TIMES JATIM, SURABAYA – Kampung tematik telah menjadi simbol inovasi dan kebanggaan bagi Kota Surabaya. Dengan identitas unik yang dimiliki setiap wilayah, kampung tematik tidak hanya memperkuat daya saing kota di bidang pariwisata, tetapi juga menjadi katalisator bagi pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan.
Pemerintah Kota atau Pemkot Surabaya pun terus mendorong pengembangan kampung tematik sebagai salah satu langkah strategis untuk membangkitkan potensi lokal dan ekonomi kreatif. Saat ini, terdapat 44 kampung tematik di Kota Surabaya dengan konsep yang mengedepankan keunggulan, pariwisata dan ekologi.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan bahwa kampung tematik adalah kawasan yang dikembangkan berdasarkan tema tertentu. Tema ini bisa berkisar dari budaya, seni, sejarah, hingga kegiatan ekonomi atau sosial tertentu.
"Tujuan dari pengembangan kampung tematik adalah untuk menciptakan identitas khusus, meningkatkan daya tarik wisata dan mempromosikan potensi lokal yang unik,” kata Wali Kota Eri Cahyadi, Sabtu (30/11/2024).
Wali Kota Eri mengungkapkan bahwa saat ini ada 44 kampung tematik di Surabaya yang terbagi ke dalam tiga kategori. Terdiri dari, 21 Kampung Unggulan, 17 Kampung Wisata dan 6 Kampung Ekologi.
"Nah, setiap kategori tersebut memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing," ujar Wali Kota Eri.
Lebih detil, Wali Kota Eri memaparkan tiga kategori kampung tematik di Surabaya tersebut. Yang pertama adalah kategori kampung unggulan yang menonjolkan kelebihan khusus, baik dalam bidang ekonomi, budaya, pariwisata, pendidikan maupun lingkungan. Beberapa contoh kampung unggulan di antaranya adalah Kampung Semanggi di Benowo, Kampung Kue di Rungkut dan Kampung Lontong di Sawahan.
"Kampung-kampung ini menjadi ikon lokal yang memperkuat karakter wilayah masing-masing," kata mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini.
Selanjutnya yang kedua adalah kampung wisata. Kampung ini menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan, seperti kerajinan lokal, kuliner khas atau budaya tradisional. Contoh kampung wisata di Surabaya meliputi Kampung Wethan Wonderland di Manukan Lor, Kampung Ketandan di Tunjungan, serta Kampung Lawas Maspati di Bubutan.
"Kawasan ini menjadi destinasi populer bagi pengunjung domestik maupun internasional," ungkap Wali Kota Eri.
Sedangkan kategori ketiga adalah kampung ekologi. Kampung ini menitikberatkan pada penggunaan teknologi hijau, pengelolaan sampah dan pertanian organik. Wali Kota Eri mencontohkan beberapa kampung ekologi di Surabaya di antaranya adalah Kampung Ekologis Dupak Magersari, Kampung Wonorejo, dan Kampung Jambangan.
"Kampung-kampung ini tidak hanya menciptakan lingkungan yang bersih, tetapi juga mendukung keberlanjutan ekosistem kota," jelas dia.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya Irvan Wahyudrajat memaparkan bahwa pengembangan kampung tematik dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat sebagai motor penggerak utama.
"Pak Wali Kota mengharapkan semua kelurahan memiliki kampung tematik. Ada Kampung Kue, Kampung Semanggi, Kampung Lontong dan itu mencirikan masing-masing kampung," kata Irvan.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (tengah) saat meninjau kampung lontong. (Foto: Dok. Humas Pemkot Surabaya)
Irvan menyatakan bahwa pemerintah kota akan mendukung pengembangan kampung tematik yang tersebar di 31 wilayah kecamatan Surabaya. Bahkan, pihaknya juga akan melibatkan private sector atau sektor swasta agar kolaborasi dalam pengembangan kampung tematik ini semakin kuat.
"Saat ini sudah ada 44 kampung tematik dan itu InsyaAllah akan terus berkembang, karena kita ada 153 kelurahan. Jadi tidak menutup kemungkinan dalam tahun depan akan lebih banyak lagi," tutur Irvan.
Menurut dia, kampung tematik ini tumbuh berbasis komunitas dan berfungsi sebagai penggerak ekonomi lokal. Setiap kampung tematik memiliki ciri khas atau keunggulan masing-masing. Makanya, setiap kampung tematik juga diharapkan bisa mendongkrak ekonomi warga di masing-masing wilayah.
"Sehingga diharapkan menjadi bangkitan ekonomi di kampung tersebut. Jadi tidak hanya kampung yang bersifat legenda atau kampung desa, tapi juga bagaimana kampung itu mencirikan sesuatu yang bersifat ekonomi kreatif," kata Irvan.
Selain melibatkan sektor swasta, Irvan menjelaskan bahwa pengembangan kampung tematik ke depan juga disesuaikan dengan hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Termasuk pula dari hasil usulan yang disampaikan para pemuda dalam kegiatan Cangkrukan Arek Suroboyo (CAS).
"Jadi nanti akan kami gabungkan dengan konsep Pak Wali Kota bahwa di setiap wilayah ada creative hub dan co-working space, sesuai hasil Musrenbang pemuda atau Cangkrukan Arek Suroboyo," tambahnya.
Selain sebagai pusat ekonomi, kampung tematik di Kota Pahlawan telah menjadi destinasi wisata lokal yang berkelanjutan. Bahkan, Irvan mengungkapkan bahwa kunjungan wisatawan ke kampung-kampung tematik terus meningkat seiring dengan inovasi yang dilakukan oleh warga setempat.
"Alhamdulillah 44 kampung tematik sudah sustainable atau berkelanjutan. Karena memang sudah lama dan tinggal kita menjaga bagaimana kampung itu tetap kreatif dan memperbarui atau mengembangkan produknya," pungkasnya. (d)
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Deasy Mayasari |