Kopi TIMES

Perempuan Itu Bernama Sarah

Rabu, 21 Juli 2021 - 10:33
Perempuan Itu Bernama Sarah Moh Ramli, Alumni Pondok Pesantren An-Nur Sumber, Sumenep (Grafis: Sofyan SF/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, JAKARTADI TENGAH gempuran mental kapitalisme, sebenarnya ini adalah pilihan heroik.

Nama lengkapnya adalah Dame Sarah Catherine Gilbert. Ia merupakan ilmuwan Inggris yang membidani terciptanya vaksin AstraZeneca untuk Covid-19. Ia akan tercatat sebagai salah satu manusia paling istimewa di abad 21 ini.

Setelah kerja kerasnya, Profesor vaksinologi Oxford itu menyatakan ikhlas melepaskan hak paten atas penemuan vaksin tersebut. Perempuan kelahiran Kettering, Northamptonshire pada April 1962 itu dengan kerendahan hatinya, melepaskan sesuatu yang menjadi rebutan kerakusan laba industri farmasi di dunia. 

Yaitu hak paten atas vaksin yang sebenarnya bisa membuat Sang Pemilik menjadi manusia terkaya di bumi, seperti Thomas Alfa Edison atau Jeff Bezos.

Dengan keikhlasannya itu, vaksin AstraZeneca pun bisa diproduksi dalam jumlah besar dan dengan harga yang sangat murah. Dampaknya, vaksin AstraZeneca saat ini secara cepat dikontribusikan sebanyak “tak terhitung” dosis ke seluruh penjuru dunia. Termasuk ke Indonesia.

Sarah Gilbert hadir disaat tak sedikit orang di kala Pandemi ini, khususnya di Tanah Air yang menjadi mafia vaksin, menimbun obat-obatan, masker, dan lainnya untuk penanganan Covid-19. Sarah Gilbert hadir disaat ada pemerintah disuatu negara yang masih berpikir menjual vaksin kepada rakyatnya. Ia benar-benar bak Malaikat, yang hadir di tengah-tengah pecundang babu duniawi.

Sarah Gilbert bukan tidak tahu bahwa ia bisa saja menjadi miliarder. Tapi ia sangat paham, bahwa pengabdian kepada kehidupan adalah lebih berharga dari pada sekedar uang. Ia tahu, hasil kerja kerasnya berbulan-bulan itu akan dibalas oleh Tuhan, dengan sesuatu yang lebih dari sekedar materi.

“Sejak awal, kami melihatnya sebagai kompetisi melawan virus, bukan melawan pengembang vaksin lain. Kami adalah universitas dan kami tidak melakukan ini untuk menghasilkan uang,” jelas Sarah dikutip dari She The People.

“Saya ingin buang jauh-jauh gagasan itu (mengambil hak paten penuh), agar kita bisa berbagi kekayaan intelektual dan siapa pun bisa membuat vaksin mereka sendiri,” kata dia lagi dikutip dari Reuters.

“Saya harap kita sekarang akan mencapai posisi di mana diakui bahwa vaksin diperlukan untuk semua orang. Vaksin dibutuhkan di negara ini dan juga dibutuhkan untuk seluruh dunia,” ujar perempuan anak dari ayah yang bekerja di perusahaan sepatu itu.

Ia akan dikenang dan ditulis dalam sejarah manusia, sebagai pahlawan kemanusiaan di bumi ini. Namanya akan terus terpatri diingat setiap insan. Sarah Gilbert telah memberikan pesan tersirat untuk kita, bahwa hidup hanya sekali, berikanlah yang terbaik. Semoga kita bisa meneladaninya.

“Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia,” (QS. Al-Ma'idah Ayat 32).

***

* Oleh Moh Ramli, Alumni Pondok Pesantren An-Nur Sumber, Sumenep

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

Pewarta :
Editor : Yatimul Ainun
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.