https://jatim.times.co.id/
Opini

Saatnya Ekonomi Halal Tumbuh

Jumat, 14 November 2025 - 22:34
Saatnya Ekonomi Halal Tumbuh Heri Cahyo Bagus Setiawan, Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya.

TIMES JATIM, SURABAYA – Perekonomian Jawa Timur kembali menorehkan prestasi membanggakan. Berdasarkan rilis BPS, pertumbuhan ekonomi triwulan III 2025 mencapai 1,70 persen (quarter to quarter) dan 5,22 persen secara tahunan, tertinggi di Pulau Jawa. 

Di tengah tekanan global, capaian ini menunjukkan bahwa mesin ekonomi Jatim bekerja dengan baik. Namun, pertumbuhan yang sehat bukan hanya soal angka, melainkan tentang arah: bagaimana menjadikan pertumbuhan itu berkelanjutan, berkeadilan, dan bernilai tambah halal.

Dalam perspektif manajemen strategik, pertumbuhan ekonomi hanyalah indikator hasil, bukan jaminan keberlanjutan. Agar ekonomi Jatim benar-benar tangguh, perlu pergeseran fokus dari growth-oriented policy menuju value-based development. 

Pertumbuhan yang berbasis nilai ini menemukan momentum pada dua kekuatan lokal yang telah lama menjadi identitas Jatim: UMKM dan ekonomi pesantren.

UMKM menjadi nadi utama perekonomian provinsi ini. Lebih dari sembilan juta unit usaha mikro dan kecil bukan hanya menyerap tenaga kerja, tapi juga menjadi ruang inovasi sosial. Namun, di tengah transformasi digital dan arus globalisasi halal, UMKM perlu melompat ke level baru: menjadi bagian dari halal value chain. 

Hal ini tak cukup dilakukan lewat insentif keuangan semata, tetapi dengan strategi integratif: penguatan sertifikasi halal, digitalisasi, dan kemitraan berbasis nilai keadilan.

Program One Pesantren One Product (OPOP) yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu inovasi strategik yang perlu terus diperkuat. Program ini sejatinya bukan sekadar pemberdayaan ekonomi berbasis lembaga keagamaan, tetapi cikal bakal ekosistem ekonomi halal yang berakar pada moralitas dan kemandirian. 

Pesantren yang dahulu menjadi pusat tafaqquh fiddin, kini juga menjadi laboratorium wirausaha sosial (tempat lahirnya santri inovatif yang memahami nilai-nilai bisnis Islami dan tangguh di arena ekonomi modern).

Dalam konteks teori entrepreneurial ecosystem, pesantren memiliki posisi strategis karena memiliki dua kekuatan: jaringan sosial dan kepercayaan komunitas. Kombinasi keduanya membentuk trust economy; ekonomi yang tumbuh karena kredibilitas dan nilai moral. 

Di era digital yang serba instan, trust menjadi komoditas langka. Maka, ketika pesantren melahirkan pelaku ekonomi halal, sesungguhnya mereka sedang mengembalikan roh moral dalam pasar.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang kuat juga perlu disertai strategic alignment antara kebijakan publik dan nilai-nilai halal. Pertumbuhan industri, perdagangan, dan ekspor harus diintegrasikan ke dalam rantai nilai halal. 

Jika rantai ini dikelola secara sistemik (dari hulu hingga hilir, dari produksi hingga distribusi) maka ekonomi halal tidak sekadar menjadi tren, melainkan core advantage daerah. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi tidak hanya tangible growth yang terukur dalam angka, tapi juga value growth yang menguatkan martabat sosial dan spiritual masyarakat.

Dalam entrepreneurial leadership, pemerintah daerah bukan hanya regulator, tetapi juga orchestrator; penggerak sinergi antar pelaku ekonomi. Pemimpin strategik harus mampu menciptakan konektivitas antara industri besar dan UMKM, antara akademisi dan santri, antara pasar domestik dan global. Itulah hakikat strategic synergy: mengubah fragmentasi menjadi kolaborasi bernilai tambah.

Maka, arah ke depan bagi ekonomi Jatim seharusnya jelas. Pertama, integrasikan data UMKM halal agar menjadi bagian dari rantai pasok halal daerah. Kedua, perkuat inkubasi santripreneur melalui kolaborasi antara pesantren, kampus, dan dunia industri. Ketiga, dorong ekspor produk halal unggulan (seperti kopi, herbal, dan olahan pangan) yang telah menjadi ciri khas Jatim di pasar nasional dan internasional.

Pertumbuhan ekonomi yang baik tidak boleh berhenti pada kepuasan angka. Ia harus naik kelas menjadi gerakan nilai. Sebab dalam ekonomi Islam, pertumbuhan sejati adalah yang menjaga keberlanjutan harta (hifdz al-mal), menyejahterakan manusia (hifdz an-nafs), dan menghidupkan etika bisnis (hifdz al-din). Inilah esensi ekonomi halal: ekonomi yang menumbuhkan keberkahan, bukan sekadar keuntungan.

Jawa Timur telah tumbuh. Kini saatnya memastikan pertumbuhan itu memberi arah baru bagi Indonesia: ekonomi yang kuat, halal, dan bermartabat. Karena dalam bahasa manajemen strategik, pertumbuhan tanpa nilai hanyalah gerak. Sementara pertumbuhan bernilai adalah perjalanan menuju keberkahan.

***

*) Oleh : Heri Cahyo Bagus Setiawan, Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia  untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.