TIMES JATIM – Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) terus berkomitmen mengembangkan dan mendukung industri hijau di segala sektor baik manufaktur pabrikan maupun industri skala rumah tangga melalui Festival Industri Hijau 2025 di Dyandra Convention Center Surabaya, Selasa (2/12/2025).
Sejumlah produk dipamerkan. Mulai olahan industri pabrik, aksesoris, kosmetik berbahan jelantah, hingga fesyen yang memanfaatkan serat alam.
Atas komitmen tersebut, implementasi industri hijau di Jatim terus menunjukkan perkembangan signifikan.
Ajang ini bertujuan untuk mendorong transformasi manufaktur Indonesia menuju praktek berkelanjutan. Tidak hanya produktif, tetapi juga bertanggungjawab terhadap lingkungan.
Dengan demikian, IKM (Industri Kecil dan Menengah) di Jatim memerlukan dukungan fasilitas maupun apresiasi melalui Forum Industri Hijau yang dibentuk oleh Pemprov Jatim sejak 2023 bersama Bank Indonesia sebagai strategic advisor dalam pengembangan UMKM industri hijau.
Selain itu, Pemprov Jatim juga melibatkan unsur akademisi, pelaku industri, lembaga keuangan, dan lembaga sertifikasi.
Forum Industri Hijau ini sekaligus menjadi wadah peningkatan jumlah perusahaan yang tersertifikasi hijau. Hingga 2024, total industri hijau di Jatim sebanyak 354 unit meliputi industri besar dan menengah.
Standar Industri Hijau yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian sendiri mencakup berbagai aspek penting untuk operasi industri berkelanjutan, seperti bahan baku, penggunaan energi, proses produksi, dan pengelolaan limbah.
Staf Ahli Menteri Bidang Percepatan Transformasi Industri 4.0 Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Emmy Suryandari, saat menghadiri Festival Industri Hijau Pemprov Jatim di Surabaya mengatakan, perlu kolaborasi untuk belajar praktik terbaik menuju transformasi industri hijau terutama dari sisi industri pengolahan nonmigas.
Ia memaparkan, kinerja sektor industri pengolahan nasional nonmigas (IPNM) tercatat berada pada posisi pemain dominan sampai pada triwulan III 2025 yang kontribusinya mencapai 17,93 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Angka tersebut mengalami pertumbuhan 5,58 persen dengan kontribusi ekspor 81 persen. Sedangkan kontribusi investasinya di angka 37,73 persen.
"Pertumbuhan industri manufaktur berada di atas pertumbuhan ekonomi," katanya.
Maka dari itu, ia berharap Jatim bisa memaksimalkan potensi industri nonmigas yang ada. Pada kesempatan ini, pihaknya juga mengapresiasi Jatim yang sudah bekerja keras memenuhi komitmen transformasi menuju industri hijau lewat Festival Industri Hijau dan bergerak mewujudkan Net Zero Emission (NZE) 2050.
"Kami sangat mengapresiasi terselenggaranya Festival Industri Hijau 2025, karena ini menunjukkan komitmen yang cukup kuat dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mendukung implementasi industri hijau di Indonesia," katanya.
Emmy mengatakan, dorongan transformasi menuju industri hijau tidak lahir begitu saja tanpa alasan.
Namun, didasari oleh adanya tuntutan konsumen atas produk hijau, pertumbuhan pembiayaan hijau, dorongan kebijakan pemerintah, dan mekanisme perdagangan global seperti Carbon Border Adjusment Mechanism (CBAM) Uni Eropa yang mengenakan biaya tambahan pada produk dengan jejak karbon tinggi.
Dengan demikian, industri Indonesia harus bersiap untuk memenuhi standar rendah emisi agar tetap kompetitif.
"Industri hijau adalah jalan menjaga pasar, menarik investasi, dan menjaga keberlanjutan industri di Indonesia," ungkapnya.
Pemerintah juga tengah merumuskan strategi dekarbonisasi industri secara dinamis melalui Forum Industri Hijau. Ada 9 subsektor industri prioritas dekarbonisasi, yakni semen, amonia, logam, pulp dan kertas, tekstil, kimia, keramik, makanan dan minuman, serta otomotif.
Di sisi lain, Kemenperin mengapresiasi Jatim yang telah getol mewujudkan kebijakan industri hijau sebagaimana tertuang dalam Undang-undang (UU) No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian.
"Jatim menjadi daerah dengan jumlah sertifikat industri hijau terbanyak kedua," katanya sembari menantang Jatim menjadi posisi pertama.
Jatim telah mengantongi 33 sertifikat aktif industri hijau, satu tangga di bawah Jawa Barat yang berjumlah 38 serifikat. Namun demikian, Jatim menjadi juara pertama dalam implementasi industri hijau kategori pemerintah daerah.
"Jatim telah meraih penghargaan juara pertama industri hijau kategori pemerintah daerah sehingga Jatim bisa menjadi percontohan nasional," ucap Emmy.
Sementara dalam acara Festival Industri Hijau 2025 ini, turut menetapkan anggota Forum Industri Hijau berdasarkan Surat Keputusan Gubernur (Kepgub) 100.3.3.1/834/013/2025 tentang Forum Industri Hijau Jawa Timur Tahun 2025-2027.
Tugasnya melakukan koordinasi dan konsultasi, mengembangkan kapasitas teknis dan prinsip industri hijau, hingga memberikan saran kepada Gubernur tentang penerapan industri hijau.
Gubernur dan Wakil Gubernur bertindak sebagai pembina, Sekdaprov sebagai pengarah, dan Kepala Forim Industri Hijau adalah Kepala DInas Perindustrian dan Perdagangan Jatim.
Gubernur Khofifah mengatakan, bahwa saat ini masih banyak industri yang menggunakan heavy machine generasi lama, sehingga hal itu menjadi salah satu tantangan tersendiri.
"Mesin-mesin kita harus banyak beralih ke green industry, juga masih kurangnya insentif baik fiskal maupun nonfiskal, biaya tinggi dari peralihan fabrikasi, pengembangan kualitas research and development," kata Khofifah memaparkan kendala pengembangan industri hijau di Jatim.
Dari Industri Hijau Menuju Konsep Ekonomi Biru
Jatim saat ini juga sedang mempersiapkan strategi menuju konsep blue economy atau industri ekonomi biru yang melibatkan pengembangan industri berbasis kelautan dan pesisir secara berkelanjutan.
Gubernur Khofifah mengatakan, bahwa blue economy sangat dibutuhkan dunia agar daya dukung alam dan lingkungan dapat diwujudkan bersama.
"Kalau bisa kita lebih cepat masuk ke blue industry, blue economy, blue infrastructure," ujarnya.
Jatim sendiri memiliki 235.578 nelayan dan menjadi provinsi peringkat 10 garis pantai terpanjang nasional yang angkanya mencapai 3.543,54 kilometer. Jumlah produk olahan laut mencapai 1.045.314,87 ton.per tahun. Dari jumlah itu, 385.083,4 ton diekspor ke berbagai negara. Maka, Khofifah memiliki mimpi besar bisa secepat mungkin mewujudkan blue economy yang berkelanjutan.(*)
| Pewarta | : Lely Yuana |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |