https://jatim.times.co.id/
Kopi TIMES

Survive dari Riak Penyesatan Bahasa di Tengah Gelombang Tsunami Informasi

Selasa, 30 Mei 2023 - 16:00
Survive dari Riak Penyesatan Bahasa di Tengah Gelombang Tsunami Informasi Syafi Junadi, M.Pd; Dosen Tadris Bahasa Indonesia FTK IAIDA Blokagung Banyuwangi.

TIMES JATIM, BANYUWANGI – Dalam era digital yang terus berkembang pesat, kita hidup di tengah gelombang informasi yang tak terbatas.

Namun, di balik kemudahan dan kecepatan akses informasi, terdapat tantangan besar yang harus dihadapi, yaitu riak penyesatan bahasa. Fenomena ini terjadi ketika informasi yang disampaikan menggunakan bahasa yang ambigu, menyesatkan, atau bahkan sepenuhnya palsu. 

Meskipun bahasa sangat bermanfaat untuk berkomunikasi dibanding alat komunikasi lain, menurut Muhamad Khoyin (2013: 44) dalam buku Filsafat Bahasanya beliau mengatakan bahwa, ada sejumlah kelemahan bahasa, yang menurut sebagian orang adalah kekayaan bahasa itu sendiri, yaitu: vagueness (kesamaran), ambiguity (ketaksaan), inexplicitness (tidak eksplisit), context dependent (tidak lepas dengan konteks) dan misleadingness (menyesatkan).

Kesamaran bahasa (vagueness) bercirikan makna yang terkandung dalam suatu ungkapan bahasa pada dasarnya hanya mewakili realitas yang diacunya, namun tidak mampu sepenuhnya 'menghadirkan' objek realitas yang dimaksudkan itu. Sama halnya dengan mencoba menghadirkan warna air, maksudnya air minum tidak berwarna tetapi penghadiran objek realitasnya dengan mengucapkan air putih.

Ketaksaan (ambiguity) bahasa biasanya muncul di saat pemakaian kata yang memiliki 'ketidakpastian' makna dari suatu ujaran. Ketaksaan ini bisa memunculkan tafsir makna lain dari kata atau struktur kata yang sudah memiliki makna.

Tidak eksplisitnya  bahasa (inexplicitness) membuat bahasa sering tidak mampu mengungkapkan makna secara eksak, tepat, dan menyeluruh dalam menghadirkan gagasan yang dipresentasikannya. Kelemahan ini membuat ujaran bahasa tidak mampu membawa makna ke dalam permukaan tekstual (ujaran). Singkatnya bahasa tidak memunculkan secara gamblang objek realitas tersebut dengan menggunakan struktur bahasa itu sendiri.

Bahasa juga memiliki ketergantungan dengan konteks (context dependent ), sehingga suatu struktur bahasa yang sama dapat berubah makna atau arti sesuai dengan konteks gramatik yang dikomunikasikannya. Karena dalam kebahasaan sendiri konteks adalah 'lahan' yang berada di luar struktur bahasa itu sendiri. Kelemahan bahasa yang terakhir adalah menyesatkan (misleadingness), karena berkaitan dengan keberadaan bahasa dalam berkomunikasi pasti sedikit-banyak akan melahirkan kesalahan tafsir. Hal ini terjadi karena bertalian dengan kelemahan bahasa lainnya.

Lalu, bagaimanakah kita bisa selamat dalam menghadapi riak penyesatan bahasa di era gelombang tsunami informasi? Dalam masyarakat modern yang terhubung secara global, media sosial dan platform online telah menjadi sumber informasi utama bagi banyak orang. Namun, tidak semua informasi yang kita temui dapat dianggap akurat, jujur, atau terverifikasi.

Penyesatan bahasa dalam bentuk berita palsu, teori konspirasi, manipulasi informasi, dan retorika yang menyesatkan telah menciptakan gelombang tsunami informasi yang mengintai kita setiap hari. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempelajari cara menjadi survive yang mampu mengatasi penyesatan bahasa tersebut.

1. Memahami Dampak Penyesatan Bahasa

Memahami bagaimana penyesatan bahasa dapat mempengaruhi persepsi dan pemahaman kita terhadap realitas. Penyesatan bahasa dapat mempengaruhi cara kita memahami dan melihat suatu peristiwa atau isu. Misalnya, penggunaan kata-kata yang emosional atau memanipulasi fakta dapat mempengaruhi opini publik tentang suatu kejadian. Contohnya, sebuah berita palsu yang mengklaim bahwa produk tertentu menyebabkan bahaya kesehatan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap produk tersebut, meskipun klaim tersebut tidak didukung oleh bukti yang valid.

Ketika informasi palsu atau manipulatif disebarkan secara masif, hal itu dapat mempengaruhi cara kita memandang suatu situasi atau isu. Contohnya, penyebaran berita palsu mengenai suatu kelompok etnis yang menyebabkan kebencian dan diskriminasi dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap kelompok tersebut tanpa dasar yang valid.

Mengenali potensi kerugian dan bahaya yang dapat ditimbulkan akibat penyebaran informasi yang salah atau menyesatkan. Informasi palsu yang menyesatkan salah satunya dapat membahayakan keamanan publik. Contohnya, berita palsu mengenai ancaman teroris atau serangan yang tidak terverifikasi dapat menimbulkan kepanikan di masyarakat, mengganggu kehidupan sehari-hari, dan mengganggu ketertiban umum. Apalagi akhir-akhir ini banyak berita tentang penculikan anak atau pencurian yang tersebar di Grup WA yang sumbernya masih belum terferifikasi dengan valid.

Menyadari konsekuensi sosial dan politik dari penyebaran penyesatan bahasa dan dampaknya terhadap masyarakat. Misinformasi yang disebarkan dengan tujuan mempengaruhi opini publik dapat memengaruhi keputusan politik, kebijakan publik, dan perilaku individu. Sebagai contoh, penyebaran informasi palsu mengenai vaksinasi COVID-19 dapat menyebabkan beberapa individu menolak untuk divaksin, yang pada gilirannya dapat memiliki dampak negatif terhadap upaya penanggulangan pandemi.

2. Mengembangkan Keterampilan Kritis dalam Menganalisis Informasi. 

Mengembangkan keterampilan kritis dalam menganalisis informasi dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

a) meningkatkan keterampilan kritis dalam membaca, menyaring, dan mengevaluasi informasi yang kita temui.
b) belajar mengenali tanda-tanda penyesatan bahasa seperti penggunaan kata-kata emosional, pengabaian fakta, dan manipulasi data.
c) mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi sumber yang terpercaya dan memverifikasi informasi sebelum membagikannya.

3. Mengutamakan Sumber Berita yang Terpercaya.

Untuk menghindari penyesatan bahasa kita dituntut untuk mengutamakan sumber berita yang terpercaya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara antara lain:
a) mengandalkan sumber berita yang memiliki reputasi baik dan terkenal karena jurnalisme berkualitas.
b) menghindari penyebaran berita atau informasi dari sumber yang tidak terpercaya atau yang memiliki motif tertentu.
c) mencari informasi dari sumber-sumber yang beragam dan diverifikasi secara independen.

4. Mendorong Literasi Informasi di Masyarakat. 

Baik pemerintah maupun masyarakat, khususnya yang berkecimpung di dunia pendidikan, perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan mendorong literasi informasi di masyarakat. Dalam hal ini, perlu adanya upaya-upaya berikut: a) mendukung upaya dan program-program yang mendorong literasi informasi di kalangan masyarakat. b) Berperan aktif dalam mengedukasi keluarga, teman, dan komunitas tentang pentingnya mengembangkan keterampilan kritis dalam menghadapi motif penyesatan informasi. c) Mengajarkan generasi muda cara mengidentifikasi dan menangani informasi yang tidak akurat atau menyesatkan.

Di tengah gelombang tsunami informasi yang melanda, selamat dari penyesatan bahasa adalah tugas yang penting. Dengan memahami dampaknya, mengembangkan keterampilan kritis, mengandalkan sumber berita yang terpercaya, dan mendorong literasi informasi di masyarakat, kita dapat menjaga diri dari penyebaran penyesatan bahasa dan mengambil peran aktif dalam memerangi informasi palsu. Dengan demikian, kita dapat menjadi kontributor yang bertanggung jawab dalam membangun masyarakat yang lebih cerdas dan tidak mudah terprofokasi.

***

*) Oleh: Syafi Junadi, M.Pd; Dosen Tadris Bahasa Indonesia FTK IAIDA Blokagung Banyuwangi.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.