Kopi TIMES

Animal Welfare, Solusi Zoonosis?

Kamis, 16 Juni 2022 - 12:15
Animal Welfare, Solusi Zoonosis? Rosid Hidayat, Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

TIMES JATIM, SURABAYA – Kehidupan manusia tidaklah luput dari hewan, baik dalam kebutuhan jasmani berupa sumber protein maupun rohani berupa berupa hewan peliharaan. Namun keegoisan manusia ini dapat berdampak buruk bagi pribadi, hewan, bahkan lingkungan sekitar. Pasalnya dalam produksi ayam untuk dikonsumsi, ketika dikirim dalam keadaan hidup, seringkali didapati ayam yang mengalami cedera karena tidak kesesuaian tempat dalam pengiriman.

Hal semacam ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pada animal welfare atau kesejahteraan hewan. Adapun prinsip-prinsip animal welfare antara lain, Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus). Freedom from discomfort (bebas dari rasa tidak nyaman).

Freedom from pain, injury, and disease (bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit). Freedom from fear and distress (bebas dari rasa takut dan stress). Freedom to express natural behavior (bebas untuk mengekspresikan tingkah laku alamiah)(OIE 1992). 

Sering dijumpai bahwasanya banyak terjadi pelanggaran terhadap prinsip-prinsip animal welfare tersebut. Hal ini dapat memicu terjadinya cedera baik berupa fisik, baik pada hewan maupun manusia seperti, gigitan, cakaran, pijakan, alergi dan sengatan. Juga dapat berupa penyakit seperti halnya Zoonosis.

Zoonosis merupakan penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia atau dari manusia ke hewan. Contoh yang masih hangat dari zoonosis adalah covid-19 yang berdampak pada pandemi bertahun-tahun. selain itu ada beberapa penyakit lain yang sudah familiar di telinga kita seperti kaki gajah, flu burung dan pes. Lalu bagaimana bisa animal welfare yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan zoonosis?

Gambaran mudahnya ada pada lingkungan sekitar kita. Ketika berada di lingkungan pasar, tepi jalan, dan sekitar tempat sampah dapat kita jumpai hewan kucing yang sedang mencari makan ditempat yang kurang sehat. Kucing terkenal sebagai hewan yang mudah dalam berembang biak, hal ini akan menjadi perpaduan yang merugikan ketika kucing tinggal di lingkungan yang kurang sehat dan memiliki keturunan lingkungan kurang sehat pula. Yang ada adalah populasi kucing yang kurang sehat meningkat. Karena pada dasarnya kucing yang tidak memiliki majikan akan luput dari kastrasi yang notabene sebagai penekan angka populasi kucing dan menjaga kucing agar tetap sehat. 

Disamping itu, ini merupakan tugas bersama, siapapun dapat turut andil dalam pemenuhan animal welfare ini. Mulai dari pemilik hewan itu sendiri dengan menjaga hewan peliharaannya tetap sehat dengan membawanya ke dokter hewan minimal setahun sekali (idealnya adalah dua kali dalam setahun untuk membawa hewan peliharaan ke dokter hewan).

Bagi yang bukan pemilik hewan dapat menjaga lingkungan tetap bersih, memberi makan binatang terlantar, tidak menyakitinya dan jika berkenan dapat mengadopsinya. Bagi pemerintah dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya animal welfare dan bahayanya zoonosis, mendirikan posko hewan terlantar dan fasilitas kesehatan hewan. Dalam sektor peternakan dapat memprogram vaksinasi yang teratur bagi ternaknya, sehingga dapat menjadi tindakan preventif dari penyakit yang menular diantara hewan ternak.Tanpa meninggalkan sektor lainnya, dapat dikatakan bahwa semua orang dengan semua profesinya dapat mengambil peran dalam hal ini.

Seperti halnya kelebihan yang terdapat didalam diri seseorang, ketika tidak dikelola dengan baik akan berpotensi menjadi keburukan. Begitu pula dengan  karunia Tuhan kepada negara Indonesia dengan potensi faunanya yang sudah menjadi tugas kita untuk menjaga dan mengelolanya agar tidak menjadi hal yang merugikan. Dengan adanya upaya pemenuhan Animal Welfare dapat menjadi usaha preventif untuk penyakit zoonosis.

***

*) Oleh: Rosid Hidayat, Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.