan khalayak.

Berapa banyak keluhan orang tua saat harus menjadikan pembelian paket kuota internet menjadi kebutuhan primer? Berapa banyak uang belanja dapur yang juga akhirnya melenggang untuk memenuhi ananda melunaskan tagihan pembelajaran model daring?, bahkan ada seorang ibu di Tangerang yang harus berhutang kesana kemari hanya untuk membeli pulsa demi ananda dapat merampungkan tugas dari sekolah, dan tentu masih banyak cerita serupa yang patut kita renungkan. Inilah gambaran realita dilapangan.

Jika ada guru yang rela mengantar dan menjemput tugas siswa, itupun hanya cerita klise untuk melengkapi alur tidak meratanya manfaat dari sebuah kebijakan atas nama pendidikan.

Nyatanya lebih banyak cerita miris guru yang harus berjuang naik turun gunung, naik pohon, bahkan sampai mencari fasilitas free wifi  demi memperoleh stabilnya sinyal. Belum lagi cerita pilu anak yang tidak mendaptkan pendampingan belajar dikarenakan orang tuanya harus tetap bekerja untuk memenuhi kebuthan konsumtif lainnya.

Klausul tersebut bukan sikap pesimis atas kondisi yang sedang dihadapi, namun cara pandang realistis dalam melihat peristiwa yang terjadi dilapangan.

Akan sangat berbeda jika kita bicara pada sekolah yang berada pada level menengah keatas, maka PJJ seolah akan tidak menemukan kendala yang berarti. Sekolah pada level ini juga biasanya konsumennya dalam skala ekonomi menengah keatas sehingga PJJ bukanlah hambatan, ditambah lagi sudah membudayanya pembelajaran dengan menggunakan fasilitas teknologi.

Namun kondisi riil pada masyarakat pinggiran yang juga masih wilayah kerja Kementerian Pendidikan hendaknya juga menerima akses yang sama sehingga tidak terjadi miss informasi yang berkaitan dengan kebijakan yang ada.

Berkaca pada perjalanan PJJ sejak pertengahan bulan maret sampai juni tahun 2020, pasti akan kita jumpai banyak evaluasi terutama tidak adanya kebijakan yang bisa dijalankan secara komprehnsif oleh seluruh lapisan masyarakat. Memang, secara geografis indonesia tidak hanya berada pada lingkungan perkotaan saja, namun lebih dominan pada wilayah pedesaan.

PJJ Murah, PJJ Ramah, Mungkinkah?

Jika PJJ saat ini menjadi problem oleh sebagian besar masyarakat kita, bukan berarti kita harus pasrah dan menjalankan PJJ ini apa adanya. Dengan kondisi yang ada, hendaknya kita sebagai masyarakat bisa mengambil manfaat dari pelaksanaan PJJ yang sekarang menjadi satu-satunya solusi atas pembelajaran yang harus berjalan.

Pertama, jika kita sebagai murid hendaknya memanfaatkan fasilitas pembelajaran yang sudah disiapkan pemerintah baik yang disiarkan di televisi maupun media sejenisnya. Selain itu, tagihan tugas hendaknya diselesaikan tepat pada waktnya sehingga tidak menambah durasi pemakaian akses jaringan.

Kedua, jika kita sebagai orang tua, berikan pantauan yang intens kepada anak-anak kita agar tidak lengah dalam melaksanakan PJJ dan tergiur oleh penghilang penat sesaat atas nama game online. Bisa saja anak-anak kita mencari kelengahan kita, namun saat kita memantau aktivitas mereka secara intens maka efektivitas pembelajaran akan jauh lebih efektif dan efisien. Selain itu, memberikan pendampingan belajar saat kita dirumah akan mampu meningatkan pemahaman anak terhadap materi pembelajaran.

Ketiga, jika kita sebagai guru, hendaknya memberikan materi simple namun memberikan kesan mendalam. Bagaimana caranya, optimalkan waktu yang disediakan dan sesuaikan dengan aspek materi pokok. Selain itu berikan motivasi peserta didik untuk bereksplorasi melalui literasi buku dan bahan bacaan lainnya. 

Keempat, jika kita sebagai pengelola sekolah hendaknya memberikan kelonggaran kepada guru untuk brekspolorasi model pembelajaran efektif. Hal ini dikarenakan gurulah yang langsung berinteraksi virtual dengan peserta didk. Guru yang lebih menguasai efektivitas materi dan pembelajaran. Tentu dengan fungsi kontrol penuh ada pada kebijakan sekolah

Kelima, jika kita sebagai pemangku kebijakan (pemerintah) hendakanya memberikan layanan akses jaringan yang dapat diakses pada jam-jam pembelajaran oleh siapapun. Sehingga pada jam pembelajaran akses jaringan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik. Apakah mungkin dijangkau oleh semua peserta didik yang ada?.

Memang, problem tidak hanya sekedar bagaimana sulit dan mahalnya akses jaringan tetapi juga tidak dimilikinya perangkat media (android, dan sejenisnya) oleh masyarakat juga menjadi problem yang harus diatasi. Namun, dipasangnya akses jaringan yang diinisisasi oleh pemerintah Kota Semarang menjadi bukti, bahwa kebijakan free akses telah mampu mengurangi beban kebutuhan pembelian akses jaringan masyarakat.

Pulsa Edukasi, Senyum Anak Negeri

Keseriusan pemerintah dalam memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat patut kita apresiasi baik yang berkaitan dengan kebijakan langsung maupun tidak langsung. Kebijakan pemerintah dalam memberi pulsa edukasi (pulsa gratis) untuk masyarakat pendidikan sebagai sarana menyukseskan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang diinisiasi oleh Pusdatin (pusat data dan teknologi informasi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan membawa manfaat besar bagi masyarakat Pendidikan.

Tentu publik berharap subsidi pulsa edukasi ini berkelanjutan sehingga ranah pendidikan dengan berbagai kebijakannya akan dapat langsung dirasakan oleh segenap unsur Pendidikan.

Namun kendala yang ada sudah sepatutnya menjadi bahan evaluasi bersama agar penerima pulsa edukasi ini tepat sasaran dan tidak ada unsur asal pakai. Hal ini perlu menjadi catatan bersama karena masih ditemukan permasalahan, misalnya nomor ganda, nomor yang sudah tidak aktif, dan proby lainnya.

Kesigapan Plt. Kepala Pusdatin Kemdikbud Bapak Hasan Chabibie dalam menangani problem ini patut diapresiasi sehingga problem demi problem dapat teratasi sehingga nilai manfaat pulsa edukasi untuk pembelajaran dapat bermanfaat bagi masyarakat pendidikan.

Yang menjadi harapan bersama adalah semoga pemberian pulsa edukasi dapat memberikan manfaat langsung sehingga pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang saat ini berjalan dapat terlaksana sesuai standar operasional prosedur yang ada sehingga hak belajar peserta didik dapat diterima sebagaimana mestinya.

Semoga.

 

***

* Penulis Ariyadi, S.Pd.I adalah Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti SMA Islam Al Azhar 15 Kalibanteng Semarang

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

Pewarta :
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.