Kopi TIMES

Rutinitas Manusia: Tragedi atau Kesenangan Menurut Albert Camus?

Sabtu, 27 Mei 2023 - 03:11
Rutinitas Manusia: Tragedi atau Kesenangan Menurut Albert Camus? Roma Kyo Kae Saniro, Dosen Sastra Indonesia Universitas Andalas.

TIMES JATIM, PALEMBANGManusia pasti pernah merasakan bosan dengan keadaan atau hal yang dilakukan secara berulang. Manusia adalah makhluk yang kompleks dan memiliki berbagai emosi, termasuk rasa bosan. Rasa bosan adalah perasaan tidak tertarik atau kurangnya kegiatan atau rangsangan yang memenuhi kebutuhan mental atau emosional seseorang. 

Rasa bosan merupakan pengalaman cukup umum dan alami. Meskipun terkadang tidak menyenangkan, rasa bosan memiliki beberapa fungsi penting. Rasa bosan dapat menjadi sinyal bahwa seseorang perlu mengubah situasi atau mencari kegiatan baru untuk mengisi waktu luang atau memenuhi kebutuhan psikologis yang belum terpenuhi.

Mariusz Finkielsztein dalam artikelnya “The Significance of Boredom: A Literature Review” mengungkapkan bahwa kebosanan tidak bergantung pada  usia, jenis kelamin, budaya atau kelas sosial. Kebosanan memengaruhi semua bidang utama kehidupan manusia dan memiliki banyak konsekuensi yang signifikan, seperti perilaku pengambilan risiko, makan berlebihan, belanja impulsif, atau perilaku merusak (diri sendiri) dan kekerasan. Namun, kebosanan ternyata memberikan fungsi penting, seperti sebagai emosi, penting untuk kognisi, motivasi dan komunikasi dan memiliki makna evolusioner bagi manusia.

Kebosanan juga dipahami sebagai katalis untuk refleksi, pengenalan diri, kreativitas, dan sebagai konsekuensinya elemen dasar dari produksi budaya dan kemajuannya. 

Finkielsztein mengungkapkan kebosanan memiliki sisi dua sisi. Begitu juga Albert Camus. Camus memiliki pandangan berbeda melalui Kisah Sisyphus.

Menurut mitologi Yunani, Sisyphus melakukan beberapa tindakan yang melanggar ketertiban dewa-dewa, salah satu tindakannya yang paling terkenal adalah saat ia menipu dewa Thanatos, dewa kematian. Sisyphus berhasil menangkap Thanatos dan memenjarakannya sehingga orang tidak mati selama Thanatos dikurung. Akibatnya, dunia menjadi kacau dan tidak ada yang bisa mati.

Sisyphus akhirnya mendapatkan hukuman dengan melakukan tugas yang sia-sia dan tanpa akhir. Tugas itu adalah menggulung batu besar ke puncak bukit. Namun, setiap kali batu itu hampir mencapai puncak, batu itu akan tergelincir dan kembali ke bawah, memaksa Sisyphus untuk memulai lagi. Kisah Sisyphus sering kali dianggap sebagai simbol perjuangan yang sia-sia dan tanpa harapan. Tugas yang diberikan kepadanya menggambarkan konsep mengulang yang tidak memberikan hasil yang berarti. Sisyphus terjebak dalam siklus ini selamanya, tanpa adanya akhir yang memuaskan.

Camus menyebut Sisyphus sebagai pahlawan absurd karena meskipun tahu bahwa tugasnya tidak memiliki arti, Sisyphus terus melakukannya dengan keberanian dan tekad.

Camus menganalogikan bahwa manusia adalah Sisyphus yang punya bebatuan sendiri dan ingin mendorong batu tersebut, tetapi batu tersebut terus berguling ke bawah. Namun, Sisyphus terus berusaha mendorong batu tersebut. Camus melalui kisahan Sisyphus dan aliran absurdismenya dianggap segala hal yang terlihat sedih, putus asa, tidak berarti, dan pesimis.

Banyak orang juga menganggap bahwa Sisyphus sebenarnya mendorong batu adalah sebuah kutukan dan siksaan yang akan berakhir dengan bunuh diri. 

Namun, hal tersebut bertolakbelakang dengan pandangannya yang menganggap bahwa Sisyphus  adalah sosok yang menunjukkan bahwa ketidakbermaknaan hidup dapat dijalani ketika manusia menganggap kehidupan ini menyenangkan. Hal ini terlihat dari pernyataan Camus “he struggle itself towards the heights is enough to fill a man’s heart. One must imagine Sissyphus happy.”

Menurut Camus, manusia juga dihadapkan pada kehidupan yang absurd dan tanpa arti. Namun, kita masih dapat menemukan arti dan kebahagiaan dalam tugas-tugas sehari-hari kita, seperti Sisyphus yang menemukan kepuasan dalam menggulung batu, walaupun tugasnya sia-sia.

Kisah Sisyphus memberikan pertanyaan penting tentang makna hidup, tantangan kehidupan 
sulit, dan cara kita menemukan arti dan kepuasan dalam keadaan yang sulit. Camus memiliki pandangan bahwa Sysphus menyukai hal tersebut dan tidak mengalah pada kematian. Sysphus merupakan pembelajaran untuk solusi terkait ketidakberartian hidup dengan pandangan bahwa hidup sebagai hal menyenangkan. Dengan kata lain, Camus menganggap bahwa terjebak pada rutinis adalah sebuah kesenangan seperti halnya Sysphus yang menikmati dalam proses menggulung batu. Begitu juga manusia, manusia sebaiknya menikmati rutinitas tersebut sebagai sebuah kesenangan. 

***

*) Oleh: Roma Kyo Kae Saniro, Dosen Sastra Indonesia Universitas Andalas.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.